Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan

2. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan

a. Penentuan Urban Heritage Urban Heritage adalah objek-objek dan kegiatan di perkotaan yang memberi karakter budaya yang khas bagi kota yang bersangkutan. Penentuan rumah saudagar dan gerai batik yang termasuk dalam Urban Heritage didasarkan pada Undang-undang cagar budaya no 11 tahun 2010 pasal 5 yang menyatakan bahwa benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:

i. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih

ii. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun

iii. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan iv. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa. Kampung Batik merupakan salah sentra industri batik di Surakarta yang saat ini menjadi wisata budaya. Hasil penelitian yang diperoleh, di Kampung Batik Laweyan ada 23 saudagar batik yang masih memproduksi batik, dan 56 gerai batik. Rumah saudagar batik di Kampung Batik Laweyan di klasifikasikan menjadi 2 yaitu rumah saudagar batik yang dijadikan selain sebagai tempat memproduksi batik juga befungsi sebagai showroom batik dan tempat tinggal, dan rumah saudagar batik yang berfungsi sebagai tempat memproduksi batik saja, sedangkan tempat tinggal pemilik berada terpisah.

Gerai batik berjumlah 56 yang banyak terdapat disepanjang jalan Sidoluhur. Gerai batik tersebut merupakan bangunan baru yang bersifat semi permanen karena hanya berupa etalase-etalase kaca untuk memajang produksi batik yang dijual.

Berdasarkan tabel 16 pada lampiran 3, diketahui bahwa semua rumah saudagar batik merupakan bangunan permanen. Dari 23 jumlah saudagar batik ada 11 rumah yang berusia lebih dari 50 tahun atau sekitar 47.8 % dengan bentuk rumah joglo maupun limas, 4 bangunan hanya sebagai pabrik

commit to user

dari 50 tahun atau 8 rumah saudagar dari seluruh jumlah saudagar di Kampung Batik Laweyan.

Berdasarkan tabel 17 pada lampiran, diketahui bahwa dari 56 jumlah gerai batik, 32 bangunan atau 57.1% merupakan bangunan semi permanen yang berupa etalase kaca, 24 atau 42.9% bangunan merupakan bangunan permanen. Dari 24 gerai batik ada 9 bangunan yang berusia lebih dari 50 tahun dan 15 merupakan bangunan yang usianya kurang dari 50 tahun.

Berdasarkan analisis data dan pengamatan yang dilakukan secara langsung dapat diketahui bahwa bangunan-bangunan di Kampung Batik Laweyan masih banyak terdapat bangunan kuno, bentuk bangunan yang khas, arsitektur bangunan di Kampung Batik Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya Jawa dan Eropa. Adapaun daftar bangunan kuno yang menjadi salah satu urban heritage di Kampung Batik Laweyan adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Bangunan Kuno di Kampung Batik Laweyan No

Nama Industri

Jenis Industri

1 Batik Putra Laweyan

Proses dan showroom

2 Batik Adityan

Proses dan showroom

3 Batik Gress Tenan

Proses dan showroom

4 Batik Gunawan Design Proses dan showroom

5 Batik Cempaka

Proses dan showroom

6 Batik Surya Pelangi

Proses dan showroom

7 Batik Mahkota Laweyan Proses dan showroom

8 Batik Wedelan

Proses dan showroom

9 Batik Pulo Djawa

Proses dan showroom

10 Batik Tjokrosumarto

Proses

11 Batik priosumarto

Proses

12 Batik Tjahaya Baru

Konveksi dan showroom

13 Batik Estu Mulya

Konveksi dan showroom

14 Batik Naluri

Showroom

commit to user

15 Batik Kencana Murni

Showroom

16 Batik Pendapi

Showroom

17 Batik Sidoluhur

Showroom

18 Batik Enza

Showroom

19 Batik Putra Pelangi

Showroom

20 Batik Alini

Showroom

Sumber: Pengolahan Data Primer dan Sekunder ,2011 Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa bangunan kuno ada 20 atau sekitar 25,3 % dari 79 jumlah industri batik di Kampung Batik Laweyan baik saudagar ataupun gerai batik. Peta persebaran Urban heritage dapat dilihat pada peta 7.

commit to user

b. Pola Sebaran urban heritage Untuk mengetahui pola sebaran urban heritage juga menggunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Pada peta pola persebaran urban heritage Kelurahan Laweyan skala 1:4000 terdapat 20 urban heritage atau titik (N=20) dengan luas daerah 29,267 hektar (0.29267

km 2 ) dengan jarak antar titik urban heritage yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut: Tabel 19.Jarak Terdekat antar Urban heritage Di Kampung Batik Laweyan NO Titik

