Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar

3. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Perusahaan Industri adalah perusahaan yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang dapat berbentuk perorangan, badan usaha, atau badan hukum yang berkedudukan di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 41/ M- IND/ PER/ 6/ 2008, setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memiliki Izin Usaha Industri (IUI), kecuali bagi Industri Kecil. IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan yang telah memperoleh izin prinsip. IUI diberikan sepanjang jenis industri dinyatakan tertutup atau terbuka dengan persyaratan untuk penanaman modal sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal dan Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 41/ M- IND/ PER/ 6/ 2008, setiap pendirian Perusahaan Industri wajib memiliki Izin Usaha Industri (IUI), kecuali bagi Industri Kecil. IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan yang telah memperoleh izin prinsip. IUI diberikan sepanjang jenis industri dinyatakan tertutup atau terbuka dengan persyaratan untuk penanaman modal sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal dan

b. jenis industrinya tidak tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 148/M/SK/7/1995 dan atau perubahannya;

c. jenis industrinya tercantum dalam Lampiran I huruf G Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 dan atau perubahannya; atau

d. lokasi industrinya berbatasan langsung dengan kawasan lindung sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 dan atau perubahannya.

IUI Melalui Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri yang telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. memiliki IMB;

b. memiliki Izin Lokasi;

c. Izin Undang-Undang Gangguan;

d. memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan

e. telah selesai membangun pabrik dan sarana produksi. Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan Industri untuk melakukan

persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/ instalasi peralatan dan kesiapan lain yang diperlukan. Persetujuan Prinsip bukan merupakan izin untuk

(tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan IUI/ TDI wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

1) Industri Kecil yang wajib memiliki TDI, meliputi jenis industri yang tercantum dalam Lampiran huruf D Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 07/ M-IND/ PER/ 5/ 2005 dan atau perubahannya dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2) Industri Kecil dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya sebagai berikut :

a. Sampai dengan Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib memiliki TDI, kecuali perusahaan yang bersangkutan menghendaki TDI;

b. Di atas Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki TDI.

3) Jenis industri dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya di atas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib memiliki IUI.

IUI, Izin Perluasan dan TDI berlaku selama perusahaan industri yang bersangkutan beroperasi sesuai dengan jenis industri dan ketentuan yang tercantum dalam IUI/ Izin Perluasan/ TDI-nya. Kewenangan pemberian : IUI, Izin Perluasan dan TDI berlaku selama perusahaan industri yang bersangkutan beroperasi sesuai dengan jenis industri dan ketentuan yang tercantum dalam IUI/ Izin Perluasan/ TDI-nya. Kewenangan pemberian :

b. IUI dan Izin Perluasan berada pada :

1. Gubernur setempat bagi jenis industri dengan skala investasi di atas Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri;

2. Gubernur setempat bagi jenis industri dengan skala investasi sampai dengan Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) yang berlokasi pada lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi, kecuali jenis industri yang menjadi kewenangan Menteri;

c. IUI dan Izin Perluasan berada pada Menteri bagi jenis industri sebagai berikut :

1. industri yang mengolah dan menghasilkan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3);

2. industri minuman beralkohol;

3. industri teknologi tinggi yang strategis;

4. industri kertas berharga;

5. industri senjata dan amunisi; dan

6. industri yang lokasinya lintas provinsi. Jenis industri yang mengolah dan menghasilkan B3 dan industri teknologi tinggi

yang strategis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

1) Pemberian IUI dan Izin Perluasan yang ditandatangani oleh Menteri, Gubernur atau Bupati/ Walikota serta TDI yang ditandatangani oleh Bupati/ Walikota atau pejabat yang ditunjuk diselenggarakan dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan kewenangan masing-masing.

2) Pelayanan Terpadu Satu Pintu dilakukan sesuai dengan ketentuan dan tata cara sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 41/ M-IND/ PER/ 6/ 2008) dan peraturan perundang - undangan terkait.

3) Penerbitan IUI, Izin Perluasan dan TDI dilakukan apabila telah memenuhi dokumen yang dipersyaratkan dan kesiapan produksi komersial yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

4) Pemeriksaan dokumen yang dipersyaratkan dan kesiapan produksi komersial dilakukan oleh Tim Teknis yang dibentuk dan diketuai oleh Kepala Dinas Kabupaten/ Kota.

