Konsultasi Regional
4.1 Konsultasi Regional
4.1.1 Prakonsultasi
Pad a tah apan in i ad a beber apa aspek yan g d ilaku kan oleh penyelenggara dalam m em persiapkan konsultasi publik di tingkat regional, yaitu penentuan wilayah dan proses pendekatan, pembagian peran antarpihak yang terlibat dalam penyelenggaraan, penyiapan Tim Fasilitator regional, penyiapan kepesertaan, penyediaan m ateri dan inform asi kepada para peserta konsultasi, penyiapan hal-hal
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
1. Penentuan Wilayah dan Metode Pendekatan Konsultasi
Penentuan wilayah konsultasi publik di tingkat subnasional dida- sarkan pada pertim ban gan keterbatasan waktu dan pen dan aan . Selain itu, juga karena adanya kesam aan ciri atau karakteristik hutan dan ekosistem di sejum lah provinsi dan kabupaten kota di setiap wilayah regional. Sem ula banyak usulan kalangan CSO dan jajaran pemerintah pada tingkat subnasional agar konsultasi publik diperluas ke tingkat provinsi dan kabupaten/ kota. Namun, usulan ini tidak bisa dipenuhi Bappenas dan UN-REDD Program m e Indonesia dengan pertim bangan keterbatasan waktu dan pem biayaan. Wilayah konsu- ltasi publik tersebut m encakup 7 wilayah regional (lihat Tabel 4) sebagai berikut:
TABEL 4. WILAYAH KONSULTASI REGIONAL
REGIONAL PROVINSI YANG TERCAKUP
Jawa DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah
Mataram Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Maluku
Sumatera I DI Aceh, Lampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara Kalimantan
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah
Sulawesi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat
Papua Papua dan Papua Barat Sumatera II
Kepulauan Riau, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung
44 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Penyelenggaraan konsultasi publik di regional J awa, regional Mataram yan g m eliputi Mataram , region al Sum atera 1, region al Sulawesi dan regional Papua, dan difasilitasi langsung oleh UN- REDD Program m e Indonesia. Sedangkan konsultasi publik regional Kalim an tan dan r egion al Sum ater a II difasilitasi lan gsun g oleh Kem itraan Indonesia.
2. Penentuan Koordinator Fasilitator Regional dan Metode Pendekatan
Pr oses kon su ltasi r egion al in i d id ah u lu i d en gan pem ilih an koordin ator fasilitator di tiap-tiap region al, yan g n an tin ya akan m en goor d in a si p a r a fa silit a t or r egion a l u n t u k m em fa silit a si konsultasi publik di tiap-tiap wilayah regional. Bappenas dan UN- RE DD P r o gr a m m e I n d o n e s ia m e n go n s u lt a s ika n p e n e n t u a n koordinator fasilitator dengan Bappeda dan kalangan CSO setem pat dengan m enggunakan kriteria yang berbasis pada kom petensi dan pengalam an atau rekam jejak yang dim iliki setiap kandidat. Pada awaln ya ada sejum lah n am a kan didat dari kalan gan pem erin tah m au p u n CSO yan g d in om in asikan , tetap i p ad a p er kem ban gan berikutnya ham pir seluruh wilayah regional m em iliki fasilitator dari kalangan CSO.
Untuk memperkuat persiapan di setiap regional, dilakukan rapat per siapan secar a n asion al yan g dilaksan akan di Bogor pada 24 Septem ber 20 10 . Tiap-tiap koordinator fasilitator regional diundang m enghadiri rapat koordinasi yang m em bahas m engenai persiapan dan m etode pendekatan konsultasi regional di wilayahnya m asing- m asing. Rapat ini antara lain m em bahas hal-hal sebagai berikut:
• J adwal acara konsultasi dan m ateri-m ateri yang harus disiapkan. • Outlin e Stranas (dipresentasikan oleh Tim Penulis). • Metodologi fish bone yang akan dipakai dalam proses fasilitasi
pada saat konsultasi. • Ou t lin e la p or a n ya n g a ka n d ip a ka i oleh fa silit a t or u n t u k
m enyusun laporan hasil konsultasi regional.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
• Mekanism e kom unikasi untuk m em bentuk panitia pelaksana di daerah. Pem bagian peran antara Bappenas dan UN-REDD Program m e In don esia dalam berkom un ikasi den gan Bappeda di wilayah tem pat pelaksanaan konsultasi akan dilakukan.
3. Penyiapan Kepesertaan
Kepesertaan adalah hal yang dipandang penting dipersiapkan karen a akan san gat m en en tukan keberhasilan kon sultasi publik. Pih ak pelaksan a ben ar-ben ar in gin m en gh adirkan peserta yan g m am p u m em ber ikan m asu kan d an bisa m ewakili kep en tin gan konstituennya yang secara langsung m aupun tidak langsung terkait dengan REDD+. Untuk memastikan hal ini, Bappenas dan UN-REDD Program m e Indonesia telah m enyiapkan kriteria pem ilihan peserta sebagai berikut:
• Mem iliki kewenangan m enentukan pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan kehutanan, pertanian, tata ruang, perubahan iklim, REDD+, tata kelola, konservasi, investasi daerah, perempuan, dan lin gkun gan hidup/ pen gelolaan sum ber daya alam dan keter- libatan m asyarakat.
• Mem iliki pengetahuan yang luas dan spesifik m engenai isu-isu ya n g b er ka it a n d en ga n keh u t a n a n , p er t a n ia n , t a t a r u a n g, p er u bah an iklim , REDD+ , tata kelola, kon ser vasi, in vestasi daerah, perem puan dan lingkungan hidup/ pengelolaan sum ber daya alam dan keterlibatan m asyarakat.
• Mem iliki pengetahuan terbaru m engenai kebijakan, perspektif, dan tren yang berhubungan dengan topik yang dim aksud di atas. • Diken al secar a lu as m em pu n yai pen galam an beker ja (tra ck record ) di bidang kehutanan, pertanian, REDD+, perubahan iklim dan tata kelola, kon servasi, in vestasi daerah, perem puan dan lin gkun gan hidup/ pen gelolaan sum ber daya alam pen guatan m asyarakat.
• Mem iliki kepedulian dan per n ah ter libat sebelum n ya dalam kegiatan-kegiatan tersebut di atas.
