Penelitian yang Relevan

B. Penelitian yang Relevan

Menghindari adanya kesamaan penelitian dan untuk lebih mendalami teori dan konsep yang berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti, maka juga dilakukan telaah dari penelitian-penelitian yang relevan dengan tema penelitian yang diambil yaitu:

a. Judul : Analisis Keruangan Bangunan Kuno Bersejarah Di Surakarta Peneliti : Ardyanto Tanjung ( 2005, Skripsi P.Geografi FKIP UNS)

Penelitian yang dilakukan oleh Ardyanto Tanjung bertujuan untuk menyajikan sebaran bangunan kuno bersejarah di Surakarta dan mengetahui latar belakang tata letak penentuan lokasi bangunan kuno bersejarah di Kota Surakarta. Penelitian ini bersifat deskriptif, meliputi jumlah bangunan kuno bersejarah di Surakarta sebagai data pokok dan data bantu seperti data/peta penggunaan tanah, serta peta administrasi sebagai peta dasar. Desain simbol yang digunakan untuk peta sebaran bangunan kuno bersejarah adalah titik piktorial yang dapat memperlihatkan macam bangunan kuno bersejarah yang tersebar di Kota Surakarta.

Peta yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Peta Sebaran Bangunan Kuno Bersejarah Di Kota Surakarta dan Peta Sebaran Bangunan Kuno Terhadap Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta Tahun 1993-2013. dari peta yang dihasilkan dapat diketahui bahwa sebaran bangunan kuno bersejarah di Kota Surakarta hampir seluruh Kecamatan di Surakarta. Banyak bangunan kuno bersejarah terdaoat di Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Serengan. Pendekatan

commit to user

mempengaruhi latar belakang tat letak bangunan kuno tersebut serta faktor tanah dan morfologi kota serta tata ruang kraton yang memberi struktur penentuan lokasi yang khas. Dari fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan, dapat disimpulkan bahwa sebaran bangunan kuno bersejarah di Kota Surakarta lebih banyak terkonsentrasi di inti Kota Surakarta yaitu daerah kraton Kasunanan Surakarta sampai daerah sekitar Pasar Gedhe Hardjonagoro.

b. Judul : Model Pelestarian Kawasan Bersejarah Malalui Peningkatan Peran Dan Interpretasi Masyarakat Sebagai Alternatif Pengembangan Wisata Budaya Yang berkelanjutan

Peneliti: Ir. Wiwik Setyaningsuh,M.T ( 2009, Penelitian Arsitektur FT

UNS) Penelitian ini bertujuan untuk memotivasi kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam peningkatan peeran dan interpretasi masyarakat terhadap kekentalan nilai sejarah dan makna kultural dari kawasan dan bangunan bersejarah di Kauman Solo. Melalui identifikasi mapping fisik dan sosekbud dengan pendekatan SWOT, maka di lokasi penelitian kawasan bersejarah kauman ditemukan beberatpa artefak yang memiliki nilai kekentalan sejarah tinggi, baik fisik bangunan maupun kegiatan sosial kemasyarakatan. Temuan secara fisik bebrapa diantaranya adalah bangunan bersejarah rumah khetib/ulama yang masih asli, tetapi cenderung kurang terpelihara. Namun demikian, nuansa karakter lokal sebagai kawasan kampung santri masih ditemukan dengan masih berlangsungnya bebrapa kegiatan keagamaan yang ada di masyarakat. Kajian rumusan ini didasarkan pada metode paduan antara kajian fisik karakter kawasan potensi kekentalan nilai budaya yang dikaitkan dengan variabel makna kultural pada tata ruang, bangunan dan lingkungan serta kajian mapping sosekbud dengan pendekatan CBT (community based tourism). Hasil dari penelitian ini adalah pelestarian berdasar kriteria

