112 | Frederick Engels

112 | Frederick Engels

gilde secara turun-temurun dan nyaris tidak bisa diasingkan dari dirinya, dan masing-masing dari mereka, tambahan pula, para pelanggannya, pasarnya, maupun ketrampilannya, yang dilatih dari masa-kanak-kanak dalam keahlian yang diwariskan itu. Ke dalam dunia inilah masuk sang saudagar yang dengannya revolusinya dimulai. Tetapi tidak sebagai revolusioner yang sadar; sebaliknya, sebagai darah dagingnya. Saudagar Abad-abad Pertengahan sama sekali bukan seorang individualis; ia pada dasarnya adalah seorang mitra seperti semua sezamannya. Asosiasi traktat (Mark Assosiation), yang lahir dari komunisme primitif, berlaku di pedesaan. Setiap petani aslinya mendapatkan sebidang tanah yang sama, dengan bagian-bagian tanah yang sama dari setiap kualitas, dan suatu bagian hak yang sama pula dalam hak atas traktat itu. Setelah traktat itu menjadi sebuah asosiasi tgertutup dan tiada bidang-bidang tanah baru dialokasikan, maka sub-pembagian bidang-bidang tanah itu terjadi melalui pewqarisan hak-hak umum dalam traktat itu; tetapi yang tetap merupakan satuannya (unit) adalah bidang tanah sepenuhnya itu, sehingga terdapat setengah, seperempat dan seperdelapan bidang tanah dengan setengah, seperempat dan seperdelapan hak dalam traktat itu. Semua asosiasi produktif kemudian, khususnya gilda-gilda di kota-kota, yang statut-statutnya tidak lain kecuali penerapan konstitusi traktat pada suatu hak-istimewa (privilese) keahlian gantinya pada suatu wilayah tanah terbatas, mengikuti pola asosiasi traktat itu. Titik sentral dari seluruh organisasi itu adalah partisipasi setara dari setiap anggota dalam hak-hak istimewa dan produk yang dijamin bagi gilde, sebagaimana yang secara gamblang dinyatakan di dalam lisensi tahun 1527 dari perdagangan benang Elberfeld dan Darmen. (Thun: Industrie am Nierderrhein, Vol. II, hal. 164 ff.)

Yang serupa berlaku juga bagi gilde-gilde pertambangan, di mana setiap bagian ikut-serta secara setara dan juga dapat dibagi, bersama dengan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya, seperti sebidang tanah dari anggota traktat. Dan yang serupa tidak kalah berlakunya bagi kompeni- kompeni saudagar, yang memprakarsai perdagangan seberang lautan. Orang-orang Venesia dan Genoa di pelabuhan Aleksandria atau Konstantinopel, masing-masing nasion di fondaco-nya sendiri—tempat- hunian, penginapan, gudang, ruang-ruang pameran dan penjualan,

Tentang Das Kapital Marx | 113

bersama kantor-kantor pusat- merupakan asosiasi-asosiasi dagang yang lengkap; semuanya itu tertutup bagi para pesaing dan langganannya; mereka menjual sesuai harga-harga yang ditetapkan di antara mereka sendiri; barang-barang dagangan mereka menjamin suatu kualitas tertentu yang ditetapkan oleh penilikan publik dan sering diibubuhi dengan sebuah tanda (cap); mereka merundingkan bersama harga-harga yang harus dibayar oleh para pribumi untuk produk-produk mereka, dsb. Juga para saudagar Hanseatik tidak berbuat yang lain di atas Jembatan Jerman (Tydske Bruggen) di Bergen, Norwegia; yang sama berlaku pula bagi para pesaing Belanda dan Inggris ketika itu. Celakalah orang yang menjuakl di bawah harga atau yang membeli di atas harga itu! Boikot yang menimpa dirinya pada waktu itu berarti kehancurannya yang tidak terelakkan, belum lagi terhitung denda-denda langsung yang dipaksakan oleh asosiasi itu atas yang bersalah. Dan asosiasi-asosiasi yang lebih ketat bahkkan didirikan untuk maksud-maksud/tujuan-tujuan lebih tertentu, sepertinya Maona dari Genoa di abad-avbad ke XIV dan

XV, yang selama bertahun-tahun menjadi penguasa tambang-tambang alum dari Phocaea di Asia Kecilk, maupun dari Pulau Chios; selanjutnya Kompeni Dagang Ravensberg yang besar, yang berurusan dengan Italia dan Spanyol sejak akhir abad XIV, dengan mendirikan cabang-cabang di negeri-negeri itu; kompeni Jerman para Augsburger: Fugger, Welser, Vöhlin, Höchstetter, dsb.; dari para Nürnberger: Hirschvogel dan lain- lain, yang berpartisipasi dengan suatu modal sebesar 66.000 dukat dan tiga buah kapal dalam ekspedisi Portugis tahun 1505-06 ke India, dengan mendapatkan laba bersih sebesar 105%, dan menurut pihak-pihak lain bahkan 175% (Heyd: Levantehandel, Vol.II, hal. 524); dan sejumlah besar kompeni-kompeni lain, Monopolia, yang dikecam oleh Luther dengan penuh cemeti.

Dokumen yang terkait

Strategi Pemenangan Pilkada Langsung di Kota Batu Periode 2012-2017 (Studi Tentang Strategi Pemenangan Pilkada Langsung Pasangan Calon Edi Rumpoko Dan Punjul Santoso)

2 49 40

MANAJEMEN SIARAN PADA VOICE OF AMERICA (VOA) INDONESIA (Studi Tentang Pengolahan dan Penyebaran Program Acara Radio dan Televisi Oleh VOA Indonesia)

3 48 23

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2

Dari Penangkapan Ke Budidaya Rumput Laut: Studi Tentang Model Pengembangan Matapencaharian Alternatif Pada Masyarakat Nelayan Di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

2 37 2

Pandangan Islam Tentang politik pendidikan

0 29 69

Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi (Studi Deskriptif Tentang Eksistensi Diri Penari Jaipong di Kota Sukabumi)

4 40 1

Konstruksi Makna Gaya Blusukan (studi Fenomenologi Tentang Konstruksi Makna Gaya Blusukan Gubenur Joko Widodo Bagi Masyarakat Jakarta Pusat)

1 65 112

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Jalanan Atas Eksploitasi Dan Tindak Kekerasan Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

1 15 79