46 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Penyelenggara di tingkat nasional sudah m em bangun proses kom unikasi dengan Tim Penyelenggara di tingkat regional untuk m em astikan perekrutan peserta didasarkan pada kriteria di atas. Pihak Bappenas dan UN-REDD Program m e Indonesia sendiri sudah m engupayakan agar panitia setem pat m em astikan ada keterwakilan para pihak, terutama perwakilan kelompok rentan seperti masyarakat adat dan kelom pok perem puan.
Namun, kriteria tersebut tidak dapat diterapkan secara ketat dan konsisten karena keterbatasan waktu untuk mendiseminasi informasi m aupun untuk m elakukan identifikasi dan seleksi calon peserta. Di beberapa wilayah penentuan calon peserta justru berlangsung kurang fair dan inklusif, bahkan tidak ada perwakilan para pihak yang duduk ber sam a fasilitator d an Tim Pen yelen ggar a u n tu k m en en tu kan peserta lainnya.
4. Penyediaan Materi dan Informasi Kepada Peserta Konsultasi
Ketersediaan inform asi secara dini, cepat, dan kom prehensif sangat m em engaruhi kesiapan peserta konsultasi untuk m engikuti proses dengan baik. Dengan inform asi yang lengkap dan m endalam para peserta konsultasi diharapkan dapat berdiskusi secara tajam
d a n m en d et a il. Oleh ka r en a it u , seja k Sep t em b er 2 0 10 Tim Sekretariat penyusunan Stranas REDD+ telah m enyiapkan dokum en Stranas yang sudah dicetak rapi serta bahan presentasi dan inform asi pendukung lainnya.
Sebagian peserta yang memiliki akses terhadap jaringan internet sudah dikirimi dokumen via e-m ail beberapa hari sebelum konsultasi publik. Nam un, sebagian besar peserta justru tidak m endapatkan in form asi din i dan baru m en erim a dokum en pada hari pertam a pelaksanaan konsultasi.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
5. Pembentukan Panitia Lokal Konsultasi Publik
Untuk membantu tim penyelenggara konsultasi publik di tingkat p u sat , Bap p en as m en u n ju k Bap p ed a set em p at sebagai p an it ia p e n ye le n gga r a k o n s u lt a s i r e gio n a l. Ke p u t u s a n in i d id a s a r i pertim bangan pragm atis bahwa Bappeda adalah instansi yang akan bekerja di wilayah provinsi yang belum m em iliki kelom pok kerja RE DD+ a t a u ke lo m p o k ke r ja p e r u b a h a n iklim . J u ga u n t u k kemudahan koordinasi karena kedekatan fungsi antara Bappenas dan Bappeda.
Meski dem ikian, pendekatan ini justru m enjadi kurang tepat ketika diterapkan di wilayah Aceh, yang sudah m em iliki kelom pok kerja yan g khusus m en an gan i kebijakan REDD+ dan perubahan iklim. Hal ini kemudian memunculkan resistensi dari kelompok kerja REDD+ Aceh pada hari pertama konsultasi publik Regional Sumatera
I di Ban da Aceh . Mereka m erasa tidak dilibatkan dalam proses penyelenggaraan persiapan konsultasi publik untuk isu yang sudah m ereka tangani selam a beberapa waktu terakhir.
Sebagian kalan gan CSO ju ga m elon t ar kan kr it ik t er h ad ap pen d ekatan in i d en gan alasan bah wa pad a u m u m n ya Bapped a setem pat tidak m em iliki pengalam an berinteraksi dengan kalangan CSO. J uga tidak m en gen al kalan gan aktivis atau CSO setem pat. Ba h k a n , a d a ya n g m e n ila i Ba p p e d a d e n ga n s e n ga ja t id a k m en gu n d an g CSO atau h an ya m en u n ju k per wakilan CSO yan g “dekat” dengan orang-orang di Bappeda tanpa memerhatikan kriteria yang sudah ditentukan oleh Bappenas.
6. Perekrutan Anggota Tim Fasilitator Regional
Perekrutan fasilitator m erupakan tahapan yan g rum it dalam p r o s e s p e r s ia p a n k o n s u lt a s i p u b lik . Se m u la a d a k e in gin a n penyelenggara di tingkat nasional untuk m erekrut fasilitator dengan m enggunakan sejum lah kriteria, seperti kom petensi, akseptabilitas,
d a n ke t e r wa kila n p a r a p ih a k. N a m u n , p a d a p e r ke m b a n ga n berikutnya, tidak ada para pihak dari jajaran pem erintah m aupun akadem isi yang bersedia m enjadi fasilitator.
48 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Sep er t i h a ln ya d a la m p en en t u a n koor d in a t or fa silit a t or , penyelenggara di tingkat regional lebih m em ilih m erekrut fasilitator dari kalangan CSO yang dikenal luas, termasuk oleh pemerintah. Dari proses ini, berhasil direkrut tujuh fasilitator regional dan 35 orang ko-fasilit at or r egion al d ar i t iap -t iap p r ovin si d i In d on esia, d i antaranya hanya ada dua fasilitator perem puan, sisanya didom inasi fasilitator laki-laki.
7. Pertemuan Persiapan Prakonsultasi (Preparedness Meeting)
Persiapan prakon sultasi (preparedness m eeting) m erupakan p er t em u an yan g ber t u ju an u n t u k m em ber ikan in for m asi awal m engenai REDD+ sebagai sebuah m ekanism e m itigasi yang penuh dengan isu teknis, politik, dan m ekanism e keuangan yang rum it. Pertem uan ini dinilai penting karena pada um um nya m asyarakat sangat tidak m em aham i apa dan bagaim ana REDD+, di sam ping banyak yang beranggapan REDD+ adalah mekanisme yang kompleks dan bisa jadi sulit untuk dim engerti.
Proses p rep aredn ess in i dih ar apkan bisa m en guatkan atau m em berikan kapasitas bagi m asyarakat dan para pihak yang lain sehingga m ereka siap dan m em iliki kesetaraan dengan pem angku kepentingan lainnya dalam m engikuti konsultasi dan publik m aupun dalam m enentukan sikap dan pilihan terhadap pelaksanaan REDD+ di wilayahnya.
