2 Model Statistik
Gambar 4.2 Model Statistik
Berdasarkan Gambar 4.2 dibuat sistem persamaan struktural sebagai berikut:
a) Pengaruh locus of control dan komitmen organisasi pada tekanan anggaran waktu audit dengan persamaan sebagai berikut:
X 3 =b 1 X 1 +b 2 X 2 +e 1 ……………………................... (1)
b) Pengaruh locus of control , komitmen organisasi, dan tekanan anggaran waktu audit pada perilaku reduksi kualitas audit dengan persamaan sebagai berikut:
Y=b 3 X 1 +b 4 X 2 +b 5 X 3 +e 2 ……………………........ (2) Keterangan:
b 1 = Koefisien jalur locus of control dengan tekanan anggaran waktu audit
b 2 = Koefisien jalur komitmen organisasi dengan tekanan anggaran waktu audit
b 3 = Koefisien jalur locus of control dengan perilaku reduksi kualitas audit
b 4 = Koefisien jalur komitmen organisasi dengan perilaku reduksi kualitas audit
b 5 = Koefisien jalur tekanan anggaran waktu audit dengan perilaku reduksi kualitas audit
X 1 = Locus of control
X 2 = Komitmen organisasi
X 3 = Tekanan anggaran waktu audit Y = Perilaku reduksi kualitas audit
e = Standar error
2) Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi
a) Di dalam model analisis jalur, hubungan antarvariabel adalah linier dan aditif. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony yaitu bilamana seluruh model signifikan atau nonsignifikan berarti dapat dikatakan model berbentuk linier.
b) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal ke satu arah, sedangkan pada model yang mengandung kausal resiprokal tidak dapat dilakukan analisis jalur.
c) Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval.
d) Pengamatan diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel).
e) Model yang dianalisis dispensifikasikan (diidentifikasi) dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep relevan.
3) Pendugaan parameter atau koefisien jalur Di dalam analisis jalur di samping ada pengaruh langsung juga terdapat pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Koefisien beta dinamakan koefisien jalur merupakan pengaruh langsung, sedangkan pengaruh tidak langsung dilakukan dengan mengalikan koefisien beta dari variabel yang dilalui. Pengaruh total dihitung dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung.
4) Pemeriksaan validitas suatu kesalahan model Sahih tidaknya suatu hasil analisis tergantung dari terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasinya. Terdapat dua indikator validitas model di dalam analisis jalur yaitu koefisien determinasi total dan theory trimming .
a) Koefisien Determinasi Total Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan:
R 2 2 m =1 – P e 1 P 2 e 2 ……P 2 ep …………………….. (3) R Dalam hal ini, interprestasi terhadap 2 m sama dengan interprestasi regresi koefisien determinasi (R) pada analisis 2 . P ei yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung dengan rumus:
P 2 ei = √ 1-R 2 ……………………………………… (4) P 2 ei = √ 1-R 2 ……………………………………… (4)
adalah sama dengan pada analisis regresi, menggunakan nilai p (p-value) dari uji t, yaitu pengujian koefisien regresi variabel yang dibakukan secara parsial. Berdasarkan theory trimming , maka jalur yang nonsignifikan dibuang sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiris, kecuali model tertentu yang didukung oleh konsep atau teori.
5) Pengujian variabel mediasi Pengujian hipotesis mediasi dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel pada tahun 1982 dan dikenal dengan Uji Sobel (Sobel test) . Uji Sobel ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung
variabel bebas (X 1 dan X 2 ) terhadap variabel terikat (Y) melalui variabel mediasi (X 3 ) (Utama, 2014).
a) Jalur X 1 ke X 3 dengan X 3 ke Y atau b 1 b 5
Koefisien regresi tidak standar X 1 ke X 3 dan X 3 ke Y ditulis dengan b 1 dan b 5 , sedangkan standard error -nya ditulis dengan S b 1 dan S b 5 . Besarnya standard eror tidak langsung X 1 ke X 3 dan X 3 ke Y yang ditulis
dengan S b 1 b 5 , dihitung dengan rumus sebagai berikut:
S b 1 b 5 1 = 2 √b 5 2 S b 1 2 +b 2 S b 5 …………………………...… (5) Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka menghitung
nilai t dari koefisien X 1 ke X 3 dan X 3 ke Y yang ditulis dengan z 1 , menggunakan rumus sebagai berikut: nilai t dari koefisien X 1 ke X 3 dan X 3 ke Y yang ditulis dengan z 1 , menggunakan rumus sebagai berikut:
b) Jalur X 2 ke X 3 dengan X 3 ke Y atau b 2 b 5
Koefisien regresi tidak standar X 2 ke X 3 dan X 3 ke Y ditulis dengan b 2 dan b 5 , sedangkan standard error -nya ditulis dengan S b 2 dan S b 5 , besarnya standard eror tidak langsung X 2 ke X 3 dan X 3 ke Y yang ditulis dengan S b 2 b 5 , dihitung dengan rumus sebagai berikut: S b 2 b 5 2 = 2 √b 5 2 S 2 b 2 +b 2 S b 5 …………………………...… (7)
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka menghitung nilai t dari koefisien X 2 ke X 3 dan X 3 ke Y yang ditulis dengan z 2 , menggunakan rumus sebagai berikut:
z 2 = S b 2 b 5 ……………………………………… (8) Untuk mengetahui pengambilan keputusan uji hipotesis H 3a dan H 3b , maka dilakukan dengan cara membandingkan p value dan alpha (0,05), dengan
ketentuan sebagai berikut: (a) p value ≥ alpha (0,05) atau z hitung ≤z tabel , berarti
X 3 bukan variabel mediasi, dan (b) p value < alpha (0,05) atau z hitung >z tabel , berarti X 3 merupakan variabel mediasi.
6) Interprestasi Hasil Analisis Langkah terakhir di dalam analisis jalur adalah melakukan interprestasi hasil analisis, yaitu menentukan jalur-jalur pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya lebih kuat yaitu dengan membandingkan besarnya koefisien jalur yang terstandar.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Responden dan Data Penelitian
5.1.1 Deskripsi Responden
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah tiga puluh lima auditor. Berdasarkan tiga puluh lima kuesioner yang disebar, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga puluh lima kuesioner (seratus persen). Ringkasan penyebaran dan pengembalian kuesioner penelitian disajikan dalam Tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner Penelitian
Persentase Kuesioner yang disebar
Keterangan
Jumlah
35 100% Kuesioner yang tidak kembali
0 0% Kuesioner yang kembali
35 100% Kuesioner yang gugur/tidak lengkap
0 0% Kuesioner yang dapat digunakan
35 100% Tingkat pengembalian: 35/35 x 100% = 100% Tingkat pengembalian yang digunakan = 35/35 x 100% = 100%
5.1.2 Profil Responden
Profil responden memaparkan mengenai jenis kelamin, pendidikan terakhir, register akuntan, lama bekerja sebagai auditor di KAP, pendidikan, lamanya responden bekerja sebagai auditor, dan jumlah penugasan audit yang pernah ditangani. Tabel 5.2 menunjukkan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini:
Tabel 5.2 Profil Responden
Persentase Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
1. Strata Satu
2. Strata Dua
3. Strata Tiga
Register Akuntan
1. Ada
2. Tidak ada
Lama Bekerja
1. 1 tahun sampai dengan 2 tahun
2. 2 tahun sampai dengan 5 tahun
3. Di atas 5 tahun
15 42,86% Jumlah
Jumlah Penugasan
1. Kurang dari 10 penugasan
2. 11 sampai dengan 20 penugasan
3. 21 sampai dengan 30 penugasan
4. Lebih dari 30 penugasan
11 31,43% Jumlah
Berdasarkan profil responden, sampel penelitian ini dipertimbangkan cukup representatif karena anggota sampel memiliki karakteristik demografi beragam, Berdasarkan profil responden, sampel penelitian ini dipertimbangkan cukup representatif karena anggota sampel memiliki karakteristik demografi beragam,
5.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian
Statistik deskriptif memberikan informasi tentang karakteristik variabel penelitian seperti: jumlah amatan, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi. Nilai minimum adalah nilai terkecil atau terendah pada suatu gugus data, sedangkan nilai maksimum merupakan nilai terbesar atau nilai tertinggi pada suatu gugus data. Nilai rata-rata dari suatu gugus data merupakan suatu ukuran pusat data bila data itu diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya. Penggunaan nilai rata-rata merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data yang diteliti. Standar deviasi merupakan ukuran penyimpangan sejumlah data dari nilai rata-ratanya. Hasil statistik deskriptif variabel dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Hasil Statistik Desktiptif Variabel
Nilai Standar Variabel
Nilai
Nilai
Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi Locus of control (X 1 )
Komitmen Organisasi (X 2 )
35 6 25 11,67 5,40 Perilaku Reduksi Kualitas Audit (Y)
Tekanan Anggaran Waktu Audit (X 3 )
35 11 39 18,28 9,12 Valid N
Sumber: Lampiran 3 Berdasarkan data pada Tabel 5.3 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Locus of control memiliki nilai terendah 16, nilai tertingginya 62, nilai rata- rata sebesar 27,42 dan standar deviasinya 14,59. Nilai rata-rata sebesar 27,42 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke 1) Locus of control memiliki nilai terendah 16, nilai tertingginya 62, nilai rata- rata sebesar 27,42 dan standar deviasinya 14,59. Nilai rata-rata sebesar 27,42 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke
2) Komitmen organisasi memiliki nilai terendah 5, nilai tertingginya 21, nilai rata-rata sebesar 16,24 dan standar deviasinya 4,59. Nilai rata-rata sebesar 16,24 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke nilai tertinggi yang artinya responden cenderung memiliki komitmen organisasi yang tinggi.
3) Tekanan anggaran waktu audit memiliki nilai terendah 6, nilai tertingginya
25, nilai rata-rata sebesar 11,67 dan standar deviasinya 5,40. Nilai rata-rata sebesar 11,67 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke nilai terendah yang artinya responden cenderung pernah merasakan tekanan anggaran waktu audit dalam pelaksanaan program audit.
4) Perilaku reduksi kualitas audit memiliki nilai terendah 11, nilai tertingginya
39, nilai rata-rata sebesar 18,28 dan standar deviasinya 9,12. Nilai rata-rata sebesar 18,28 menunjukkan secara rata-rata jawaban responden cenderung mengarah ke nilai terendah yang artinya responden cenderung kurang menerima tindakan reduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit.
