Variabel Penelitian

4.6 Variabel Penelitian

4.6.1 Identifikasi Variabel

Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya (Noor, 2015). Jenis-jenis variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah variabel bebas, variabel terikat, dan variabel mediasi.

1) Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah locus of control dan komitmen organisasi.

2) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku reduksi kualitas audit.

3) Variabel mediasi merupakan variabel yang secara teoritis memengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan terikat menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur (Sugiyono, 2014). Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah tekanan anggaran waktu audit.

4.6.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel. Dimensi (indikator) ini dapat berupa perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik. Definisi operasional lebih menekankan kepada hal-hal yang dapat dijadikan Definisi operasional mendefinisikan sebuah konsep/variabel agar dapat diukur, dengan cara melihat pada dimensi (indikator) dari suatu konsep/variabel. Dimensi (indikator) ini dapat berupa perilaku, aspek, atau sifat/karakteristik. Definisi operasional lebih menekankan kepada hal-hal yang dapat dijadikan

1) Perilaku Reduksi Kualitas Audit (Y) Perilaku reduksi kualitas audit merupakan tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektivitas bukti- bukti audit yang dikumpulkan. Variabel ini mengukur seberapa sering responden melakukan sekelompok tindakan-tindakan yang dapat mengurangi efektivitas bukti-bukti audit yang dikumpulkan selama pelaksanaan program audit. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk perilaku reduksi kualitas audit adalah menggunakan indikator yang dirangkum oleh Silaban (2009) yang diadopsi dari Alderman dan Deitrick (1982); Raghunathan (1991); Kelley dan Margheim (1990); Malone dan Robert (1996); Otley dan Pierce (1996); Herrbach (2001); Pierce dan Sweeney (2004). Indikator-indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2

Indikator-Indikator Konstruk Perilaku Reduksi Kualitas Audit

Kode

Indikator

RKA 1 Penghentian prematur prosedur audit RKA 2

Review yang dangkal terhadap dokumen klien

RKA 3 Pengujian terhadap sebagian item sampel RKA 4

Tidak memperluas ruang lingkup pengujian ketika terdeteksi suatu pos atau akun yang meragukan

RKA 5 Menerima penjelasan klien yang memadai RKA 6

Tidak menginvestigasi kesesuaian perlakuan akuntansi yang diterapkan klien

RKA 7

Mengurangi pekerjaan audit dari program audit

RKA 8 Merubah atau mengganti prosedur audit RKA 9

Pengandalan lebih bertahap hasil pekerjaan klien RKA 10

Mengurangi dokumentasi bukti audit Sumber: Silaban (2009)

5 poin, yaitu sangat tidak sering (STS), tidak sering (TS), kadang-kadang (K), sering (S), dan sangat sering (SS). Responden diminta menunjukkan seberapa sering mereka melakukan setiap tindakan mereduksi kualitas dalam pelaksanaan program audit. Skor yang tinggi pada skala likert menunjukkan frekuensi perilaku reduksi kualitas audit pada tingkat yang lebih tinggi, dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan frekuensi perilaku reduksi kualitas audit pada tingkat yang lebih rendah.

Instrumen ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan skala likert

2) Locus of Control (X 1 )

Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri. Variabel ini mengukur keyakinan individual atas faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan maupun kegagalan yang dialaminya. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk locus of control adalah menggunakan indikator yang dirangkum oleh Silaban (2009) yang diadopsi dari Spector (1988). Indikator- indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Indikator-Indikator Konstruk Locus of Control

Kode

Indikator

LOC 1 Pekerjaan merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil LOC 2

Hasil dari suatu pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan LOC 3

Pekerjaan dapat terlaksana dengan baik jika ada perencanaan yang baik

LOC 4 Seorang bawahan harus selalu memberi saran atau pendapat kepada atasannya

LOC 5 Memperoleh pekerjaan yang sesuai adalah suatu keberuntungan

LOC 6 Memperoleh penghargaan adalah suatu keberuntungan LOC 7

Suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik jika dilakukan secara sungguh-sungguh

LOC 8 Untuk memperoleh pekerjaan harus ada teman atau kenalan yang membantu

LOC 9 Promosi merupakan suatu keberuntungan LOC 10

Untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai, kenalan atau teman lebih penting daripada kemampuan

LOC 11 Promosi diberikan kepada karyawan yang kinerjanya baik LOC 12

Untuk mendapatkan yang diinginkan, seseorang harus kenal dengan orang yang tepat

LOC 13 Untuk dapat berprestasi diperlukan keberuntungan LOC 14

Karyawan yang bekerja dengan baik akan mendapat imbalan yang sepadan

LOC 15 Pengaruh yang diberikan karyawan terhadap atasannya lebih besar dari yang dipikirkan karyawan bersangkutan

LOC 16 Keberuntungan merupakan faktor yang membedakan orang yang berhasil dan gagal

Sumber: Silaban (2009) Instrumen ini terdiri 16 butir pertanyaan dengan menggunakan skala likert

5 poin, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), tidak ada pendapat (TAP), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Delapan pertanyaan disusun dengan skor terbalik, yaitu pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 7, 11, 14, dan

15. Responden diminta untuk mengidentifikasi hubungan antara hasil yang diperoleh (outcome) dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Skor yang lebih tinggi pada skala pengukuran menunjukkan locus of control eksternal 15. Responden diminta untuk mengidentifikasi hubungan antara hasil yang diperoleh (outcome) dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Skor yang lebih tinggi pada skala pengukuran menunjukkan locus of control eksternal

3) Komitmen Organisasi (X 2 )

Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai keterikatan individu di dalam suatu kelompok atau organisasi, dimana individu tersebut bekerja. Variabel ini mengukur komitmen auditor terhadap organisasinya atau KAP tempat mereka bekerja. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk komitmen organisasi adalah menggunakan indikator yang dirangkum oleh Suparman (2007) yang diadopsi dari Meyer et al . (1993). Indikator-indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4

Indikator-Indikator Konstruk Komitmen Organisasi

Kode

Indikator

KO 1 Terikat secara emosional KO 2

Merasakan KO 3

Kebutuhan dan keinginan KO 4

Biaya (pengorbanan) KO 5

Percaya (setia) KO 6

Loyalitas Sumber: Suparman (2007)

5 poin, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), tidak ada pendapat (TAP), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Responden diminta menunjukkan seberapa tinggi komitmen mereka untuk tetap bertahan di dalam organisasi. Skor yang tinggi pada skala likert menunjukkan auditor memiliki komitmen yang kuat

Instrumen ini terdiri dari 6 pertanyaan dengan skala likert Instrumen ini terdiri dari 6 pertanyaan dengan skala likert

4) Tekanan Anggaran Waktu Audit (X 3 )

Tekanan anggaran waktu audit merupakan stres yang dirasakan oleh auditor dalam pelaksanaan prosedur audit yang ditimbulkan karena ketatnya anggaran waktu audit. Variabel ini mengukur seberapa sering responden merasakan terdapat tekanan dalam pelaksanaan suatu prosedur audit tertentu yang ditimbulkan anggaran waktu audit. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur konstruk tekanan anggaran waktu audit adalah indikator yang dirangkum oleh Silaban (2009) yang diadopsi dari Kelley dan Seiler (1982); Otley dan Pierce (1996); Coram et al . (2003); Pierce dan Sweeney (2004). Indikator-indikator tersebut tersaji dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Indikator-Indikator Konstruk Tekanan Anggaran Waktu Audit

Kode

Indikator

TAWA 1 Merasakan suatu kewajiban untuk melaksanakan atau menyelesaikan suatu prosedur audit tertentu pada batas anggaran waktu

TAWA 2 Merasakan pelaksanaan prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai

TAWA 3 Merasakan anggaran waktu audit sebagai kendala untuk pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu

TAWA 4 Merasakan pelaksanaan atau penyelesaian prosedur audit tertentu dalam batas anggaran waktu audit sulit untuk dipenuhi

TAWA 5 Merasakan anggaran waktu audit untuk pelaksanaan suatu prosedur audit tertentu tidak mencukupi TAWA 6 Merasakan anggaran waktu audit untuk pelaksanaan prosedur audit tertentu sangat ketat Sumber: Silaban (2009)

Instrumen yang digunakan mengukur tekanan anggaran waktu yang dirasakan terdiri dari 6 item pertanyaan dengan skala likert

5 poin, yaitu sangat tidak sering (STS), tidak sering (TS), kadang-kadang (K), sering (S), dan sangat sering (SS). Responden diminta untuk memberikan respon atas enam pertanyaan yang menunjukkan keadaan dimana responden merasakan terdapat tekanan anggaran waktu pada pelaksanaan program audit. Skor yang tinggi pada skala likert menunjukkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu audit pada tingkat yang lebih tinggi, dan sebaliknya skor yang rendah menunjukkan auditor merasakan tekanan anggaran waktu audit pada tingkat yang lebih rendah.