Dari tujuh regional pelaksanaan konsultasi, tiga regional yaitu Kalim antan, Papua, dan wilayah Sum atera 2 m elaksanakan proses preparedness dengan dibantu oleh CSO lokal dan internasional yang bekerja di wilayah tersebut. Im plikasi dari proses preparedness ini sangat terlihat ketika proses konsultasi regional berlangsung. Peserta ya n g m e n gik u t i p e r t e m u a n p e r s ia p a n p a d a u m u m n ya b is a m em ah am i isu -isu REDD+ d an bisa m en giku t i d isku si secar a m endalam .
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
4.1.2 Proses Konsultasi Regional
4.1.2.1 Gambaran Umum Proses Konsultasi Regional
Secara keseluruhan proses konsultasi regional diikuti 387 peserta di 7 region pelaksanaan (Lam piran daftar hadir). Unsur kepesertaan konsultasi publik dapat dikatakan seimbang antara unsur pemerintah (46%) dengan unsur CSO (42%) (Grafik 2). J ika dilihat pada grafik di bawah, unsur yang tidak cukup terwakili adalah sektor swasta, di m an a m er eka h an ya t er wakili oleh 3% d ar i t ot al p eser t a yan g m engikuti konsultasi di 7 regional.
GRAFIK 2. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI PUBLIK DI TUJUH REGIONAL
Pemerintah Akademisi CSO
Swasta
Dari 163 peserta konsultasi yang terdaftar sebagai bagian dari CSO, 14% m erupakan wakil m asyarakat adat dan 1% berasal dari lembaga/ sektor yang fokus pada persoalan perempuan dan lingkungan.
J ika dilihat dari sudut pandang kesetaraan gender, unsur peserta dalam proses konsultasi regional didom inasi oleh laki-laki (8 8 %) diban din gkan peserta perem puan (12%), sebagaim an a yan g bisa dilihat pada Grafik 3. Hal ini m enunjukkan bahwa perem puan m asih belum m em iliki akses yan g setara den gan laki-laki dalam proses per u m u san kebijakan d an pen gam bilan kepu tu san . Kon d isi in i seakan m engonfirm asikan anggapan di kalangan para pihak bahwa REDD+ m erupakan isu yan g tidak berkaitan den gan kehidupan perem puan.
50 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
GRAFIK 3. KOMPOSISI PESERTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Perempuan Laki-laki
Dalam diskusi plen o m aupun diskusi kelom pok di beberapa regional, pertanyaan tentang ketidakim bangan kom posisi peserta perempuan dan laki-laki malah memunculkan jawaban bertentangan dengan indikator prinsip inklusivitas. Beberapa wakil pem erintah berpendapat upaya m em asukkan isu perem puan atau pentingnya m en gh adir kan per em pu an dalam kon su ltasi pu blik m er u pakan sesuatu yan g tidak relevan , bahkan bisa m en jadikan isu REDD+ m akin m eluas dan kehilangan fokus.
4.1.2.2 Proses dan Hasil Konsultasi di Tiap-tiap Regional
a) Ko n s u lta s i Re gio n a l J a w a
Konsultasi regional J awa dilaksanakan pada 30 Septem ber-1 Oktober 20 10 di Yogyakarta. Grafik 4 m enggam barkan unsur peserta dari pemerintah sangat mendominasi, mencapai 35 peserta atau lebih dari 55%. Sem entara unsur nonpem erintah hanya 25 peserta (45%) atau masing-masing CSO 12 peserta, akademisi 10 peserta, dan hanya
3 peserta dari total perserta yang berjum lah 60 orang.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
GRAFIK 4. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL JAWA
Pemerintah Akademisi CSO
Swasta
J ika dilihat dari aspek keterwakilan berdasarkan kom posisi jenis kelam in, Grafik 5 bisa m enunjukkan bahwa dom inasi peserta laki- laki m encapai 90 % dibandingkan peserta perem puan 10 %. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan presentase peserta perempuan dalam seluruh konsultasi publik di 7 wilayah regional.
GRAFIK 5. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL JAWA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Perempuan Laki-laki
Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa keterlibatan perempuan dalam proses kon sultasi Stran as REDD+ di region al J awa m asih sa n ga t m in im . Wa la u p u n ju m la h p eser t a p er em p u a n b u ka n m erupakan penentu ada tidaknya pem bahasan isu keadilan gender, p r o s e s ko n s u lt a s i m e n u n ju kka n b a h wa t e r b a t a s n ya ju m la h perem puan berpen garuh terh adap pem aparan h ubun gan an tara m asalah kehutan an den gan ketidakadilan gen der. Ada satu (dan hanya satu-satunya) wakil perempuan yang sempat mempertanyakan
52 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA 52 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Ad a beber apa isu kr u sial yan g m u n cu l d alam pelaksan aan konsultasi di Regional J awa, yaitu:
a. Kondisi di Pulau J awa tidak lagi m enunjukkan kecenderungan peningkatan deforestasi, m elainkan kecenderungan reforestasi. Kencenderungan ini tidak terbaca dengan baik di dalam Stranas.
b. Min im n ya upaya pelibatan para pihak di tin gkat subn asion al dalam m enentukan REL tiap-tiap provinsi.
c. Belu m d ica n t u m ka n n ya m et od e p er h it u n ga n REL d a la m dokum en Stranas.
d. P e r lu n ya la n d a s a n h u k u m ya n g k u a t u n t u k m e wa d a h i im plem entasi Stranas m aupun kelem bagaan REDD+ .
b . Ko n s u lta s i Re gio n a l N u s a Te n gga ra d a n S e kita rn ya
Konsultasi regional Nusa Tenggara dan sekitarnya dilaksanakan pada 7-8 Oktober 20 10 di Kota Mataram . Hanya diikuti 35 peserta yang terdiri dari 23 wakil pem erintah dan 17 wakil COS (lihat Grafik 6). Dari grafik terlihat bahwa konsultasi regional Mataram hanya dihadiri oleh 2 unsur pihak, yaitu CSO dan sektor pem erintah, m inus unsur akadem isi dan swasta.
GRAFIK 6. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL MATARAM
Pemerintah CSO
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Unsur CSO yang hadir m ewakili tiga pihak, yaitu m asyarakat adat (12%), perem puan (6%), dan NGO secara um um (8 2%). Grafik
7 m enunjukkan unsur kepesertaan berdasarkan jenis kelam in. J ika dibandingkan dengan konsultasi regional di wilayah J awa, unsur keterwakilan perem puan di Mataram lebih tinggi, yaitu m encapai 15% (6 orang) dari total peserta konsultasi.