Jarak (km) Lokasi (Kampung)

1 1-2

0.13 Sayangan Kulon

2 2-3

0.087

Sayangan Wetan

Setono- Sayangan Wetan

9 11-12

0.029

Sayangan Wetan

10 14-15

0.044

Setono-Lor Pasar

11 16-17

0.132

Lor Pasar

12 18-19

0.072

Lor Pasar -Klaseman

13 19-20

0.012

Lor Pasar -Klaseman

∑J

0,711 Km

Sumber: Data Primer, 2011

1) Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang lain yang paling dekat adalah sebagai berikut: Ju = ∑J

N = 0,711

20 = 0,03555 Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik urban heritage dengan titik urban heritage yang lain yang terdekat di Kelurahan Laweyan adalah 0,036 Km.

commit to user

Nilai P merupakan perbandingan antara jumlah urban heritage dengan luas wilayah di Kelurahan Laweyan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : P= N

A = 20

0,29267 = 68,33635

Jadi, nilai P di Kelurahan Laweyan adalah 68,34

3) Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh dengan rumus sebagai berikut : Jh =

1 2√p = 1

2√68,34 = 0,06048 Jadi, nilai Jh adalah 0,06048

4) nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : T = Ju

Jh = 0,03555 0,06048 = 0,58779 Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai nearest neighbour statistik (T) pola persebaran urban heritage di Kelurahan Laweyan adalah 0,59. Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola persebaran menurut Bintarto dan Surastopo, dapat diketahui pola persebaran urban heritage di Kelurahan Laweyan adalah mendekati random (nilai T mendekati nilai 1). Peta pola persebaran urban heritage disajikan pada peta 8

commit to user

c. Pelestarian urban heritage di Kampung Batik Laweyan

Pelestarian urban heritage untuk rumah saudagar batik dan gerai batik dilakukan dengan observasi lapangan, studi pustaka dan wawancara langsung dengan pemilik rumah. Wawancara yang dilakukan terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh pemilik rumah atau bangunan kuno dalam upaya melestarikan rumah yang didiami.

Menurut Undang-undang No.11 tahun 2010 pasal 5 memberitahukan bahwa kriteria benda atau bangunan sebagai benda cagar budaya adalah berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih, mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun, memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Menurut Undang-undang No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Tindakan pelestarian yang dilakukan diketahui dengan pengumpulan studi pustakan dan observasi secara langsung berupa wawancara dengan pemilik rumah.

1) Rumah Saudagar Batik Pulo Djawa

a) Lokasi Terletak di Kampung Setono Rt 02/II Laweyan pada koordinat

7 0 34,251’ LS dan 110 0 ,649’ BT.

b) Status Kepemilikan Pemilik rumah batik Pulo Djawa adalah Bapak Bambang Sanyoto. Status kepemilikan rumah merupakan milik pribadi merupakan keturunan kedua dari keluarga yang menempati rumah tersebut

c) Riwayat Kepemilikan Rumah batik Pulo Djawa dibangun oleh Harjo Sutanto pada tahun 1842, sehingga sekarang rumah tersebut berusia 169 tahun.

commit to user

(1). Perlindungan

i. Penyelamatan

Usaha penyelamatan bangunan dari kerusakan dan kehancuran salah satunya perbaikan yang dilakukan pada tahun 2011 oleh pemerintah

Kota

Surakarta

berupa pemebersihan tembok,pengecatan ulang dan perbaikan bangunan disamping rumah utama. Perhatian yang diberikan oleh pemerintah Kota Surakarta merupakan wujud tindakan nyata atas penetapan Kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai cagar buday yang harus dilindungi.

ii. Pengamanan

Kekhasan bangunan di Laweyan tampak juga dari benteng- benteng yang melindungi dan mengelilingi bangunan. Pada jaman dahulu benteng tersebut selain berfungsi sebagai pengamana terhadap ancaman kejahatan juga berperan sebagai pembatas kekuasaan dan menjaga privasi dari saudagar batik.

iii. Pemeliharaan

Lingkungan disekitar bangunan terawat dengan baik, terlihat dari kebersihan halaman rumah, adanya pohon dan tanaman hias disekitar halaman rumah. Selain itu juga terdapat kolam ikan di samping rumah.