Pelaksanaan pemberian IUI, Izin Perluasan dan TDI dapat dikenakan biaya administrasi 1 (satu) kali pada waktu penerbitan dengan besaran biaya sebagai berikut:

a. TDI yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota paling banyak Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah);

b. Persetujuan Prinsip tanpa biaya atau Rp. 0, (nol rupiah);

c. IUI yang diterbitkan oleh Bupati/ Walikota paling banyak Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah); c. IUI yang diterbitkan oleh Bupati/ Walikota paling banyak Rp 500.000,- (lima ratus ribu rupiah);

Dalam penelitian ini, batasan ruang lingkup penelitian hanya memfokuskan pada penyelenggaraan pelayanan pembuatan atau penerbitan Izin Usaha Industri (IUI) saja, sedangkan Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (TDI) tidak akan peneliti bahas. Hal tersebut disebabkan selain sebagai pembatasan ruang lingkup, peneliti juga hanya memfokuskan pada perusahaan industri besar yang baru dan belum melakukan perluasan.

IUI di Kabupaten Karanganyar berpedoman pada Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 41/ M-IND/ PER/ 6/ 2008 di atas, selain itu juga menggunakan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 8 tahun 2002 tentang Retribusi Izin Usaha Industri.

Dalam Perda Kabupaten Karanganyar Nomor 8 tahun 2002 tersebut, bahwa yang disebut IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan industri yang telah memperoleh Izin Prinsip. Izin Prinsip adalah izin yang diberikan kepada perusahaan industri yang akan mendirikan industri dengan investasi di atas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan merupakan rekomendasi bahwa komoditi yang akan diproduksi masih terbuka untuk investasi. Setiap orang atau badan yang mendirikan industri wajib memiliki Izin Industri dari Kepala Dinas. Izin industri sebagaimana yang dimaksud meliputi :

a. TDI untuk Industri dengan nilai investasi Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

(dua ratus juta rupiah);

c. IUI untuk industri yang siap berproduksi komersial dengan nilai investasi diatas Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Untuk memperoleh IUI harus melalui tahap Izin Prinsip. Bagi perusahaan

industri yang telah memiliki izin industri yang memperluas kapasitas produksinya lebih dari 30% dari kapasitas semula wajib mengajukan Izin Perluasan. Tata cara dan prasyaratan pengajuan permohonan izin industri diatur lebih lanjut oleh Bupati. Struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan sebagai berikut:

a. Izin Prinsip Industri dikenakan retribusi sebesar 0,5 o/oo (nol koma lima per mil) dari nilai investasi.

b. Izin Usaha Industri dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari nilai investasi.

c. Izin Perluasan Industri dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari nilai investasi perluasan.

d. Registrasi (daftar ulang) dikenakan retribusi sebesar 0,5 o/oo (nol koma lima per mil) dari nilai investasi.

e. Biaya balik nama dikenakan retribusi sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari nilai investasi.

f. Penggantian Izin Usaha Industri karena hilang atau rusak dikenakan retribusi sebesar 10% (sepuluh persen) dari retribusi semula.

Definisi konseptual bertujuan untuk memberi batasan –batasan yang jelas mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian sehingga tidak terjadi perbedaan pemahaman antara penulis dan pembaca. Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah :

1. Sistem dan Prosedur Sistem dan prosedur adalah serangkaian tindakan, langkah, maupun kegiatan yang menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan, saling mempengaruhi dan saling melengkapi dalam mencapai tujuan organisasi yang biasanya tercantum dalam aturan-aturan pokok atau umum.

2. Pelayanan Pelayanan diartikan sebagai aktivitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan dan mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak ke pihak lain.

3. Pelayanan Administratif Pelayanan administratif adalah pelayanan dalam bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya dalam hal ini perusahaan, sebagai bukti pendirian usaha yang memiliki kepastian hukum yang sah.

4. Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar IUI adalah izin tetap usaha industri yang diberikan kepada perusahaan industri yang telah memperoleh Izin Prinsip. Izin Prinsip adalah izin yang diberikan kepada perusahaan industri yang akan mendirikan industri dengan investasi di atas Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan merupakan

Definisi operasional digunakan untuk memperoleh data yang lebih konkrit dengan menggunakan kriteria –kriteria atau parameter variable penelitian. Penelitian tentang sistem dan prosedur pelayanan Izin Usaha Industri (IUI) di Kabupaten Karanganyar merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sistem dan prosedur pelayanan IUI yang diselenggarakan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Karanganyar. Sistem dan prosedur pelayanan IUI adalah serangkaian tindakan, langkah dan kegiatan pelayanan pemberian IUI, berupa dokumen resmi yang memiliki kepastian hukum yang sah untuk perusahaan industri yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

Kriteria-kriteria yang digunakan sebagai parameter sistem dan prosedur pelayanan IUI, sebagai berikut :

a. Kesederhanaan adalah prosedur pelayanan di BPPT Kabupaten Karanganyar diupayakan dibuat lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh pihak yang berkepentingan. Paramater yang digunakan meliputi :