GRAFIK 7. JUMLAH PESERTA KONSULTASI REGIONAL MATARAM BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Perempuan Laki-laki
Beberapa isu krusial yang m uncul dalam proses konsultasi di Mataram antara lain adalah persoalan hak-hak m asyarakat adat dan t en u r ial. J u ga p en in gkat an kap asit as bagi p ar a p ih ak d i level subnasional untuk m engim plem entasikan REDD+.
c. Ko n s u lta s i Re gio n a l S u m a te ra I
Konsultasi regional di wilayah Sumatera I dilaksanakan di Banda Aceh pada 11-12 Oktober 20 10 . Dihadiri oleh 69 peserta yang terdiri dari 39 peserta yang m ewakili pem erintah, 25 peserta m ewakili CSO, dan 5 peserta m ewakili kalangan akadem isi (lihat Grafik 8 ).
54 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
GRAFIK 8. JUMLAH PESERTA KONSULTASI REGIONAL SUMATERA I
Grafik di atas m enunjukkan bahwa unsur kepesertaan m asih didom inasi oleh sektor pem erintah yang m encapai 57% (39 orang) dari total peserta konsultasi. Salah satu pihak yang tidak terwakili dalam proses konsultasi ini adalah sektor swasta. Meskipun demikian, proses perdebatan didominasi peserta yang mewakili CSO dibanding- kan den gan perdebatan di dalam kon sultasi region al J awa yan g didom inasi wakil pem erintah.
Seperti halnya konsultasi di regional lainnya, kom posisi peserta p er em p u an d an laki-laki d i r egion al Su m at er a I m asih san gat tim pang. Grafik 9 m enunjukkan bahwa peserta perem puan hanya m en capai 7% dari total peserta kon sultasi. H al in i m en un jukkan bahwa proses pengam bilan keputusan m engenai REDD+ di regional Sum atera I m asih identik dengan fungsi dan peran laki-laki.
GRAFIK 9. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL SUMATRA I
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Perempuan Laki-laki
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Beberapa isu krusial yang m uncul dalam konsultasi ini, antara la in , a d a la h p er lu n ya m eka n ism e f eed b a ck p a sca kon su lt a si, perbedaan antara REL dan RL, perbedaan definisi hutan dan kawasan hutan , dan pen yusun an draf Stran as yan g tidak m elibatkan para pihak di tingkat subnasional. Isu krusial lain yang mengemuka adalah persoalan draf Stranas REDD+ yang dinilai telah mengabaikan status keistim ewaan daerah Nanggroe Aceh Darussalam m aupun inisiatif pengem bangan REDD+ yang sudah berjalan di Aceh.
4. Ko n s u lta s i Re gio n a l Ka lim a n ta n
Kon su lt a si r egion a l Ka lim a n t a n d ila ksa n a ka n p a d a 14 -15 Okt ob er 2 0 10 d i P a la n gka r a ya , Ka lim a n t a n Ten ga h . P a n it ia pelaksana adalah Kem itraan Indonesia yang bekerja sam a dengan Bappeda Kalteng. Unsur kepesertaan konsultasi dapat dilihat pada Grafik 10 .
GRAFIK 10. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL KALIMANTAN
Pemerintah Akademisi CSO
Swasta
Pelaksan aan kon sultasi region al Kalim an tan adalah region al yan g dihadiri oleh peserta den gan kom posisi yan g lebih len gkap dengan rasio perbandingan CSO dan sektor pem erintah yang tidak terlalu tim pang. Selain itu, keterlibatan perem puan dalam proses kon sultasi in i cukup tin ggi jika diban din gkan den gan kon sultasi
56 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA 56 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
GRAFIK 11. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL KALIMANTAN
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Perempuan Laki-laki
Beberapa isu krusial yang muncul dalam proses konsultasi antara lain ad alah m ekan ism e feed back pascakon su ltasi. Par a peser ta m en yatakan san gat peduli dan in gin m em berikan m asukan yan g kom preh en sif agar Stran as REDD+ ben ar-ben ar m en cerm in kan situasi nyata dan kepentingan keadilan. Nam un, banyak peserta yang m em pertanyakan kejelasan m ekanism e pengelolaan m asukan dan tanggapan yang sudah disam paikan dan dibahas dalam konsultasi. Beberapa peserta m em inta jam inan bahwa m asukan atau aspirasi mereka diakomodasi di dalam dokumen Stranas, di samping perlunya feedback terhadap status m asukan m ereka.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
5. Ko n s u lta s i Re gio n a l S u la w e s i
Konsultasi di regional Sulawesi dilaksanakan di Palu, Sulawesi Ten gah, pada 14-15 Oktober 20 10 dalam waktu yan g bersam aan
d en ga n p ela ksa n a a n kon su lt a si r egion a l Ka lim a n t a n . Un su r kepesertaan berbanding terbalik dengan peserta konsultasi publik di wilayah regional lainnya. Kalangan CSO mendominasi kepesertaan dengan jum lah peserta 45% (19 orang) dibandingkan dengan peserta kalangan pem erintah yang hanya 33% (14 orang) (lihat Grafik 12).
GRAFIK 12. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL SULAWESI
Pemerintah CSO
Akademisi
Keterlibatan perem puan dalam kon sultasi region al Sulawesi m erupakan angka yang tertinggi sebesar 19% dari total peserta jika dibandingkan dengan regional yang lain (lihat Grafik 13). Peserta perem puan juga tercatat sebagai peserta dengan jum lah terbanyak yan g m en ggu n akan kesem patan u n tu k ber bicar a d iban d in gkan peserta perem puan pada konsultasi publik di regional lainnya. Hal in i m e n u n ju k k a n a d a n ya k e s a d a r a n d a n p e r a n a k t if u n t u k m en ga r u su t a m a ka n keset a r a a n gen d er d a la m seb u a h p r od u k kebijakan.
58 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
GRAFIK 13. KOMPOSISI PESERTA REGIONAL SULAWESI
BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Perempuan Laki-laki
Kon su lt a si r egion a l Su la wesi ju ga m er u p a ka n sa la h sa t u kon su lt a si p u b lik ya n g b a n ya k d iwa r n a i b er b a ga i p er d eb a t a n m engenai isu tentang REDD+ sebagai akal-akalan negara-negara industri (Annex 1) untuk m engalihkan beban pengurangan em isi gas rumah kaca ke nagara-negara tropis. Selain itu, ada beberapa isu yang m encuat dalam proses konsultasi, antara lain:
• Lem ahnya perspektif dan pertim bangan-pertim bangan keadilan gender di dalam dokum en Stranas REDD+ m aupun dalam proses konsultasi publik.