iv. Pemugaran

Tidak terjadi pemugaran yang sampai merubah bentuk bangunan. Ada penambahan bangunan di samping kiri rumah utama yang bermanfaat sebagai ruang

tamu. Sedangkan rumah utama/pendhapa dijadikan sebagai showroom batik. (2) Pengembangan

i. Penelitian

Sering menjadi obyek penelitian yang berkaitan dengan arsitektur bangunan.

commit to user

Ikut tergabung dalam Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan. Revitalisasi dilakukan secara menyeluruh oleh Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan sejak tahun 2004.

iii. Adaptasi

Bentuk adaptasinya tetap menjaga kekhasan arsitektur bangunan rumah dari tahun ke tahun. Selain itu juga menjadikan rumah tersebut selain tempat memproduksi batik juga dimanfaatkan sebagai gerai batik dan wisata terapi ikan.

(3) Pemanfaatan Merupakan rumah milik pribadi yang yang menyatu dengan usaha batik. Usaha batik berada di ruangan depan, sedangkan ruangan tengah dan belakang sebagai tempat tinggal.

Gambar 5. Rumah Batik Pulo Djawa

Gambar 6. Bentuk Jendela

commit to user

a) Lokasi Terletak di Jl Tiga Negeri No.2 Laweyan pada koordinat 7 0 34,153’

LS dan 110 0 47,599’ BT

b) Status kepemilikan

Status kepemilikan rumah merupakan milik pribadi

c) Riwayat Kepemilikan Pemilik rumah saat ini adalah Bapak Muh. Arif Rusdi. Rumah batik Tjahaja Baru kira-kira sudah berusia 200 tahun yang dibangun oleh Haji Ilyas, kemudian diwariskan kepada putranya Imam Mashadi dan kemudian sekarang ditempati oleh Bapak Arif Rusdi.,

d) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Usaha penyelamatan yang telah dilakukan pada tahun 1995 adalah pengecatan ulang terhadap pintu, jendela, atap dan regol, dan lantai agar terlihat sebagi gerai batik, pemilik menambahkan etalase kaca dibagian barat sebelum regol

ii. Pengamanan

Rumah tersebut merupakan rumah joglo dengan 10 tiang penyangga bagian pendapa rumah. Rumah tersebut menghadap ke utara tetapi regol berada di sebelah barat karena bagian depan terhalang oleh benteng yang mengelilingi rumah.

Gambar 7. Gerai Batik Tjahaja Baru

commit to user

Kondisi rumah terawat dengan baik, walaupun terlihat ada kayu yang mulai rapuh. Merupakan rumah joglo yang masih terjaga keasliannya, terbukti dari usia rumah yang sudah mencapai 200 tahun tetapi belum pernah ada pemugaran dan pergantian terhadap kayu ataupun genteng rumah..Pada rumah tersebut tidak terdapat halaman karena bagian depan rumah tertutup oleh benteng

iv. Pemugaran

Pemugaran atau pengurangan terhadap bangunan belum pernah dilakukan. Bentuk rumah masih asli, ada pendapa, dalem, regol dan pabrik untuk proses pembuatan batik terletak dibelakang

(2) Pengembangan Upaya pengembangan yang banyak dilakukan saat ini terkait denga promosi batik dengan membuaka showroom dan konveksi batik walaupun tidak diproduksi sendiri. Pengembangan yang terkait dengan bangunan yang ditempati dilakukan dengan menjaga dan merawatnya agar tidak musnah, tetap menjaga keaslian dan arsitektur bangunan.seperti pendhapa, gandhok, dalem, senthong, benteng dan regol masih utuh, walaupun pabrik di bagian belakang sudah tidah berfungsi sebagaimana mestinya. Pengembangan berupa promosi dan revitalisasi dilakukan oleh Forum pengembangan Kampung Batik Laweyan.

Gambar 8. Pendapa

commit to user

Merupakan rumah milik pribadi yang yang menyatu dengan usaha batik. Usaha batik berupa showroom dan konfeksi berada di pendapa, sedangkan ruangan tengah dan belakang sebagai tempat tinggal.