1. Kemudahan,

2. Efisiensi.

b. Transparansi, adalah berbagai informasi, proses dan prosedur pelayanan di BPPT Kabupaten Karanganyar dapat diakses dengan mudah oleh semua orang yang berkepentingan. Parameter yang digunakan meliputi :

1. Kejelasan adalah hak dan kewajiban bagi pemberi layanan dan penerima layanan di BPPT Kabupaten Karanganyar harus jelas dan diketahui secara 1. Kejelasan adalah hak dan kewajiban bagi pemberi layanan dan penerima layanan di BPPT Kabupaten Karanganyar harus jelas dan diketahui secara

c) Kejelasan waktu penyelesaian.

2. Keterbukaan adalah terbukanya informasi yang dapat diakses oleh para pemohon untuk mengetahui berapa persen penyelesaian pengajuan perizinan telah dikerjakan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar. Keterbukaan tersebut meliputi :

a) kemudahan akses informasi,

b) adanya buku/ dokumen informasi mengenai proses pelayanan yang disediakan oleh pihak BPPT Kabupaten Karanganyar, baik diminta maupun tidak.

3. Kepastian, berkaitan dengan adanya kepastian hukum yang sah yang dapat digunakan sebagai landasan atau pegangan oleh perusahaan dan dapat memberikan rasa aman. Kepastian tersebut meliputi :

a) kepastian hukum yang sah,

b) kesesuaian produk pelayanan,

c) kepastian waktu dan biaya pelayanan.

c. Akuntabilitas adalah suatu bentuk pertanggungjawaban para pegawai di BPPT Kabupaten Karanganyar baik terhadap para pemangku kepentingan maupun kepada masyarakat/ publik dalam kepengurusan pemberian pelayanan perizinan. Parameter yang digunakan meliputi :

1. Tanggungjawab penyelenggaraan pelayanan,

2. Tanggungjawab dalam penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa.

yang mendukung di BPPT Kabupaten Karanganyar untuk melaksanakan penyelenggaraan pelayanan publik. Parameter yang digunakan meliputi :

1. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai,

2. Kelengkapan peralatan kerja,

3. Penyediaan sarana teknologi dan telekomunikasi dan informasi. International Business Research Vol. 1, No. 2, April 2008 dalam www.ccsenet.org/ibr mengemukakan “Followed the development of information is getting stronger, and information, as an important resource, in the operation and the decision- making process of enterprises plat an important role”. (Mengikuti perkembangan teknologi informasi, kemampuan orang untuk menggunakan informasi semakin kuat, dan informasi, sebagai sumber daya penting, dalam operasi proses pengambilan keputusan perusahaan yang memainkan peran penting).

Kerangka pemikiran digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini, serta hubungannya dengan perumusan masalah yang telah ditentukan. Mengacu pada berbagai paparan tentang konsep dan teori yang telah dibahas sebelumnya dalam kajian penelitian ini, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BPPT Kabupaten Karanganyar merupakan sistem pelayanan publik yang diterapkan oleh Kabupaten Karanganyar sebagai sistem pelayanan satu pintu (One Stop Service ) yang memiliki tugas pokok yaitu membantu Bupati dalam melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan dalam hal memberikan pelayanan perizinan terpadu dan non perizinan serta penanaman modal. Salah satu wewenang BPPT Kabupaten Karanganyar adalah memberikan/ menyelenggarakan pelayanan IUI. Dalam pelaksanaan tugasnya, BPPT Kabupaten Karanganyar harus menjalankan fungsi dan wewenangnya sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.

Pelayanan administratif IUI yang diselenggarakan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar dilaksanakan berdasarkan Permendustri No. 41/M-IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Perda Kabupaten Karanganyar No. 8 tahun 2002 tentang Izin Industri. Kriteria sistem dan prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesederhanaan, transparansi, akuntabilitas, serta dukungan sarana dan prasarana Pelayanan administratif IUI yang diselenggarakan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar dilaksanakan berdasarkan Permendustri No. 41/M-IND/PER/6/2008 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri, Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Perda Kabupaten Karanganyar No. 8 tahun 2002 tentang Izin Industri. Kriteria sistem dan prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesederhanaan, transparansi, akuntabilitas, serta dukungan sarana dan prasarana

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis untuk mengetahui sistem dan prosedur pelayanan IUI yang dilaksanakan oleh BPPT Kabupaten Karanganyar telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan telah sesuai dengan kriteria-kriteria sistem dan prosedur di atas atau belum.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Terwujudnya sistem dan prosedur pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat