Prosedur Pembayaran dan Pencairan Rekening Khusus

4.2 Prosedur Pembayaran dan Pencairan Rekening Khusus

4.2.1 Setelah Rekening Khusus (Special Account) dibuka dan dana awal diisi, Ditjen Perbendaharaan akan menerbitkan sebuah Surat Edaran (Circular Letter) kepada masing-masing Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN), berisi tentang petunjuk pelaksanaan pembayaran untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang didanai dari Dana Hibah dan kriteria pengeluaran kegiatan yang memenuhi persyaratan berdasarkan Perjanjian Hibah.

4.2.2 Bendahara Pengeluaran (BP)/ Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) di Satker Propinsi dan Pusat pada awalnya akan mengajukan permohonan Uang Persediaan (UP) untuk mendanai kegiatan (kecuali untuk pekerjaan/ jasa kontrak) dari Bendahara Satker. Setelah dana diterima oleh BP/BPP dan kegiatan berjalan,

BP/BPP Kegiatan akan melakukan pembayaran kepada peserta/ pelatih/ pembicara utama secara tunai atas dasar diserahkannya bukti yang memadai untuk mendukung klaim mereka – misalnya daftar hadir yang telah ditandatangani, faktur, tiket atau kuitansi.

4.2.3 Setelah kegiatan/ layanan berakhir, Bendahara Pengeluaran (BP)/ Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) akan memeriksa dan menyelesaikan semua dokumentasi pendukung untuk bisa mempertanggungjawabkan Uang Persediaan (UP) yang diterima dari Bendahara Satker. Bendahara Pengeluaran (BP)/ Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) kemudian akan menyerahkan SPP (Surat Permintaan Pembayaran yang dibebankan ke Rekening Khusus) beserta semua dokumentasi pendukungnya ke Satker.

4.2.4 Setelah SPP diterima oleh Satker, PPSPM akan memeriksa kelengkapan dan keakuratan dokumentasi dan kemudian mengirimkan SPM beserta dokumentasi pendukungnya tersebut ke KPPN.

4.2.5 KPPN juga memeriksa dan memverifikasi kelengkapan dan keakuratan dokumen- dokumen SPM tersebut. Jika dokumentasi sudah lengkap dan akurat, maka KPPN akan menerbitkan sebuah SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) dan menyerahkannya ke Bank Operasional I (BO I).

4.2.6 Atas dasar SP2D yang diterbitkan oleh KPPN, BO I (Bank Operasional I) melakukan pembayaran dengan cara transfer ke rekening pihak ketiga, suplier. Untuk Instansi Pelaksana seperti pada daftar di bawah:

a. Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan (Pusbangtendik).

b. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK).

c. Lembaga PenjaminanMutu Pendidikan (LPMP).

d. Lembaga Pengembangan Pemberdayaan dan Kepala Sekolah. (LPPKS) Mekanisme pencairan dana dengan Mekanisme Uang Persediaan (UP) dan

Tambahan Uang Persediaan (TUP) Uang Persediaan (UP)

4.2.7 Uang Persediaan (UP) adalah uang muka kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada bendahara pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung. UP merupakan uang muka kerja yang dapat dimintakan penggantiannya (revolving). Bendahara Pengeluaran melakukan pengisian kembali UP setelah UP dimaksud digunakan (revolving) minimal 50 % dari dana yang diterima dan sepanjang masih tersedia dana dalam DIPA.

4.2.8 Berdasarkan Peraturan Dirjen Perbendaharaan No PER-11/PB/2011 tanggal 18 Februari 2011 tentang

“Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-66/Pb/2005 Tentang Mekanisme Pelaksanaan

Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara”, UP dapat diberikan setinggi-tingginya:

a. 1/12 (satu per dua belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja barang dan lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk pagu sampai dengan Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah);

b. 1/18 (satu per delapan belas) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 900.000.000 (sembilan ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah);

c. 1/24 (satu per dua puluh empat) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 2.400.000.000 (dua miliar empat ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 6.000.000.000 (enam miliar rupiah);

d. 1/30 (satu per tiga puluh) dari pagu DIPA menurut klasifikasi belanja barang dan belanja lain-lain yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk pagu diatas Rp. 6.000.000.000 (enam miliar rupiah).

Jika terjadi perubahan terhadap peraturan tersebut diatas maka ketentuan tersebut akan mengikuti ketentuan terbaru.

Tambahan Uang Persediaan (TUP)

4.2.9 Tambahan Uang Persediaan (TUP) adalah uang yang diberikan kepada satker untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan melebihi pagu UP yang ditetapkan.

4.2.10 Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 50%, sedangkan satker yang bersang- kutan memerlukan pendanaan sedangkan sisa dana UP yang tersedia tidak mencukupi, satker dimaksud dapat mengajukan TUP dengan ketentuan:

a. Digunakan dan dipertanggungjawabkan paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal SP2D diterbitkan.

b. Tidak digunakan untuk kegiatan yang harus dilaksanakan dengan pembayaran LS (Langsung).

c. Apabila tidak habis digunakan dalam satu bulan, sisa dana yang ada pada bendahara, harus disetor ke Rekening Kas Negara.

4.2.11 KPPN - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara menyampaikan SPB - Surat Perintah Pembebanan kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara (PKN)/Sub Direktorat Dana Pinjaman dan Hibah (DPH), Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

4.2.12 Direktorat Pengelolaan Kas Negara (PKN)/Sub Direktorat Dana Pinjaman dan Hibah (DPH) mengirimkan Surat Perintah Debit (SPD) ke BI (Bank Indonesia) untuk dibebankan pada Rekening Khusus.

4.2.13 Bank Indonesia (BI) mengirimkan laporan mengenai Rekening Khusus berupa Rekening Koran (bank statement) kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Direktorat PKN/Sub Direktorat DPH).

4.2.14 Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Direktorat PKN/ Sub Direktorat DPH) mengirimkan salinan rekening Koran tersebut ke Instansi Penanggungjawab/ Executing Agency/ EA.

4.2.15 Satker menyiapkan laporan yang terdiri dari laporan keuangan, laporan perkembangan kegiatan dan dan laporan pengadaan lengkap dengan dokumen pendukungnya yang dilampirkan (SPP, SPM, SP2D) serta dokumen pendukung lainnya jika diperlukan dan menyampaikan ke Instansi Penanggung-jawab untuk dikonsolidasikan dengan laporan-laporan Satker lainnya untuk menyusun Aplikasi Pencairan Dana dan Laporan Keuangan. Dokumen-dokumen pendukung tersebut (SPP, SPM dan SP2D) untuk memastikan bahwa pembayaran yang dilakukan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan dalam Perjanjian Hibah ini.

4.2.16 Instansi Penanggung-jawab (EA) mengkonsolidasi semua data dari Satker Provinsi/ Pusat dalam rangka untuk mempersiapkan Aplikasi Untuk Penarikan Dana. Aplikasi tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan, c.q. Direktorat Pengelolaan Kas (Dit. PKN) .

4.2.17 Direktorat Jenderal Perbendaharaan, c.q Direktorat Pengelolaan Kas (Dit. PKN) akan menyampaikan Aplikasi Penarikan Dana kepada Perwakilan Pemerintah Australia/AusAID Jakarta untuk proses pengisian kembali dana rekening khusus (replenishment) .

4.2.18 Pemerintah Australia/DFAT akan mengkaji ulang Aplikasi Penarikan Dana, setelah semua syarat sudah terpenuhi, Pemerintah Australia/AusAID akan mentransfer dana ke Rekening Khusus di Bank Indonesia (BI) (proses pengisian/replenishment) kemudian BI mengkredit Rekening Khusus tersebut sebesar Aplikasi Untuk Pencairan Dana (WA) yang telah diajukan, dan melakukan pemulihan dana terhadap dana yang dikeluarkan (SP2D) dari Rekening Khusus .

4.2.19 Untuk menghindari keterlambatan dalam pembayaran yang dapat mengakibatkan keterlambatan pelaksanaan kegiatan serta dalam penyaluran dana hibah, hal-hal berikut perlu diperhatikan:

a. Semua pembayaran dari Rekening Khusus merupakan tanggung jawab Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara - KPPN.

b. Porsi dana Hibah tidak boleh melebihi jumlah maksimum yang ditentukan dalam Perjanjian Hibah. Jika pembayaran yang dilakukan lebih besar dari

c. Pembayaran untuk setiap bukti tagihan dari suplier/ penyedia jasa/ bendahara dilakukan sesuai dengan kemajuan pekerjaan dan sesuai dengan kategori dan komponennya.

d. Pembayaran hibah harus dibuat sesuai dengan mata uang kontrak yang relevan. Kontrak dalam Rupiah dapat dibayar melalui kantor perbendaharaan setempat (KPPN). Kontrak valuta asing harus dibayar melalui Kantor KPPN Khusus Jakarta VI. Mata uang asing tidak dapat diganti dengan nilai Rupiah yang setara ketika pembayaran diusulkan ke KPPN.

e. Untuk tujuan pengisian ulang/replenishment, masing-masing unit kerja wajib menyerahkan salinan berikut ke Instansi Penanggung-jawab:

i. Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D).

ii. Berita Acara (untuk pembayaran sesuai kontrak).

Diagram 8: Prosedur untuk Proses Pembayaran dan Pengisian Ulang Rekening Khusus

Australian “Grant Account” at Reserve

Bank of Australia (RBA)

Advance Grant Category I to IV

Replenishment/ Reimbursement of Special Account

AusAID

Advance Payment: Authorised

Replenishment : Disbursement Letter,

Signatories Letter and

Withdrawal Application and Initiative Report

Withdrawal Applications