3) Gerai Batik Naluri

a) Lokasi Terletak di Kampung Kidul Pasar, Laweyan pada koordinat

110 0 47,822’ BT dan 7 0 34,244’LS

b) Status Kepemilikan

Status bangunan merupakan milik pribadi

c) Riwayat kepemilikan Rumah Batik Naluri dibangun tahun 1896 oleh Larso Sudjito, kemudian diwariskan kepada Nano Hadi Saryono, kemudian Marso Santono, lalu Bapak Santoso dan sekarang ditempati oleh Tutut Kurniawati. Umur rumah tersebut berusia 115 tahun dan bentuk rumah tersebut adalah limas.

d) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Merupakan rumah jawa berbentuk limas yang berusia 115 tahun. Tindakan penyelamatan dari kerusakan yang dilakukan hanya pengecatan kembali dinding, pintu dan jendela, pengantian genteng dan menambah platform pada atapnya.

ii. Pengamanan

Pada bangunan ini tidak ada benteng tinggi karena sudah dipugar, yang tampak saat ini berupa pagar besi.

commit to user

Bangunan dan lingkungan disekitar bangunan masih terawat dengan baik. Halaman rumah tidak lagi tanah tetapi telah di keramik

iv. Pemugaran

Pemugaran pernah dilakukan pada tahun 1966 yaitu berupa penambahan dan pengurangan bagian rumah. Penambahan yang dilakukan adalah pada bagian depan rumah ditambah pos satpam dan kamar mandi, sedangkan pengurangan yang dilakukan adalah menghilangkan pendapa (ruangan bagian depan, sehingga yang tampak sekarang adalah bentuk rumah limas yang sudah tidak utuh lagi.

Gambar 9. Gerai Batik Naluri

(2) Pengembangan Pengembangan yang dilakukan secara individu seperti membuka usaha showroom batik di rumah bagian depan, sedangkan pengembangan berupa promosi dan revitalisasi dilakukan oleh Forum pengembangan Kampung Batik Laweyan.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Sebagai rumah tinggal dan showroom batik.

commit to user

a) Lokasi Terletak di Kampung Sayangan Kulon, Laweyan pada 110 0

47,567’BT dan 7 0 34,189’LS

b) Status Kepemilikan Bangunan Pemilik gerai tersebut adalah Ibu Zainab yang telah menempati rumah tersebut sejak tahun 2009 sebagai penyewa.

c) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Penyelamatan bangunan telah dilakukan secara menyeluruh. Penyelamatan berupa pengecatan kembali dinding rumah , mengganti atap rumah yang sudah rusak, menamal dinding yang retak. Tiang bangunan di pendapa dan ruang tengah masih kokoh.

ii. Pemeliharaan

Gerai Batik Alini merupakan perpaduan antara rumah bergaya Joglo dengan Eropa. Terlihat dari bagian depan rumah atau pendhapa merupakan joglo dengan 4 tiang, sedangkan bagian tengah atau ndalem merupakan arsitektur eropa. Terlihat dari pintu, jendela yang besar, dan lantai yang berornamen. Kondisi bangunan masih terawat baik karena sebagai penyewa telah diberi peringatan agar rumah yang ditempati tersebut dijaga dan dirawat tetapi tidak boleh melakukan pemugaran dalam bentuk apapun, baik mengurangi bangunan ataupun penambahan bangunan baru.

iii. Pemugaran

Selama ditempati belum terjadi pemugaran karena hanya sebagai penyewa dan tidak diperbolehkanuntuk memugar bangunan.

(2) Pengembangan Tetap mempertahankan gaya arsitektur dari dulu sampai sekarang merupakan tindakan yang harus dilakukan, karena sebagai penyewa

commit to user

Pengembangan

dilakukan secara

terpadu oleh Forum

Pengembangan Kampung Batik Laweyan. (3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan Pendhapa dimanfaatkan sebagai gerai batik sedangkan disamping terdapat bangunan yang digunakan sebagai tempat pencucian kain batik. Ndalem atau ruang tengah dan belakang digunakan sebagai tempat tinggal.

Gambar 10. Gerai Batik Alini Tampak Depan

Gambar 11. Ruang Tengah

commit to user

a) Lokasi Terletak di Jl. Sidoluhur No.5 Laweyan, pada koordinat

7 0 34,p243’ LS dan 110 0 47,857’ BT.

b) Status Kepemilikan Pemilik gerai Kencana Murni saat ini adalah Mohammad Alwan. Status kepemilikan merupakan milik pribadi.

c) Riwayat Kepemilikan Gerai batik Kencana Murni merupakan rumah kuno yang dibangun tahun 1908 oleh Haji Ihsan, kemudian diwariskan kepada putranya yaitu Syukin Al Hadi dan sekarang ditempati oleh Mohammad Alwan.

d) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Bentuk penyelamatan yang pernah dilakukan pada rumah yang telah berusia 103 tahun tersebut adalah perbaikan terhadap lantai rumah yang dilakukan tahun 1980.

ii. Pengamanan

Benteng tinggi dan regol masih terawat dengan baik.

iii. Pemeliharaan

Sudah terjadi banyak perubahan bangunan. Seperti lantai rumah yang sudah dikeramik secara menyeluruh dan pengecatan terhadap kayu dan dinding. Lingkungan di sekitar bangunan yang sudah di paving secara menyeluruh

iv. Pemugaran

Pada tahun 2000 dilakukan penambahan ruang disebelah kanan rumah, didekat benteng yang dulunya sebagai tempat kuda dirubah menjadi ruangan kaca untuk showroom batik .