5.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian
5.2.1 Uji Validitas
Pengujian validitas kuesioner penelitian dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Hasil uji validitas disajikan dalam Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas
No Variabel
Koefisien Keterangan Pertanyaan Korelasi
Butir
1. Locus of Control
X 1.1 0,891 Valid
X 1.2 0,907 Valid
X 1.3 0,928 Valid
X 1.4 0,894 Valid
X 1.5 0,914 Valid
X 1.6 0,889 Valid
X 1.7 0,921 Valid
X 1.8 0,941 Valid
X 1.9 0,911 Valid
X 1.10 0,916 Valid
X 1.11 0,927 Valid
X 1.12 0,903 Valid
X 1.13 0,922 Valid
X 1.14 0,890 Valid
X 1.15 0,932 Valid
X 1.16 0,901 Valid
2. Komitmen Organisasi
X 2.1 0,904 Valid
X 2.2 0,904 Valid
X 2.3 0,943 Valid
X 2.4 0,925 Valid
X 2.5 0,868 Valid
X 2.6 0,946 Valid
3. Tekanan Anggaran Waktu Audit
X 3.1 0,882 Valid
X 3.2 0,901 Valid
X 3.3 0,896 Valid
X 3.4 0,897 Valid
X 3.5 0,906 Valid
X 3.6 0,920 Valid
4. Perilaku Reduksi Kualitas Audit Y 1.1 0,932 Valid Y 1.2 0,909
Valid Y 1.3 0,908
Valid Y 1.4 0,918
Valid Y 1.5 0,900
Valid Y 1.6 0,890
Valid Y 1.7 0,990
Valid Y 1.8 0,926
Valid Y 1.9 0,911
Valid Y 1.10 0,938
Valid
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 5.4, dapat dijelaskan bahwa semua butir pertanyaan kuesioner mempunyai nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,3. Jadi, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan adalah valid.
5.2.2 Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian menggunakan nilai cronbach ’s alpha untuk mengukur derajat kehandalan masing-masing variabel. Hasil uji reliabilitas disajikan dalam Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas
No
Variabel
Cronbach ’s Keterangan Alpha
1. Locus of Control 0,986 Reliabel
2. Komitmen Organisasi 0,963 Reliabel
3. Tekanan Anggaran Waktu Audit 0,953 Reliabel
4. Perilaku Reduksi Kualitas Audit 0,977 Reliabel
Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan Tabel 5.5, dapat dijelaskan bahwa semua instrumen mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Jadi, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian yang digunakan adalah reliabel.
5.3 Pengujian Hipotesis Dengan Analisis Jalur
Berdasarkan hasil olahan data dengan SPSS hubungan locus of control , komitmen organisasi, tekanan anggaran waktu audit, dan perilaku reduksi kualitas audit dapat dianalisis sebagai berikut.
5.3.1 Evaluasi Terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur
Pemeriksaan terhadap pemenuhan asumsi yang melandasi analisis jalur perlu dilakukan agar hasilnya memuaskan. Asumsi yang melandasi analisis jalur adalah sebagai berikut.
1) Di dalam model analisis jalur hubungan antara variabel adalah linier dan aditif. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony , yaitu bilamana seluruh model signifikan atau nonsignifikan, berarti dapat ditetapkan seluruh model berbentuk linier. Berdasarkan olahan data seperti ditampilkan pada Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa semua hubungan antar variabel penelitian menunjukkan hubungan linier. Oleh karena itu, model analisis yang dibuat layak untuk diterapkan.
Tabel 5.6 Ringkasan Model Linier
Hubungan
F hitung
df1
df2
P.Value Keterangan X 1 X 3 (b 1 ) 0,183 7,378 1 33 0,010 Signifikan
X 2 X 3 (b 2 ) 0,114 4,226 1 33 0,047 Signifikan X 1 Y (b 3 )
0,263 11,798 1 33 0,002 Signifikan X 2 Y (b 4 )
0,192 7,825 1 33 0,009 Signifikan X 3 Y (b 5 )
0,504 33,511 1 33 0,000 Signifikan Sumber: Lampiran 6
2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan. Seperti yang disajikan pada Gambar 4.2 bahwa model yang dibuat hanya sistem aliran kausal ke satu arah, tidak bolak-balik sehingga analisis jalur layak diterapkan.
3) Ukuran variabel endogen dan eksogen yang dianalisis berskala ukur interval. Oleh karena itu, analisis jalur layak digunakan dalam penelitian ini.
4) Instrumen pengukuran valid dan reliabel.
5) Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan (Bab II dan III).
5.3.2 Evaluasi Terhadap Validitas Model
Menguji validitas model di dalam analisis jalur, yaitu dengan menggunakan rumus 4.1 dan 4.2. Hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.
1) Hasil Perhitungan Standard Error
P 2 ei = √ 1-R 2
1- 0,299 √ = 0,837 P 2 e 2 = √ 1- 0,623
2) Perhitungan Koefisien Determinasi Total R 2 m =1
2 =1 2 – (0,837) (0,614) R 2 m = 0,736
P 2 ei merupakan standard error of estimate dari model regresi, P 2 e 1 sebesar 0,837, dan P 2 e 2 sebesar 0,614. Koefisien determinasi total persamaan struktural dari model penelitian sesuai dengan perhitungan pada Lampiran 6 diperoleh nilai R 2 m = 0,736. Koefisien determinasi total sebesar 0,736 mempunyai arti bahwa sebesar 73,6 persen informasi yang terkandung dapat dijelaskan oleh model yang dibentuk, sedangkan sisanya, yaitu 26,4 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang dibentuk.