• Substansi Stranas lem ah dalam analisis terhadap isu-isu tenurial, t er u t am a m en yan gku t h ak-h ak m asyar akat ad at , t er m asu k p e n ga k u a n t e r h a d a p k a wa s a n h u t a n s e b a ga i b a gia n t a k t e r p is a h k a n d e n ga n wila ya h a d a t d a n p o la p e n ge lo la a n lingkungan/ sum ber daya hutan yang didasarkan pada kearifan m asyarakat adat.
• Ada kekhawatiran bahwa REDD+ adalah kebijakan kom prom i pem erintah terhadap kepentingan negara-negara industri.
• Ket er bat asan d an ket er lam bat an in for m asi yan g ber akibat terbatasnya kesiapan peserta untuk m engikuti proses konsultasi publik.
• Soal definisi hutan dan kawasan hutan di dalam dokum en Stranas yang dinilai berbeda-beda dan m ultitafsir.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
6. Ko n s u lta s i Re gio n a l P a p u a
Konsultasi regional di Papua dilaksanakan pada 18 -19 Oktober
20 10 d i Sen t an i, J ayap u r a. Sep er t i h aln ya d i Su lawesi, u n su r kepesertaan dalam konsultasi regional di Papua didominasi oleh CSO (lihat Grafik 14). Bahkan, dom inasi ini m encapai lebih dari 58 % (36 orang) dari total seluruh peserta. Dari total peserta yang berasal dari CSO, sebanyak 31% adalah perwakilan dari m asyarakat adat.
GRAFIK 14. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL PAPUA
Pemerintah Akademisi
CSO
Swasta
Beberapa isu krusial yang muncul dalam proses konsultasi adalah m engenai strategi pelaksanaan REDD+ di Papua yang dinilai tidak m em perhitungkan status otonom i khusus dan keberagam an sosio- kultural di Provinsi Papua. Selain itu, persoalan tenurial dan peng- akuan terhadap hak masyarakat adat maupun pandangan kosmologis m asyar akat ad at Pap u a d alam p en gelolaan h u tan m en gem u ka dengan tajam dalam proses konsultasi. Isu ini telah m em unculkan p er n yataan tegas wakil m asyar akat ad at m en gen ai p en tin gn ya m enyelesaikan persoalan tenurial dan pengakuan hak m asyarakat adat sebagai syarat suksesnya im plem entasi REDD+ di Papua.
60 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
7. Ko n s u lta s i Re gio n a l S u m a te ra II
Konsultasi regional Sum atera II dilakukan di J am bi pada 21-22 Oktober 20 10 . Beber apa isu krusial yan g m un cul dalam proses kon sultasi an tara lain adalah pen tin gn ya m elibatkan pem erin tah provinsi dalam m engidentifikasi faktor-faktor yang m em engaruhi penghitungan Reference Em issions Level di tiap-tiap provinsi. J uga soal strategi pelaksanaan REDD+ yang dinilai sulit untuk dilakukan di provinsi kepulauan.
Kom posisi peser ta Kon sultasi Region al Sum ater a II san gat didom inasi oleh kalangan CSO. J um lahnya m encapai 61% (24 orang) dari total peserta, yang merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan seluruh konsultasi publik di enam wilayah regional lainnya.
GRAFIK 15. KOMPOSISI PESERTA KONSULTASI REGIONAL SUMATERA II
4.2.1.3 Persepsi Peserta terhadap Substansi dan Proses Konsultasi
Pelaksanaan konsultasi regional tidak hanya berfungsi sebagai m ekanism e pelibatan para pihak dalam perum usan kebijakan, tetapi juga m erupakan upaya m eningkatkan pengetahuan para pihak di tin gkat subn asion al m en gen ai REDD+ di In don esia. Karen a itu, m enjadi penting untuk m elihat sejauh m ana proses tersebut benar- ben ar m em berikan pem aham an yan g lebih jelas kepada peserta m engenai berbagai aspek m endasar yang terkait dengan REDD+.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
H asil jajak pen dapat yan g dilakukan UN-REDD Program m e In don esia di lin gkun gan peserta di 6 kon sultasi publik region al m en un jukkan , rata-rata 90 % peserta di setiap region al m en gaku bahwa pem aham an m ereka m engenai REDD+ m engalam i pening- katan setelah m en gikuti kon sultasi publik ten tan g REDD+ (lihat Tabel 4). Ini juga senada dengan hasil wawancara penulis terhadap beberapa tokoh kun ci di sem ua tem pat. Mereka pada um um n ya m enganggap m odel konsultasi m engenai REDD+ beberapa langkah lebih m aju dibandingkan dengan kegiatan sejenis. Salah satu aspek yang dianggap m aju adalah keterbukaan dalam proses perdebatan dan kesediaan pem erintah untuk m engakui dan m em beberkan data atau inform asi m engenai kondisi hutan dan kebijakan kehutanan yan g am buradul. J uga kesediaan un tuk m elakukan koreksi atau perbaikan terhadap kebijakan.
H a l in i m en u n ju kka n b a h wa p r oses kon su lt a si r egion a l m em b er ika n m a n fa a t ya n g sign ifika n b a gi p a r a p ih a k u n t u k m engenali apa dan bagaim ana REDD+. Di sam ping bisa m engatasi kesen jan gan p em ah am an m au p u n kesalah am an m en gen ai ap a pentingnya REDD+ bagi situasi Indonesia saat ini.
TABEL 4: PENDAPAT PESERTA KONSULTASI REGIONAL MENGENAI PERUBAHAN PENGETAHUAN
SETELAH MENGIKUTI KONSULTASI PENYUSUNAN STRANAS REDD+
REGIONAL
MENGALAMI
TIDAK MENGALAMI
PENINGKATAN
PENINGKATAN
2% Bali, Nusa Tenggara & Maluku
Jawa
4% Sumatera Bagian Barat
29% Sumatera Bagian Timur
62 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Ma yor it a s p eser t a b er p en d a p a t b a h wa kon su lt a si p u b lik m er upakan pen dekatan yan g efektif un tuk m em bah as ber bagai m a sa la h d a n m en en t u ka n kep u t u sa n a t a u St r a t egi Na sion a l pen gem ban gan REDD+. Ban yak di an tara peserta yan g m en ilai bahwa hasil konsultasi publik pun sudah baik. Meskipun dem ikian, banyak juga peserta yang m em iliki pendapat beragam , m ulai dari sangat baik hingga sangat kurang baik (lihat Grafik 16).