commit to user

bangunan kuno bersejarah yang diteliti terdapat hanya 1 bangunan (K1) yang tingkat potensial kekentalan sejarahnya tinggi, 2 (K3 dan K4) bangunan yang memiliki tingkat potensial sedang, 3 (K2, K5 dan K6) bangunan yang memiliki tingkat kurang potensial untuk dilestariakan. Kecenderungan arahan pelestarian fisik di kawasan Kauman adalah rehabilitasi/restorasi, tindakan ini merupakan upaya mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsur-unsur kawasan ynag mengalami kerusakan, kemunduran, sehingga dapat dikembalikan pada kondisi aslinya. Arahan pelestarian non fisik meliputi aspek hukum yaitu penetapan Perda dan aspek pelestarian cagar budaya dalam Rencana Tata Ruang Kota sebagai petunjuk teknisoperasional yang jelas dan berkekuatan hukum dalam bidang pelestarian kawasan dan atau bangunan. Aspek ekonomi, penetapan kebijakan ekonomi mikro untuk melindungi home industry serta penetapan alokasi dan bantuan dari pemerintah dan swasta. Aspek sosial, pelibatan masyarakat dalam pelestarian cagar budaya melalui forum khusus dan melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai peraturan pelestarian benda cagar budaya.

c. Judul : Studi Perkembangan Dan Pelestarian Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Peneliti: Nurul sri Hardiyanti ( 2005, Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur,FT Universitas Brawijaya Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perkembangan kawasan Keraton Surakarta dari tahun 1745-2004, serta mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan pelestarian. Studi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan dua jenis metode, yakni metode sinkronikdiakronik dan metode evaluatif. Pengumpulan data yang dilakukan lebih menitikberatkan pada data-data yang diperoleh dari

commit to user

pengumpulan data lainnya diperoleh dengan survei primer, yakni dengan observasi lapangan, penyebaran kueisioner, dan wawancara. Adapun hasil temuan studi ini adalah terkait dengan perkembangan kawasan dari tahun 1745 –2004 ditinjau dari variabel fisik, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel politik, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel ekonomi, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel sosial, serta perkembangan kawasan ditinjau dari variabel budaya. Adapun faktor yang menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan pelestarian di Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta adalah faktor fisik, faktor politik, faktor ekonomi, dan faktor sosial.

25

No Penulis

Judul Penelitian

Tujuan

Metode Penelitian

Hasil

Ardyano Tanjung (2005)

Analisis Keruangan Bangunan Kuno Bersejarah Di Surakarta

- Mengetahui sebaran

bangunan kuno bersejarah di Surakarta

- Mengetahu latar

belakang tat letak bangunan kuno bersejarah di Surakarta

Analisis keruangan, studi pustaka dan analisis peta

- Sebaran bangunan kuno barsejarah di Kota Surakarta hampir seluruh Kecamatan di Surakarta. Banyak bangunan kuno bersejarah terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan

Banjarsari dan Kecamatan Serengan. - Pendekatan

sistem kegiatan aksesibilitas lokal menjadi dua hal yang sangat mempengaruhi latar belakang tata letak tersebut serta faktor tanah dan morfologi kota serta tat ruang kraton yang memberi struktur penentuan lokasi yang khas.

26

Malalui Peningkatan Peran Dan Interpretasi Masyarakat Sebagai Alternatif Pengembangan Wisata Budaya Yang berkelanjutan

masyarakat lokal yang mempengaruhi kegiatan pelestarian kawasan bersejarah (PKB) melalui community based tourism (CBT)

- Mengetahui tingkat

keikutsertaan partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan PKB melalui CBT

- Mengetahui tingkat

kesadaran masyarakat dalam merespon/menerima kegiatan PKB melalui CBT

statistik deskriptif

kultural yang telah dilakukan, dapat diidentifikasi bahwa 6 dari bangunan kuno bersejarah yang diteliti terdapat hanya 1 bangunan (K1) yang tingkat potensial

kekentalan sejarahnya tinggi, 2 (K3 dan K4) bangunan yang memiliki tingkat potensial sedang, 3 (K2, K5 dan K6) bangunan yang memiliki tingkat kurang potensial untuk dilestariakan. Kecenderungan arahan pelestarian fisik di kawasan Kauman adalah rehabilitasi/restorasi, tindakan ini merupakan upaya mengembalikan

kondisi suatu bangunan atau unsur-unsur kawasan ynag

mengalami kerusakan,

kemunduran,

sehingga dapat

27

melalui CBT yang baik

aspek hukum yaitu penetapan Perda dan aspek pelestarian cagar budaya dalam Rencana Tata Ruang Kota sebagai petunjuk teknisoperasional yang jelas dan berkekuatan hukum dalam bidang pelestarian kawasan dan atau bangunan. Aspek ekonomi, penetapan kebijakan ekonomi mikro untuk melindungi home industry serta penetapan alokasi dan bantuan dari pemerintah dan swasta. Aspek sosial, pelibatan

masyarakat dalam pelestarian cagar budaya melalui forum khusus dan melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai peraturan pelestarian benda cagar budaya.