(2) Pengembangan Pemilik awal bangunan dari gerai batik kencana murni adalah seorang saudagar batik, tetapi saat ini usaha tersebut tidak

commit to user

kembali potensi yang ada pada tahun 2000, bapak Moh. Alwan membuka showwroom batik di pendhapa rumah.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Sebagai rumah tinggal dan showroom batik.

Gambar 12. Batik Kencana Murni

6) Rumah Mahkota Laweyan

a) Lokasi Terletak di Sayangan Kulon no 9 Laweyan Solo, pada koordinat

7 0 34,141’LS dan 110 0 47,553’BT.

b) Status Kepemilikan Pemilik Mahkota Laweyan saat ini adalah Ir.H. Alpha Fabela P, MT dan Juliani Prasetyaningrum. Status kepemilikan merupakan milik pribadi.

Gambar 13. Pendhapa Mahkota Laweyan

commit to user

Rumah Batik mahkota Laweyan awalnya dimiliki oleh Bpk. Radjiman Puspowidjoto dan Ibu Tijori Puspowijoto kemudian sekarang dihuni oleh salah satu puteri Bpk/Ibu Puspowidjoto (Juliani Prasetyaningrum) dan dan suaminya Alpha Fabela P.

d) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Bentuk penyelamatan yang pernah dilakukan pada rumah tersebut adalah perbaikan atap rumah dan pengecatan ulang pada dinding dan kayu

ii. Pengamanan

Adanya benteng yang mengelilingi rumah, regol/ pintu [agar berada disisi kanan rumah

iii. Pemeliharaan

Tetap menjaga/nguri-uri kekhasan dan arsitektur bangunan, pendhapa dan ndalem masih terjaga dengan baik, sedangkan ruangan dibangian belakan telah banyak dirubah untuk tempat tinggal.

iv. Pemugaran

Ada penambahan ruangan di samping rumah yang saat ini berfungsi sebagai ruangan untuk para pekerja dalam membuat batik tulis

(2) Pengembangan Selain sebagai pemilik batik Mahkota Laweyan, Bapak Alpha Fabela merupakan pelopor terbentuknya Kelurahan Laweyan menjadi Kampung Batik Laweyan. Saat ini beliau merupakan ketua dari paguyuban Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan yang bertujuan untuk membangun serta mengoptimalkan potensi Kampung Laweyan, sehingga pengembangan berupa revitalisasi Kampung Laweyan dilakukan secara terpadu oleh FPKBL.

commit to user

Di Batik Mahkota Laweyan dimanfaatkan sebagai showroom, proses produksi , workshop pelatihan batik dan museum keluarga Batik Puspowiyoto. Di museum Batik Puspowiyoto pengunjung bisa mempelajari koleksi-koleksi batik kuno, arsip manajemen dan transaksi jual beli batik Laweyan Tempo dulu.

7) Batik Putra Laweyan

a) Lokasi Terletak di Kampung Sayangan Wetan RT.07 RW.I Laweyan Solo,

pada koordinat 7 0 34,141’LS dan 110 0 47,553’BT.

b) Status Kepemilikan Pemilik Batik Putra Laweyan saat ini adalah Gunawan Muhammad Nizar. Umur 45 tahun. Status kepemilikan merupakan milik pribadi.

c) Riwayat Kepemilikan Rumah Batik Putra Laweyan awalnya dimiliki oleh Nasir. Batik Putra Laweyan Solo ini berawal dari didirikannya perusahaan Batik Bintang Mulya pada tahun 1967. Omset yang kurang menguntungkan dan selalu mengalami penurunan membuat perusahaan ini sempat menghentikan produksinya pada tahun 1979. Hal ini juga dipicu oleh mulai bermunculannya perusahaan-perusahaan batik dengan proses printing yang proses produksinya lebih efisien dengan harga relatif lebih murah.

d) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Telah banyak perubahan pada bangunan ini. Lantai di seluruh bangian ruangan telah diganti dengan lantai keramik.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamaman berupa benteng yang telah berubah dari bentuk aslinya.

commit to user

Lingkungan disekitar rumah dijaga dan dirawat dengan baik.terlihat dari seluruh halaman telah di paving dan beberapa tanaman hias disektar pendhapa.

iv. Pemugaran

Pemugaran terjadi pada gandhok kiri yang sekarang telah berubah menjadi cafe, sedangkan gandhok kanan telah berubah menjadi bagasi mobil. Kondisi pendhapa dan pabrik untuk membuat batik masih dipertahankan, walaupun sudah ada perbaikan.