5.3.3 Hasil Analisis Regresi
Berdasarkan hasil olahan data regresi dapat diringkas koefisien jalur sebagai yang ditampilkan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Ringkasan Koefisien Jalur
Regresi Koefisien Koefisien Standard t hitung P. Value Keterangan Regresi
Regresi Error
Tidak Standar Standar
Sumber: Lampiran 6 Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dijelaskan bahwa locus of control eksternal berpengaruh positif dan signifikan pada tekanan anggaran waktu audit, sedangkan komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada tekanan anggaran waktu audit. Pada persamaan lainnya, locus of control eksternal dan tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif dan signifikan pada perilaku reduksi kualitas audit, sedangkan komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikan pada perilaku reduksi kualitas audit (Y). Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel 5.7 dapat dibuat gambar sebagai berikut.
e 2 Locus of Control
Perilaku Reduksi e 1
Tekanan Anggaran
Kualitas Audit (Y) Komitmen
Waktu Audit (X 3 )
Organisasi (X 2 )
Gambar 5.1 Koefisien Jalur Locus of Control , Komitmen Organisasi, Tekanan Anggaran Waktu Audit dan Perilaku Reduksi Kualitas Audit
Persamaan struktural untuk model tersebut adalah:
Model persamaan 1: X 3 = 0,430 X 1 - 0,341 X 2 +e 1 Model persamaan 2: Y = 0,308 X 1 - 0,276 X 2 + 0,485 X 3 +e 1
Koefisien pada Gambar 5.1 merupakan koefisien hubungan langsung antarvariabel. Pengaruh locus of control pada tekanan anggaran waktu audit lebih besar dibandingkan dengan komitmen organisasi, yaitu sebesar 0,430 berbanding dengan -0,341. Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dihitung hubungan tidak langsung dan total seperti Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Koefisien Hubungan Langsung, Tidak Langsung, dan Total Antarvariabel
Variabel X 1 X 2 X 3 PL
- -0,341 - - - Y
X 3 0,430 - 0,430 -0,341
0,308 0,209 0,517 -0,276 -0,165 -0,441 0,485 - 0,485 Sumber: Tabel 5.7
Keterangan: PL:
Pengaruh Langsung PTL: Pengaruh Tidak Langsung PT:
Pengaruh Total
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat dijelaskan bahwa pengaruh langsung variabel locus of control pada tekanan anggaran waktu audit adalah 0,430. Tidak ada pengaruh tidak langsung diantara variabel tersebut, sehingga pengaruh totalnya tetap sebesar 0,430. Sedangkan pengaruh langsung komitmen organisasi pada tekanan anggaran waktu audit adalah -0,341. Tidak ada pengaruh tidak langsung diantara variabel tersebut, sehingga pengaruh totalnya tetap sebesar -0,341.
Pengaruh langsung locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit adalah 0,308. Pengaruh tidak langsung locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit melalui tekanan anggaran waktu audit diperoleh dari (b 1 xb 5 ) yaitu (0,430 x 0,485) = 0,209. Sehingga pengaruh total locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit (0,308 + 0,209) = 0,517.
Pengaruh langsung komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit adalah -0,276. Pengaruh tidak langsung komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit melalui tekanan anggaran waktu audit diperoleh dari
(b 1 x b 5 ) yaitu (-0,341 x 0,485) = -0,165. Sehingga pengaruh total komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit (-0,276 + -0,165) = 0,441. Pengaruh langsung tekanan anggaran waktu audit pada perilaku reduksi kualitas audit adalah 0,485. Tidak adanya pengaruh tidak langsung diantara variabel tersebut, sehingga pengaruh totalnya tetap sebesar 0,485.
5.3.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
1) Hipotesis 1a
H 1a : Locus of control eksternal berpengaruh positif pada tekanan anggaran waktu audit.
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari locus of control pada tekanan anggaran waktu audit adalah sebesar 0,430 dengan taraf signifikansi 0,007 < 0,050. Artinya, locus of control eksternal berpengaruh positif pada tekanan anggaran waktu audit. Hasil penelitian ini menerima hipotesis 1a.
2) Hipotesis 1b
H 1b : Komitmen organisasi berpengaruh negatif pada tekanan anggaran waktu audit.
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari komitmen organisasi pada tekanan anggaran waktu audit adalah sebesar -0,402 dengan taraf signifikansi 0,028 < 0,050. Artinya, komitmen organisasi berpengaruh negatif pada tekanan anggaran waktu audit. Hasil penelitian ini menerima hipotesis 1b.
3) Hipotesis 2a
H 2a : Locus of control eksternal berpengaruh positif pada perilaku reduksi kualitas audit.
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit adalah sebesar 0,192 dengan taraf signifikansi 0,019 < 0,050. Artinya, locus of control eksternal berpengaruh Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit adalah sebesar 0,192 dengan taraf signifikansi 0,019 < 0,050. Artinya, locus of control eksternal berpengaruh
4) Hipotesis 2b
H 2b : Komitmen organisasi berpengaruh negatif pada perilaku reduksi kualitas audit.
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit adalah sebesar -0,549 dengan taraf signifikansi 0,027 < 0,050. Artinya, komitmen organisasi berpengaruh negatif pada perilaku reduksi kualitas audit. Hasil penelitian ini menerima hipotesis 2b.
5) Hipotesis 2c
H 2c : Tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif pada perilaku reduksi kualitas audit.
Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukkan bahwa koefisien regresi dari tekanan anggaran waktu audit pada perilaku reduksi kualitas audit adalah sebesar 0,819 dengan taraf signifikansi 0,001 < 0,050. Artinya, tekanan anggaran waktu audit berpengaruh positif pada perilaku reduksi kualitas audit. Hasil penelitian ini menerima hipotesis 2c.
6) Hipotesis 3a
H 3a : Tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit.
Berdasarkan hasil pengujian variabel mediasi pada Lampiran 7, menunjukkan bahwa z hitung 2,28 lebih besar dari 1,96, yang berarti tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit. Hasil penelitian ini menerima hipotesis 3a.
7) Hipotesis 3b
H 3b : Tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit.
Berdasarkan hasil pengujian variabel mediasi pada Lampiran 7, menunjukkan bahwa z hitung 0,43 lebih kecil dari 1,96, yang berarti tekanan anggaran waktu audit tidak memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit. Hasil penelitian ini menolak hipotesis 3b.
5.4 Pembahasan
5.4.1 Pengaruh Locus of Control Pada Tekanan Anggaran Waktu Audit
Hipotesis 1a memprediksi terdapat hubungan positif antara locus of control eksternal dengan tekanan anggaran waktu audit. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hipotesis 1a diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung mempersepsikan anggaran waktu sebagai tekanan dalam pelaksanaan program audit dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal.
Alasan atas diterimanya hipotesis 1a dapat diuraikan sebagai berikut. Dalam literatur psikologi dijelaskan bahwa individu yang memiliki locus of control eksternal meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan yang terbatas untuk melakukan kontrol terhadap keadaan (Lefcourt, 1992). Mereka cenderung mempunyai perasaan cemas, mudah stres, dan depresi (Wijono, 2012). Dengan demikian, auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung memandang anggaran waktu sebagai tekanan dalam pelaksanaan program audit. Kondisi demikian terjadi disebabkan oleh tuntutan kepada auditor untuk menyelesaikan Alasan atas diterimanya hipotesis 1a dapat diuraikan sebagai berikut. Dalam literatur psikologi dijelaskan bahwa individu yang memiliki locus of control eksternal meyakini bahwa mereka memiliki kemampuan yang terbatas untuk melakukan kontrol terhadap keadaan (Lefcourt, 1992). Mereka cenderung mempunyai perasaan cemas, mudah stres, dan depresi (Wijono, 2012). Dengan demikian, auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung memandang anggaran waktu sebagai tekanan dalam pelaksanaan program audit. Kondisi demikian terjadi disebabkan oleh tuntutan kepada auditor untuk menyelesaikan
Diterimanya hipotesis 1a dalam penelitian ini memberikan dukungan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2009) dan Sudirjo (2013), bahwa locus of control eksternal memiliki pengaruh pada tekanan anggaran waktu yang dirasakan. Hasil ini sekaligus mendukung teori model stres kerja, bahwa auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung mengalami stres kerja pada level yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang memiliki locus of control internal. Tekanan anggaran waktu audit merupakan stres yang dirasakan oleh auditor dalam pelaksanaan program audit sebagai akibat penilaian atau persepsi mereka terhadap anggaran waktu audit. Teori model stres kerja menyatakan bahwa stres yang dialami seseorang dalam lingkungan kerja dipengaruhi oleh karakteristik individual. Dengan demikian, locus of control auditor yang merupakan karakteristik personal auditor memberikan pengaruh pada tekanan anggaran waktu audit (stres) dalam pelaksanaan program audit.
5.4.2 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Tekanan Anggaran Waktu Audit
Hipotesis 1b memprediksi terdapat hubungan negatif antara komitmen organisasi dengan tekanan anggaran waktu audit. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hipotesis 1b diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya cenderung kurang merasakan tekanan anggaran waktu pada level yang tinggi dalam pelaksanaan program audit dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya. Dengan kata lain, semakin tinggi komitmen Hipotesis 1b memprediksi terdapat hubungan negatif antara komitmen organisasi dengan tekanan anggaran waktu audit. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hipotesis 1b diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya cenderung kurang merasakan tekanan anggaran waktu pada level yang tinggi dalam pelaksanaan program audit dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya. Dengan kata lain, semakin tinggi komitmen
Alasan atas diterimanya hipotesis 1b dapat diuraikan sebagai berikut. Komitmen organisasi menciptakan kekuatan untuk menyeimbangkan kecenderungan berperilaku disfungsional. Komitmen organisasi yang tinggi yang dimiliki auditor cenderung menghindari perilaku disfungsional walaupun ada faktor situasional yang mengganggu. Auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya akan lebih mudah merasakan stres ketika mengalami tekanan anggaran waktu audit, yang kemudian akan berdampak pada perilakunya yang menyimpang. Mereka cenderung tidak sejalan dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi, karena lebih mementingkan kepentingan pribadi.
Penelitian-penelitian terdahulu belum ada yang menguji hubungan komitmen organisasi dengan tekanan anggaran waktu audit seperti yang diuji dalam penelitian ini. Meskipun demikian, hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sejenis oleh Silaban (2009) dan Sudirjo (2013) yang menggunakan variabel komitmen profesional, yang menunjukkan bahwa komitmen berpengaruh negatif pada tekanan anggaran waktu audit. Tekanan anggaran waktu yang dirasakan merupakan stres yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan program audit sebagai akibat kendala anggaran waktu.
Hasil penelitian ini juga memberikan dukungan empiris terhadap teori model stres kerja yang menyatakan bahwa stres yang dialami seseorang dalam lingkungan kerja dipengaruhi oleh karakteristik individual. Dengan demikian, komitmen organisasi yang dimiliki auditor yang merupakan karakteristik personal Hasil penelitian ini juga memberikan dukungan empiris terhadap teori model stres kerja yang menyatakan bahwa stres yang dialami seseorang dalam lingkungan kerja dipengaruhi oleh karakteristik individual. Dengan demikian, komitmen organisasi yang dimiliki auditor yang merupakan karakteristik personal
5.4.3 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit
Hipotesis 2a memprediksi terdapat hubungan positif antara locus of control eksternal dengan perilaku reduksi kualitas audit. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hipotesis 2a diterima. Temuan penelitian ini menunjukkan auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung menerima perilaku reduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit.