GRAFIK 16. PENDAPAT PESERTA KONSULTASI REGIONAL MENGENAI EFEKTIVITAS PROSES KONSULTASI REGIONAL PENYUSUNAN STRATEGI NASIONAL REDD+
Sangat Baik
Baik
Biasa Saja
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
Salah satu aspek pen tin g yan g dibah as dalam pelaksan aan k o n s u lt a s i r e gio n a l a d a la h p e m b a h a s a n m e n ge n a i s t r a t e gi pelaksanaan REDD+ dan relevansinya dengan kebutuhan di wilayah provinsi m asing-m asing. Sebagian besar peserta, terutam a kalangan NGO, berpendapat bahwa sebagai sebuah draf strategi, dokum en
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Stranas REDD+ sangat relevan dengan kebutuhan m ereka di daerah m asing-m asing. Hanya sedikit yang m engatakan kurang baik atau sangat tidak baik (Grafik 17).
Hal ini m erupakan perkem bangan yang sangat baik dan m enun- jukkan bahwa Stranas REDD+ telah dibangun berdasarkan konteks per soalan yan g ter jadi di seju m lah wilayah . Selain itu , Str an as REDD+ telah m em buka ruang kom unikasi yang lebih baik antara pem erintah dan para pihak, terutam a dengan kalangan NGO.
GRAFIK 17. PENDAPAT PESERTA KONSULTASI REGIONAL MENGENAIRELEVANSI ISI DRAF 1 STRATEGI NASIONAL REDD+ DENGAN KONDISI DAN KEBUTUHAN DAERAH
Sangat Baik Baik
Biasa Saja
Kurang Baik
Sangat Kurang Baik
64 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
4.2.1.4 Isu-isu Penting dalam Proses Konsultasi Regional
1. P o s is i S tra n a s RED D + d a la m S ke m a RAN GRK d a n Lo I In d o n e s ia -N o rw e gia
Posisi REDD+ dan keterkaitannya dengan RAN GRK m enjadi salah satu poin pen tin g dalam diskusi. RAN GRK disusun un tuk m ewujudkan kom itm en politik Indonesia untuk m engurangi em isi GRK hin gga sebesar 26% pada 20 20 den gan pem biayaan dalam negeri yang bersum ber dari APBN dan 41% dengan dukungan dari luar. Penurunan sebesar 14% dari total 26% target penurunan em isi GRK Indonesia diharapkan berasal dari sektor hutan, terutam a dari lahan gam but.
Dalam berbagai kesempatan, Bappenas menyatakan bahwa RAN GRK m en ja d i p a yu n g h u ku m b a gi St r a n a s RE DD+ . H a l in i m enim bulkan banyak pertanyaan peserta karena dinilai rancu dan sulit dikom binasikan. Hal itu disebabkan RAN GRK yang berfungsi sebagai payung tingkatannya sudah rencana aksi, sem entara Stranas REDD+ yang akan dipayungi justru tingkatannya strategi.
Selain itu, dalam konteks GRK, Stranas REDD+ tidak disusun untuk sekadar m em enuhi prasyarat dalam rangka LoI RI-Norwegia, t et a p i ju ga seb a ga i u p a ya p er cep a t a n t er h a d a p im p lem en t a si kepentingan Indonesia untuk melakukan penataan kembali terhadap p en gelola a n sekt or keh u t a n a n d a n m em b er ika n su m b a n gsih terhadap dunia dalam menurunkan emisi GRK dari sektor kehutanan. Nam un , sebagian peserta m en olak pan dan gan seperti in i karen a m er eka m elih a t b a h wa p em er in t a h m em iliki a gen d a p olit ik t er sem b u n yi d i b a lik REDD+ . Tu d in ga n in i d ia r a h ka n p a d a kecenderungan kebijakan kehutanan yang terkesan m enggunakan standar ganda. Pada satu sisi bicara REDD+, tetapi pada sisi yang la in m e m b ia r k a n k o n ve r s i h u t a n a la m u n t u k k e p e n t in ga n perkebunan skala besar.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
2 . D e fin is i H u ta n
Perdebatan di konsultasi regional juga mengedepankan berbagai perbedaan definisi m engenai hutan dan kawasan hutan. Dokum en Stranas REDD+ pun (draf 0 ), m isalnya, m enggunakan definisi hutan sebagaim ana yang digunakan didalam UU No 41 Tahun 1999 tentang Keh utan an . Sem en tara defin isi m en gen ai deforestasi m en gikuti definisi yang digunakan oleh FAO. Perbedaan-perbedaan ini dinilai bisa m en im bulkan ker um itan dalam r en can a aksi, bah kan bisa ber akibat kesalah an d alam im p lem en t asi kebijakan . Men u r u t beberapa peserta, Indonesia sebaiknya merumuskan sendiri apa yang dim aksud dengan deforestasi berdasarkan situasi ekologi Indonesia sehingga definisi dan im plem entasinya m enjadi lebih sesuai dengan konteks nasional.
3 . Ke le m b a ga a n RED D +
Dalam berbagai diskusi di sem ua regional, tem a kelem bagaan REDD+ selalu m uncul sebagai salah satu bahan dialog. Nam un, tidak ada satu pihak pun yang bisa m erum uskannya dengan lebih jelas. Tim Penulis Stranas sendiri tidak m erum uskannya karena proses pem bahasannya dilakukan oleh tim lain yang dikoordinasikan oleh UKP4. Perdebatan tentang hal ini sangat mengambang karena semua or an g su lit m en gaitkan n ya d en gan r u m u san Str an as yan g ad a. Meskipun dem ikian, sebagian peserta m engusulkan perlunya sebuah lem baga baru dan sebagian lagi m en gusulkan kelem bagaan yan g bersifat ad-hoc. Bahkan, ada usulan agar yang dirum uskan adalah fu n gs i d a n t u ga s u t a m a n ya , la lu d ile ka t ka n p a d a b e b e r a p a kelembagaan yang sudah ada, seperti halnya Kementerian Kehutanan dan Kem enterian Lingkungan Hidup.
Sebagian p eser t a ju ga m em p er t an yakan m en gap a saat in i perum usan Stranas REDD+ dikoordinasikan oleh UKP4, sebuah unit kerja Presiden yang m em iliki tugas dan kewenangan yang terbatas. Sem en tara substan si tugas dan kewen an gan yan g hen dak diatur m elalui pendekatan REDD+ m enyentuh banyak aspek yang terkait dengan m andat peraturan perundangan.
66 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Pertanyaan ini m engedepan karena banyak peserta konsultasi publik yang tidak melihat keterlibatan aktif Kementerian Lingkungan Hidup, Kem enterian Energi dan Sum ber Daya Mineral, Kem enterian Pertanian, dan Kem enterian Kelautan dan Perikanan. Bahkan, ada pen dapat sejum lah n ar asum ber yan g m en ilai pr oses seper ti in i bertentangan dengan prinsip inklusivitas dan institusionalitas.
4 . Ge n d e r J u s t i c e
Kom posisi peserta m asih didom inasi peserta laki-laki sehingga per an per em puan dalam pr oses kon sultasi pun m en jadi san gat t er b a t a s. H a l in i t er lih a t t id a k h a n ya d a r i kom p osisi p eser t a perem puan dibandingkan dengan peserta laki-laki, tetapi juga dalam proses penyam paian pendapat, peserta perem puan cenderung pasif
d an ku r an g m en d apatkan kesem patan ber bicar a d iban d in gkan dengan peserta laki-laki.
Dari sisi substansi Stranas REDD+, sejum lah peserta m enyam - paikan kritik keras karen a pada tataran an alisis m asalah den gan m enggunakan m etode tulang ikan (fish bone) tidak tam pak sam a sekali analisis gender, terutam a dalam m elihat ketim pangan relasi antara degradasi dan deforestasi dengan hak-hak, kepentingan, dan eksisten si kehidupan perem puan di lin gkun gan m asyarakat adat m au pu n m asyar akat lain n ya yan g tin ggal d i d alam d an d i lu ar kawasan hutan. Akibatnya, ketim pangan gender dalam pola pengu- asaan sum ber daya hutan atau sum ber-sum ber kehidupan bersam a yang terkait dengan hutan tak tam pak dalam kerangka strategi. Bagi sejum lah perem puan, Stranas REDD+ dengan form at dan substansi seperti itu hanya akan m em perpanjang ketidakadilan gender dalam pengelolaan kehutanan di sejum lah wilayah di Indonesia.
5 . H a k Ma s ya ra ka t Ad a t
Bagi sebagian peserta, substansi draf Stranas m aupun proses pem bahasannya sudah m enyentuh isu-isu m asyarakat adat, tetapi belum m enegaskan upaya pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak m asyarakat adat. Bahkan, isu-isu tenurial yang diadopsi di
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
6 . P e rd a ga n ga n Ka rb o n
Sebagian kalangan NGO ada yang sangat skeptis melihat REDD+ dengan alasan bahwa pendekatan ini m erupakan pendekatan yang secara global sangat tidak adil. Dalam artian bahwa di balik langkah- langkah yang sedang disiapkan pem erintah, terselip kepentingan negara-negara industri untuk: (1) mengalihkan beban tanggung jawab pen urun an em isi GRK secara global ke n egara-n egara tropis, (2) kepentingan perdagangan karbon yang identik dengan insentif atas kem am puan m em elihara hutan, dan (3) ada upaya m em pertahankan kebijakan konversi lahan untuk perkebunan sawit dan hutan tanaman industri (HTI) lainnya dengan alasan bahwa sawit dan HTI juga bisa m enurunkan em isi GRK.
4.2.1.5 Analisis terhadap Proses Konsultasi Regional
1. P e m e n u h a n P rin s ip In klu s ivita s
Dari sisi pen yiapan peserta, kon sultasi region al din ilai bisa m enghadirkan para pelaku kebijakan m aupun pihak-pihak lain yang berkepentingan, term asuk kelom pok yang posisinya rentan, yaitu m asyarakat adat, m asyarakat yang ada di hutan m aupun di sekitar hutan , dan kelom pok perem puan . Walaupun harus diakui m asih banyak kritik yang terlontar terhadap proses penyiapan peserta yang
d in ila i t er la lu b u r u -b u r u d a n t id a k b isa m en ja n gka u selu r u h pem angku kepentingan.
68 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
Langkah m aju lainnya dalam penyiapan peserta adalah upaya Bappen as, UN-REDD Program m e In don esia dan juga kem itraan Indonesia untuk melakukan berbagai pertemuan dini. Di tiga wilayah regional, yaitu Papua, Kalim antan, dan Sum atera II, sudah dilakukan pertem uan prakonsultasi untuk m em bahas kebutuhan penyiapan peserta, termasuk penyediaan informasi untuk membantu para pihak yang m em iliki keterbatasan pem aham an m engenai isu-isu REDD+.
Nam un, harus diakui bahwa upaya yang sangat baik ini m enjadi tidak banyak m em bantu karena jarak waktu antara proses pem ilihan peserta dan pelaksanaan konsultasi regional terlalu singkat. Beberapa tahapan pen tin g ten tan g hal in i terpaksa dilewati. H al in i secara la n gs u n g m a u p u n t id a k la n gs u n g t e la h m e n gu r a n gi m a kn a pelaksan aan keem pat prin sip in klusivitas dalam pen gem ban gan Stranas REDD+.
Selain itu , p r oses p er u m u san ker an gka awal Str an as yan g dilakukan secara terbatas (eksklusif) di lingkungan Tim Pengarah m engundang kritik dari kalangan pejabat pem erintah m aupun CSO di sejum lah wilayah regional. Banyak yang m erasa tidak diajak bicara sebelu m d r af Str an as d isu su n . Sebagian per wakilan pem an gku kepentingan di Banda Aceh, Palangkaraya, J am bi, Palu, dan Papua malah bersikap resisten karena merasa hanya dijadikan alat legitimasi terhadap draf 1 Stranas versi yang sudah disiapkan terlebih dahulu tanpa m em pertim bangkan situasi dan kepentingan banyak pihak di subnasional.