(2) Pengembangan Pemugaran yang dilakukan sebagai bentuk adaptasi menyesuaikan keadaan saat ini agar lebih menarik minat wisatawan berkunjung ke batik Putra Laweyan.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan Sebagai rumah tinggal, produksi batik, dan showroom batik dan cafe

Gambar 14. Batik Putra Laweyan

8) Batik Gress Tenan

a) Lokasi Terletak di Kampung Setono rt 02/II, Laweyan Solo, pada koordinat

7 0 34,251’LS dan 110 0 47 ,651’BT.

commit to user

Kepemilikan rumah Batik Gress Tenan saat ini adalah Bapak Sarjono, usia 56 tahun. Status kepemilikan bangunan merupakan milik pribadi.

Gambar 15. Batik Gress Tenan

c) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Penyelamatan yang telah dilakukan adalah ruangan bagian depan (pendapa) masih dijaga keasliannya. Perawatan bangunan dilakukan dengan pengecatan kembali kayu dan tiang penyangga agar tetap terjaga keindahannya.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan yang nyata adalah adanya benteng tinggi yang sudah diperbaiki

iii. Pemeliharaan

Pendapa tidak dirubah dan dijadikan sebagai showroom Batik Gress Tenan.

iv. Pemugaran

Perubahan banyak terjadi di ruangan tengah yang saat ini dijadikan sebagai tempat tinggal. Ruangan tengah telah dirubah menjadi rumah bertingkat untuk tempat tinggal. Pada bagian

commit to user

dijaga keasliannya. (2) Pengembangan Pengembangan yang dilakukan banyak terkait dengan usaha batik, usaha batik mulai dirintis kembali oleh Bapak Sarjono sejak tahun 1983 yang sebelumnya usaha batik tersebut telah gulung tikar. Terkait dengan bangunannya, rumah yang ditempati saat ini bertipe rumah Joglo Jawa dengan 4 tiang penyangga di ruangan depan (pendapa). Keberadaan pendhapa masih dijaga keasliannya.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan Pemanfaatan sebagai tempat tinggal, showroom batik dan sebagai tempat memproduksi batik.

9) Batik Estu Mulyo

a) Lokasi Terletak di Setono 117 RT/RW 03/02 pada koordinat 7 0 34,225’ LS

dan 110 0 47,615’ BT

b) Status kepemilikan Merupakan generasi ke tiga yang menempati rumah tersebut. Bangunan yang telah berumur 150 tahun tersebut merupakan milik pribadi. Generasi pertama dan kedua merupakan produsen batik, tetapi saat ini sudah tidak menjadi produsen batik karena tidak punya keterampilan memproduksi batik sendiri. Pemilik rumah lebih memilih untuk membuka gerai batik dan usaha konveksi.

c) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Bangunan sudah terbagi sebagai harta warisan, sehingga yang nampak pada gerai batik Estu Mulyo hanya sebagian rumah, bagian gandhok kulon dan pabrik.

commit to user

Benteng masih tetap ada, walaupun saat ini juga sudah terbagi menjadi dua. Terlihat dari adanya dua pintu/ regol dalam satu benteng.

Gambar 16. Gerai Batik Estu Mulyo

iii. Pemeliharaan

Bangunan kurang terawat dengan baik, terlihat dari dinding yang muali mengelupas dan catnya yang sudah semakin memudar.

iv. Pemugaran

Penambahan ruangan juga dilakukan secara individu pada bagian depan bangunan dengan menambah ruangan sebagai tempat konveksi.

(2) Pengembangan Wujud perhatian pemerintah Surakarta yaitu pada tahun 2005, pihak pemerintah Surakarta memberikan bantuan untuk melakukan perawatan terhadap bangunan-bangunan kuno di Kampung Batik Laweyan. Salah satunya gerai batik Estu Mulyo. Perbaikan dilakukan pada langgar Estu mulyo yang terletak dibagian depan bangunan.

(3) Pemanfaatan/pendayagunaan Saat ini bangunan dijadikan sebagai tempat tinggal, gerai batik dan usaha konveksi

commit to user

a) Lokasi Terletak di Jl. Sidoluhur No 44 Laweyan pada koordinat 7 0 34,208’

LS dan 110 0 47,635’BT.

b) Status kepemilikan Gerai batik pendhapi merupakan bangunan tua yang telah dibangun pada tahun 1825 dan pemiliknya saat ini Ibu Nurul Khomariyah merupakan generasi ketiga yang menempati rumah tersebut. Generasi sebelumnya merupakan produsen batik yang mampu memproduksi batik sendiri. Keterampilan menghasilkan batik tidak diturunkan pada generasi berikutnya, sehingga saat ini Ibu Nurul Khomariyah hanya membuka gerai batik di pendhapa rumah tersebut.

c) Pelestarian (1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Upaya penyelamatan yang dilakukan diantaranya memperbaiki dinding rumah yang mulai mengelupas dan mengecat kembali. Keramik lantai belum pernah diganti, atap bangunan masih berupa sirap/genteng dari kayu yang sampai ssat ini belum diganti.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan untuk melindungi bangunan dari ancaman atau tindakan kriminal adalah adanya benteng tingggi yang masih ada sampai saat ini, walaupun yang terlihat ada dua regol atau pintu gerbang dalam satu rumah.

iii. Pemeliharaan

Keaslian bangunan masih dijaga dengan baik, pendhapa, ndalem, gandhok kanan dan gandhok kiri masih utuh dan terawat, sedangkan pabrik juga masih ada tetapi sudah tidak dimanfaatkan lagi.

commit to user

Bangunan yang telah berusia lebih dari 180 tahun tersebut belum mengalami pemugaran baik penambahan ruangan atau pengurangan, tetapi bangunan tersebut telah dibagi menjadi dua bagian dikarenakan adanya pembagian warisan, sehingga yang nampak saat ini bangunan tersebut di bagi menjadi dua bagian sama besar yang dipisahkan dengan dinding penyekat di bagian tengah.

(2) Pengembangan Pengembangan dilakukan secara mandiri, yaitu tetap menjaga arsitektur dan keutuhan bagian-bagian rumah walaupun rumha tersebut telah dibagi menjadi dua bagian.

(3) Pemanfaatan/ Pendayagunaan

Sebagai rumah tinggal dan showroom batik.

Gambar 17. Batik Pendhapi

11) Batik Cempaka

a) Lokasi Terletak di Kampung Setono No 22 Laweyan pada koordinat

7 0 34,247’ LS dan 110 0 47,589’ BT.

b) Status kepemilikan Nama pemilik Dhani Arifmawan, SE, merupakan generasi keempat yang menempati rumah dan menjadi milik pribadi.

commit to user

(1) Perlindungan

i. Penyelamatan

Penyelamatan yang dilakukan adalah memperbaiki dinding rumah yang mulai mengelupas dan mengecat kembali. Keramik lantai pada pendhapa belum pernah diganti, sedangkan pada gandhok dan ndalem sudah diganti.

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan terhadap bangunan adanya benteng tingggi yang masih asli dan ada sampai saat ini.

Gambar 18. Batik Cempaka

iii. Pemeliharaan

Keaslian bangunan masih dijaga dengan baik, pendhapa, ndalem, gandhok kanan dan gandhok kiri masih utuh dan terawat, sedangkan tempat memproduksi batik dipendah di depan rumah tujuannya sebagai pelatihan bagi pengunjung.

iv. Pemugaran

Bangunan yang telah berusia lebih dari 50 tahun tersebut sudah mengalami pemugaran berupa penambahan ruangan berupa ruang tamu di depan gandhok kulon

(2) Pengembangan Pengembangan dilakukan secara mandiri, yaitu tetap menjaga arsitektur dan keutuhan bagian-bagian rumah

commit to user

Pemanfaatan dan pendayagunaan bangunan dijadikan sebagai tempat tinggal, gerai batik, konveksi dan memproduksi batik cap.

12) Batik Surya Pelangi

a) Lokasi Terletak di Jl. Sidoluhur No 69 Laweyan pada koordinat 7 0 34,203’ LS

dan 110 0 47,617’BT.

b) Status kepemilikan Merupakan generasi keempat yang menempati rumah dan menjadi milik pribadi.

c) Pelestarian

a) Perlindungan

i. Penyelamatan

Kerusakan yang terjadi pada dinding di lakukan pengecatan dinding rumah, genting awalnya genting kayu /sirap diganti dengan genting biasa, lantainya telah diganti keramik pada tahun 70an

ii. Pengamanan

Bentuk pengamanan untuk melindungi rumah terdapat beteng atau pagar rumah telah diganti dengan pagar dari besi.

iii. Pemugaran

Termasuk rumah joglo dengan bentuk awal pendhapa terbuka berupa dinding kayu tetapi sudah diganti dengan dinding dari batubata pada tahun 70an. Pemugaran yang pernah dilakukan adalah pada bagian belakan atau pabrik dipugar dan dimanfaatkan sebagai kos-kosan. Gadri kiri masih terawat, sedangkan gadri kanan telah ada perubahan.

commit to user

Gambar 19. Batik Surya Pelangi

b) Pengembangan Usaha pengembangan yang dilakukan adalah menjaga keaslian dari bangunan dan menjadikan bangunan/rumah sebagai showroom batik.

c) Pemanfaatan Dimanfaatkan sebagai showroom, produksi batik tulis dan kos- kosan.

Dari 20 jumlah urban heritage pada Kampung Batik Laweyan, wawancara hanya bisa dilakukan pada 12 responden, karena pemilik rumah/ bangunan tidak memperbolehkan rumah/bangunan kuno yang ditempati dijadikan sebagai objek penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa usaha pelestarian yang dilakukan masih secara swadaya oleh pemilik bangunan, usaha-usaha pelestarian meliputi perlindungan, pengembangan dan pendayagunaan bangunan.

Pelestarian terhadap rumah saudagar dan gerai batik yang sudah termasuk dalam urban heritage berupa perlindungan terhadap lingkungan sekitar bangunan atau rumah yang yang dapat mengakibatkan keruasakan bangunan atau keindahan bangunan juga dilakukan secara mandiri oleh pemilik bangunan atau rumah. Pencegahan meluasnya kelapukan dan kerusakan dilakukan oleh pemilik rumah. Keberadaan bangunan kuno tersebut masih ada dan terawat sampai sekarang dikarenakan adanya kesadaran pemilik rumah atau bangunan untuk menjaga warisan budaya yang dimiliki, walaupun sudah ada perbaikan atau perubahan pada bangunan atau rumah yang ditempati. Bentuk

commit to user

bangunan atau rumah yang ditempati dengan melakukan perbaikan kembali terhadap bagian-bagian rumah yang telah rusak atau mengganti bagian yang hilang, dan pengecatan kembali pada cat dinding yang mulai memudar. Perawatan dan pemeliharaan terhadap lingkungan di sektar bangunan seperti tetap baik dari segi penampilan. Bentuk pengamanan yang ada seperti seperti adanya benteng-betang tinggi yang melindungi bangunan atau rumah kuno.

Adanya pemugaran terhadap bangunan sehingga keaslian bangunan sudah mulai hilang, terjadi pada gerai bati Naluri, dimana pendhapa rumah telah dihilangkan, batik Gress Tenan yang telah merombak seluruh ruang tengah menjadi bangunan baru untuk tempat tinggal, walauun keaslian pendhapa rumah masih dipertahankan. Batik Estu Mulyo, merupakan gerai yang bertempat di bangunan kuno yang telah berumur lebih dari 100 tahun, tetapi karena urusan harta warisan, maka bangunan tersebut akhirnya dipecah menjadi dua bagian.

Pemanfaatan bangunan sudah jelas selain sebagi tempat tinggal juga bermanfaat sebagai showroom atau gerai batik, proses membatik, café, kegiatan social, dan pendidikan berupa belajar membatik bagi pengunjung Kawasan Kampung Batik Laweyan. Tindakan pelestarian yang dilakukan merupakan kesadaran pribadi yang dilakukan pemilik bukan dari pemerintah kota Surakarta.

Pengembangan yang dilakukan oleh pemilik rumah adalah menjadikan rumah sebagai gerai batik dan tetap menjaga keaslian bangunan yang telah diwariskan. Pengembangan Kawasan Kampung Batik Laweyan secara umum di naungi oleh Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan berupa revitalisasi terhadap potensi kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai salah satu cagar budaya yang harus dilindungi, promosi dan pemberian informasi atau data tentang perkembangan Kampung Batik Laweyan yang bertujuan agar Kawasan Kampung Batik Laweyan sebagai heritage di Kota Surakarta menjadi salah obyek wisata budaya yang diminati oleh wisatawan.

commit to user

juga dimanfaatkan sebagai showroom batik, galeri batik, museum batik, cafe, proses pembuatan batik dan pelatihan terhadap wisatawan yang ingin belajar membatik.

commit to user

103