Alasan atas diterimanya hipotesis 2a dapat diuraikan sebagai berikut. Individu yang memiliki locus of control eksternal meyakini keberhasilan dan kegagalan diluar kontrol atau kemampuan mereka atas kondisi atau keadaan yang mereka hadapi. Mereka cenderung memilih strategi berfokus emosi dalam menanggulangi suatu kendala. Auditor yang memiliki locus of control eksternal menghadapi anggaran waktu audit yang sempit, dimana mereka meyakini tidak dapat melakukan kontrol atas anggaran waktu tersebut, mereka cenderung memilih strategi berfokus emosi yang diwujudkan melalui tindakan mereduksi kualitas audit untuk menghadapi kendala tersebut.
Selain berfokus pada emosi, individu yang memiliki locus of control eksternal cenderung kurang mempertimbangkan konsekuensi atau akibat dari suatu tindakan yang mereka lakukan. Ketika menghadapi kendala, mereka cenderung melakukan perilaku disfungsional. Mereka menjadi kurang bertanggungjawab atas tugas yang dikerjakan.
Diterimanya hipotesis 2a dalam penelitian ini memberikan dukungan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2009); Silaban (2009); Hartati (2012); Gustati (2012); Hidayat (2012); dan Sudirjo (2013), bahwa auditor yang memiliki locus of control eksternal lebih menerima perilaku disfungsional. Penelitian ini juga mendukung teori atribusi yang dikembangkan oleh Fritz Heider tahun 1958 bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal dalam hal ini adalah karakteristik personal yang dimiliki auditor yaitu locus of control , dan kekuatan eksternal dalam hal ini adalah tekanan anggaran waktu audit. Diterimanya hipotesis 2a ini sejalan dengan Gordon dan Graham (2006) yang menjelaskan situasi di sekitar yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial yaitu dispositional attributions dalam hal ini adalah karakteristik personal yang dimiliki auditor yaitu locus of control , dan situational attributions dalam hal ini adalah tekanan anggaran waktu audit.
Hasil penelitian ini menunjukkan locus of control individu auditor memiliki pengaruh pada keyakinan auditor dalam melakukan kontrol atas kendala anggaran waktu yang dihadapi pada pelaksanaan program audit. Hal tersebut menunjukkan auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung memilih strategi berfokus emosi untuk menanggulangi kendala anggaran waktu yaitu dengan tindakan mereduksi kualitas audit. Mereka cenderung tidak memilih strategi berfokus masalah dalam menghadapi suatu kendala, yaitu dengan cara fungsional. Dengan demikian, locus of control auditor yang merupakan karakteristik personal auditor memberikan pengaruh pada perilaku reduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit.
5.4.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit
Hipotesis 2b memprediksi terdapat hubungan negatif antara komitmen organisasi dengan perilaku reduksi kualitas audit. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hipotesis 2b diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya cenderung kurang menerima perilaku reduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya. Dengan kata lain, semakin tinggi komitmen yang dimiliki auditor terhadap organisasinya maka semakin rendah penerimaan perilaku reduksi kualitas audit.
Alasan atas diterimanya hipotesis 2b dapat diuraikan sebagai berikut. Auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya memiliki keinginan yang kuat untuk mempertahankan diri dalam organisasi. Mereka cenderung berusaha mengikuti semua aturan organisasi dan mengupayakan kesuksesan organisasi. Mereka lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan kepentingan pribadinya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki komitmen organisasi yang rendah lebih cenderung untuk melihat perilaku disfungsional sebagai sesuatu yang dapat diterima, demi kepentingan pribadi.
Diterimanya hipotesis 2b dalam penelitian ini memberikan dukungan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2009); Triono dkk. (2012); Aisyah dkk. (2014), bahwa auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya lebih menerima perilaku disfungsional. Semakin rendah Diterimanya hipotesis 2b dalam penelitian ini memberikan dukungan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2009); Triono dkk. (2012); Aisyah dkk. (2014), bahwa auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya lebih menerima perilaku disfungsional. Semakin rendah
Hasil penelitian ini juga memberikan dukungan empiris terhadap teori atribusi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal dalam hal ini adalah karakteristik personal yang dimiliki auditor yaitu komitmen organisasi, dan kekuatan eksternal dalam hal ini adalah tekanan anggaran waktu audit. Diterimanya hipotesis 2a ini sejalan dengan Gordon dan Graham (2006) yang menjelaskan situasi di sekitar yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial yaitu dispositional attributions dalam hal ini adalah karakteristik personal yang dimiliki auditor yaitu komitmen organisasi, dan situational attributions dalam hal ini adalah tekanan anggaran waktu audit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa auditor yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya cenderung menghindari melakukan tindakan reduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit dibandingkan dengan auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya. Dengan demikian, semakin tinggi komitmen yang dimiliki auditor terhadap organisasinya maka semakin rendah penerimaan perilaku reduksi kualitas audit.
5.4.5 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit
Hipotesis 2c memprediksi terdapat hubungan positif antara tekanan anggaran waktu audit dengan perilaku reduksi kualitas audit. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hipotesis 2c diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat tekanan anggaran waktu audit yang dirasakan pada Hipotesis 2c memprediksi terdapat hubungan positif antara tekanan anggaran waktu audit dengan perilaku reduksi kualitas audit. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan hipotesis 2c diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat tekanan anggaran waktu audit yang dirasakan pada
Alasan atas diterimanya hipotesis 2c dapat diuraikan sebagai berikut. Pada umumnya auditor merasakan suatu tuntuntan untuk menyelesaikan tugas audit dalam batas anggaran waktu yang telah ditentukan. Ketika auditor memandang pelaksanaan tugas audit sulit atau tidak mungkin diselesaikan dalam batas anggaran waktu yang ditentukan, maka untuk memenuhi anggaran waktu mereka menempuh jalan pintas dengan melakukan tindakan mereduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit.