Pelestarian Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta

perkembangan Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta dari awal berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat (tahun 1745) hingga tahun 2004.

- Mengidentifikasi dan

menganalisis faktor- faktor yang menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan pelestarian di Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.

- Mengetahui dan

dengan metode sinkronik diakronik dan evaluatif

tahun 1745 –2004 ditinjau dari variabel fisik, perkembangan kawasan ditinjau

dari

variabel politik, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel ekonomi, perkembangan kawasan ditinjau dari variabel sosial, serta perkembangan kawasan ditinjau dari variabel budaya. Adapun faktor yang

menjadi kendala dilaksanakannya kegiatan pelestarian di Kawasan Keraton Kasunanan Surakarta adalah faktor fisik, faktor politik, faktor ekonomi, dan faktor sosial.

(2011) Kampung Batik

Batik Laweyan.

analisis peta

Laweyan Tahun

- Mengetahui pelestarian

2011 (Studi Kasus

urban heritage di

Rumah Saudagar

kawasan Kampung

Dan Gerai Batik)

Batik Laweyan

29

commit to user

Kerangka pikir ini merupakan acuan kerja penelitian sebagai gambaran pendekatan yang digunakan dalam merumuskan analisis terhadap Pelestarian terhadap urban heritage di Kampung Batik Laweyan. Kampung Batik Laweyan (Studi Kasus Rumah Saudagar Batik Dan Gerai Batik) merupakan salah satu kawasan yang menjadi identitas Kota Surakarta. Ciri khas yang dimiliki Kampung Batik Laweyan tentu saja pada pembuatan batik dan batiknya, selain itu juga karena di Kampung Batik Laweyan terdapat warisan budaya (heritage) yang menarik.

Keberadaan urban heritage dan kekhasan Kampung Batik laweyan mendorong untuk dilakukannya penelitian yang berkaitan dengan persebaran, penentuan urban heritage dan pelestarian urban heritage. Cara yang digunakan untuk mengamati persebaran urban heritage rumah saudagar batik dan gerai batik adalah dengan menganalisis peta, penentuan urban heritage terhadap rumah saudagar dan gerai batik menggunakan analisis tabel, sedangkan pelestarian urban heritage dapat diketahui dari hasil wawancara dengan pemilik secara sampel. Pelestarian urban heritage perlu dilakukan agar tetap terjaga keasliannya melalui melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Melindungi merupakan upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya Analisis yang digunakan untuk mengetahui pelestarian urban heritage dengan analisis deskriptif

Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

commit to user

Gambar 1. Kerangka Berfikir

Inventarisasi Rumah saudagar dan gerai batik

Rumah saudagar batik Gerai batik

Distribusi spasial saudagar dan gerai batik Pola persebaran rumah saudagar batik dan gerai batik

Penentuan rumah saudagar batik dan gerai batik

sebagai urban heritage

pelestarian urban heritage di kawasan Kampung Batik

Laweyan

commit to user

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan, maupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut (Nazir, 1988:152). Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Kota (Urban) Kota dapat diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang sifatnya heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (hinterland) (Bintarto 1983 : 36)

2. Warisan Budaya (Heritage) Warisan budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang dilestarikan dari generasi masa lalu dan diwariskan pada masa kini(www. Wikipedia.com).

3. Urban Heritage Urban Heritage adalah objek objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Keberadaan bangunan kuno dan aktivitas masyarakat yang memiliki nilai sejarah, estetika, dan kelangkaan biasanya sangat dikenal dan diakrabi oleh masyarakat dan secara langsung menunjuk pada suatu lokasi dan karakter kebudayaan suatu kota.

4. Pelestarian Warisan Budaya Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya (Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya).

5. Analisis Spasial Analisis spasial adalah analisis lokasi yang menitik-beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan

commit to user

spasial dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure) , pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes)

commit to user

34