Kekurangan lainnya adalah tidak tersedianya inform asi dasar yang bisa m em bantu peserta untuk m em aham i isu-isu REDD+ yang sarat dengan istilah-istilah ilm u pengetahuan (sains) yang kom pleks dan tidak m udah dim engerti oleh beberapa pihak. Berdasarkan hasil wawan cara den gan beberapa peserta kon sultasi region al, ban yak peserta yang m engaku tidak m em aham i sisi teknis REDD+ sehingga tidak bisa m en gikuti perdebatan den gan baik. Beberapa peserta perem puan banyak yang m em ilih diam karena m alu atau enggan bertanya. Situasi seperti ini tentu saja dapat m em arjinalkan pihak- pihak tertentu dalam proses diskusi dan konsultasi publik.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
2 . P e m e n u h a n P rin s ip Tra n s p a ra n s i
Konsultasi regional m erupakan proses yang m enarik perhatian ban yak p ih ak. Salah satu d aya tar ik d isku si in i ad alah ad an ya keterbukaan dalam m em perdebatkan isu-isu yang sensitif, terutam a menyangkut kekurangan atau kelemahan kebijakan pemerintah masa lalu dalam bidang kehutanan m aupun pengelolaan lingkungan dan sum ber daya alam . Sebagian peserta bahkan m engakui proses ini telah m enandai m unculnya kesediaan para pihak untuk bertem u dan m em bahas strategi secara bersam a. Beberapa juga m enilai proses pem bahasan rum usan REDD+ telah m em buka harapan baru untuk pendekatan m ultipihak yang lebih transparan.
Wa la u d em ikia n , p em en u h a n p r in sip t r a n sp a r a n si m a sih diwar n ai oleh r en dah n ya kualitas akses din i peser ta kon sultasi terhadap draf Stran as REDD+. Draf Stran as REDD+ justru baru dibagikan ketika pelaksanaan konsultasi sehingga makin mengurangi kem am puan sebagian peserta dalam m engikuti konsultasi. Itu pun tanpa disertai dengan berbagai penjelasan teknis terhadap berbagai istilah atau frasa yang sulit dipaham i oleh peserta yang tidak akrab dengan istilah-istilah asing dan ilm iah.
Ke le m a h a n in i s e b e t u ln ya s u d a h d ia n t is ip a s i o le h Tim Pen yelen ggara den gan m em berikan kesem patan kepada peserta konsultasi untuk m em beri m asukan secara tertulis m elalui e-m ail kepada Bappenas atau Tim Penulis. Pihak UN-REDD Program m e Indonesia sendiri kem udian berinisiatif m em perkuat im plem entasi prinsip transparansi dengan m eng-up-date setiap perkem bangan proses penyusunan Stranas REDD+ dalam w ebsite m ereka. Meski dem ikian , tidak ban yak peserta yan g m em iliki akses ke jarin gan internet yang m enggunakan peluang ini hingga dokum en Stranas diserahkan kepada UKP4 pada tanggal 17 Novem ber 20 10 .
Kelem ahan lainnya adalah tidak ada tanggapan balik (feedback m ech a n ism ) t er h a d a p st a t u s m a su ka n p a r a p ih a k ya n g t ela h disam paikan secara lisan di dalam konsultasi publik m aupun secara tertulis. Selain itu, tidak ada pen jelasan atau in form asi ten tan g perubahan-perubahan susunan substansi dokum en Stranas REDD+ dari waktu ke waktu.
70 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
3 . P e m e n u h a n P rin s ip Kre d ib ilita s
Sejak awal, kredibilitas pen yusun an Stran as REDD+ san gat ditentukan oleh adanya tim kerja (pengarah, pelaksana, dan penulis) yan g ter d ir i d ar i p ar a ah li ber p en galam an , baik d ar i kalan gan p em er in t a h , CSO, m a u p u n a ka d em isi. J u ga oleh p r oses ya n g
d ikoor d in asikan oleh lem baga yan g kr ed ibel d an ber sifat lebih terbuka dibandingkan dengan proses sejenis lainnya.
Meski dem ikian, pada proses konsultasi regional m aupun pasca- kon su lt a si r egion a l, kr ed ib ilit a s p en yu su n a n St r a n a s ju st r u m engundang banyak pertanyaan. Pertam a, selam a konsultasi para ahli dari kalangan pem erintah yang duduk di Tim Pengarah dan Tim Pelaksana hanya satu-dua orang yang hadir, bahkan ada yang tidak hadir sam a sekali. Hal ini m enjadi m asalah ketika banyak peserta yang m em pertanyakan posisi pem erintah terhadap isu-isu tertentu atau m em pertanyakan kesungguhan pem erintah dalam m engiple- mentasikan Stranas REDD+. Tim penulis tentu saja sulit memberikan jawaban karena m em ang itu bukan porsi penulis. Sem entara dari kalangan pejabat pem erintah tidak ada yang m em iliki kom petensi dan kewen an gan un tuk m em berikan pen jelasan yan g m em adai. Akibatnya, peserta m enjadi ragu dan m enganggap proses ini tidak kredibel.
Kedua, tidak terbangun tanggapan balik (feedback m echanism ) terhadap seluruh m asukan yang diperoleh dari proses konsultasi regional m aupun m asukan tertulis dari lem baga-lem baga CSO dan sektor-sektor pem erin tahan . Yan g bisa dilakukan pen ulis adalah m enjanjikan bahwa m asukan dan kritik dalam pertem uan konsultasi di tujuh wilayah regional akan disam paikan kepada pem erintah dan hasilnya disam paikan kem bali kepada sem ua pihak. Terhadap hal ini, banyak peserta yang memberikan apresiasi atas upaya tim penulis Stranas, tetapi sebaliknya m eragukan kesediaan pem erintah untuk m em berikan tanggapan balik kepada peserta.
CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA
4 . P e m e n u h a n P rin s ip In s titu s io n a lita s
Proses pelem bagaan m asih tetap m enjadi salah satu titik lem ah dalam im plem entasi prinsip dasar perum usan Stranas REDD+. Ini dapat dilihat dari adanya perubahan-perubahan dalam struktur dasar p en u lis a n St r a n a s m a u p u n d a la m s u b s t a n s i ya n g m en ga t u r kelem bagaan REDD+ ke depan. Salah satu kerum itan yang ditem ui dalam proses ini adalah kuatnya perbedaan pendapat di lingkungan elite birokrasi dalam m enentukan seperti apa proses pelem bagaan REDD+ ke depan.