Diterimanya hipotesis 2c dalam penelitian ini memberikan dukungan terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2008); Nadirsyah dan Zuhra (2009); Kurnia (2009); Silaban (2009); Manullang (2010); Sudirjo (2013); dan Tanjung (2013), bahwa terdapat hubungan searah antara tekanan anggaran waktu audit yang dirasakan dengan perilaku disfungsional. Semakin sempit anggaran watu audit, maka semakin cenderung auditor untuk mereduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit.
Hasil penelitian ini juga memberikan dukungan empiris terhadap teori model stres kerja yang menyatakan bahwa stres yang dialami individu dalam lingkungan kerja memengaruhi sikap, intensi dan perilaku individual. Kendala anggaran waktu merupakan faktor utama yang menimbulkan terjadinya stres yang dirasakan auditor, sehingga auditor lebih melakukan perilaku reduksi kualitas audit untuk menanggulanginya.
5.4.6 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit Melalui Tekanan Anggaran Waktu Audit
Penelitian terdahulu oleh Silaban (2009) dan Sudirjo (2013) menguji locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit dengan tekanan anggaran waktu yang dirasakan sebagai variabel mediasi. Namun, penelitian sebelumnya lebih membandingkan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung melalui variabel mediasi. Penelitian ini menguji apakah tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku audit seperti dalam rumusan masalah nomor tiga. Hipotesis 3a yang merupakan jawaban sementara untuk rumusan masalah nomor tiga, memprediksi bahwa tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit.
Berdasarkan Tabel 5.18, pengaruh tidak langsung locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit melalui tekanan anggaran waktu audit tidak lebih kuat dari pengaruh langsungnya. Selisih pengaruh tidak langsung memiliki koefisien lebih kecil sebesar 0,099. Auditor yang cenderung memiliki locus of control eksternal berdasarkan rekapan jawaban kuesioner, adalah berjumlah sepuluh orang. Auditor yang cenderung merasakan tekanan anggaran waktu audit dan menerima perilaku reduksi kualitas audit masing-masing adalah tigabelas orang. Perbedaan jumlah tersebut menunjukkan terdapat tiga auditor yang memiliki locus of control internal merasakan adanya tekanan anggaran waktu audit dan menerima perilaku reduksi kualitas audit. Seharusnya, sesuai dengan penelitian oleh Silaban (2009); Wintari (2015); dan Sudirjo (2013); Gustati (2012); Triono dkk. (2012); dan Tanjung (2013), ketiga auditor tersebut tidak merasakan tekanan anggaran waktu audit dan tidak menerima perilaku reduksi Berdasarkan Tabel 5.18, pengaruh tidak langsung locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit melalui tekanan anggaran waktu audit tidak lebih kuat dari pengaruh langsungnya. Selisih pengaruh tidak langsung memiliki koefisien lebih kecil sebesar 0,099. Auditor yang cenderung memiliki locus of control eksternal berdasarkan rekapan jawaban kuesioner, adalah berjumlah sepuluh orang. Auditor yang cenderung merasakan tekanan anggaran waktu audit dan menerima perilaku reduksi kualitas audit masing-masing adalah tigabelas orang. Perbedaan jumlah tersebut menunjukkan terdapat tiga auditor yang memiliki locus of control internal merasakan adanya tekanan anggaran waktu audit dan menerima perilaku reduksi kualitas audit. Seharusnya, sesuai dengan penelitian oleh Silaban (2009); Wintari (2015); dan Sudirjo (2013); Gustati (2012); Triono dkk. (2012); dan Tanjung (2013), ketiga auditor tersebut tidak merasakan tekanan anggaran waktu audit dan tidak menerima perilaku reduksi
Berdasarkan hasil pengujian variabel mediasi, tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh locus of control pada perilaku reduksi kualitas audit. Walaupun pengaruh tidak langsungnya lebih kecil dari pengaruh langsungnya, tekanan anggawan waktu audit dapat sebagai mediator, sehingga hipotesis 3a diterima. Diterimanya hipotesis 3a ini mendukung teori model stres kerja bahwa penyebab stres yang dihadapi individual dalam lingkungan kerja dapat mengakibatkan individu merasakan tekanan (stres) dalam melakukan pekerjaan, dan selanjutnya dapat memengaruhi sikap, intensi dan perilaku individual. Ketika auditor yang memiliki locus of control eksternal mengahadapi tekanan anggaran waktu audit, akan lebih rentan merasakan stres, dan selanjutnya memengaruhi perilaku auditor untuk mereduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit.
Hasil penelitian ini juga memberikan dukungan atas teori proses transaksional oleh Lazarus (1995) yang menyatakan bahwa stres yang dirasakan seseorang akibat dari interaksi antara faktor-faktor eksternal (penyebab stres) dan faktor-faktor internal (karakteristik personal). Interaksi antara locus of control sebagai faktor internal dan tekanan anggaran waktu audit sebagai faktor situasional, dapat menimbulkan stres yang dirasakan oleh auditor yang kemudian akan memengaruhi perilakunya.
5.4.7 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Perilaku Reduksi Kualitas Audit Melalui Tekanan Anggaran Waktu Audit
Penelitian terdahulu oleh Silaban (2009) dan Sudirjo (2013) menguji komitmen profesional pada perilaku reduksi kualitas audit dengan tekanan anggaran waktu yang dirasakan sebagai variabel mediasi. Saat ini, belum ditemukan penelitian-penelitian terdahulu yang menguji pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit dengan tekanan anggaran waktu audit sebagai variabel mediasi. Penelitian ini menguji apakah tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku audit seperti dalam rumusan masalah nomor tiga. Hipotesis 3b yang merupakan jawaban sementara untuk rumusan masalah nomor tiga, memprediksi bahwa tekanan anggaran waktu audit memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit.
Berdasarkan Tabel 5.18, pengaruh tidak langsung komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit melalui tekanan anggaran waktu audit tidak lebih kuat dari pengaruh langsungnya. Selisih pengaruh tidak langsung memiliki koefisien lebih kecil sebesar 0,111. Auditor yang cenderung memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya berdasarkan rekapan jawaban kuesioner, adalah berjumlah delapan orang. Auditor yang cenderung merasakan tekanan anggaran waktu audit dan menerima perilaku reduksi kualitas audit masing- masing adalah tigabelas orang. Perbedaan jumlah tersebut menunjukkan terdapat lima auditor yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya merasakan adanya tekanan anggaran waktu audit dan menerima perilaku reduksi kualitas audit. Seharusnya, sesuai dengan penelitian oleh Silaban (2009); Gustati (2012);
Triono dkk. (2012); Sudirjo (2013); Tanjung (2013); dan Wintari (2015), kelima auditor tersebut tidak merasakan tekanan anggaran waktu audit dan tidak menerima perilaku reduksi kualitas audit. Hal ini menjadi penyebab pengaruh
tidak langsung komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit lebih kecil dari pada pengaruh langsungnya. Menurut teori model stres kerja bahwa stres yang berkaitan dengan pekerjaan (stres kerja) yang menyatakan bahwa penyebab stres yang dihadapi individual dalam lingkungan kerja dapat mengakibatkan individu merasakan tekanan (stres) dalam melakukan pekerjaan, dan selanjutnya dapat memengaruhi sikap, intensi dan perilaku individual. Ketika auditor yang memiliki komitmen yang rendah terhadap organisasinya mengahadapi tekanan anggaran waktu audit, akan lebih rentan merasakan stres, dan selanjutnya memengaruhi perilaku auditor untuk mereduksi kualitas audit dalam pelaksanaan program audit.
Teori proses transaksional oleh Lazarus (1995) yang menyatakan bahwa stres yang dirasakan seseorang akibat dari interaksi antara faktor-faktor eksternal (penyebab stres) dan faktor-faktor internal (karakteristik personal). Interaksi antara komitmen organisasi sebagai faktor internal dan tekanan anggaran waktu audit sebagai faktor situasional, dapat menimbulkan stres yang dirasakan oleh auditor yang kemudian akan memengaruhi perilakunya.
Berdasarkan hasil pengujian variabel mediasi, tekanan anggaran audit tidak memediasi pengaruh komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit, sehingga hipotesis 3b ditolak. Hasil ini belum dapat mendukung sepenuhnya teori model stres kerja dan teori proses transaksional tersebut. Sesuai
dengan teori model stres kerja dan teori proses transaksional, tekanan anggaran waktu audit yang merupakan faktor situasional seharusnya mampu memberikan pengaruh tidak langsung yang lebih kuat atas komitmen organisasi pada perilaku reduksi kualitas audit. Hal ini disebabkan terdapat faktor-faktor internal dan eksternal lain di luar penelitian yang memengaruhi hubungan variabel-variabel ini seperti yang terlihat pada karakteristik kelima auditor yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya merasakan tekanan anggaran waktu audit dan menerima perilaku reduksi kualitas audit. Kelima auditor tersebut memiliki karakteristik, yaitu locus of control eksternal berjumlah dua orang, seluruhnya junior auditor, lama bekerja diantara satu tahun sampai dengan dua tahun sebanyak dua orang, serta jumlah penugasan audit kurang dari sepuluh kali sebanyak empat orang.
Dua auditor yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya memiliki locus of control eksternal, yang sesuai dengan uraian dari subbab sebelumnya, cenderung merasakan adanya tekanan anggaran waktu audit dan selanjutnya menerima perilaku reduksi kualitas audit. Posisi auditor di KAP berpengaruh pada tekanan anggaran waktu audit dan perilaku reduksi kualitas audit (Silaban, 2009). Auditor yang menduduki posisi level bawah mempersepsikan sempitnya anggaran waktu audit sebagai tekanan dalam pelaksanaan program audit, lebih kuat dari pada auditor di level atas. Kelima auditor ini merupakan junior auditor, sehingga cenderung merasakan adanya tekanan anggaran waktu audit dan selanjutnya menerima perilaku reduksi kualitas audit. Pengalaman juga berpengaruh pada perilaku auditor. Butt (1998) Dua auditor yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasinya memiliki locus of control eksternal, yang sesuai dengan uraian dari subbab sebelumnya, cenderung merasakan adanya tekanan anggaran waktu audit dan selanjutnya menerima perilaku reduksi kualitas audit. Posisi auditor di KAP berpengaruh pada tekanan anggaran waktu audit dan perilaku reduksi kualitas audit (Silaban, 2009). Auditor yang menduduki posisi level bawah mempersepsikan sempitnya anggaran waktu audit sebagai tekanan dalam pelaksanaan program audit, lebih kuat dari pada auditor di level atas. Kelima auditor ini merupakan junior auditor, sehingga cenderung merasakan adanya tekanan anggaran waktu audit dan selanjutnya menerima perilaku reduksi kualitas audit. Pengalaman juga berpengaruh pada perilaku auditor. Butt (1998)
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN