Deskripsi Data Variabel

A. Deskripsi Data Variabel

1. Perkembangan Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang

Salah satu sektor penting ekonomi yang memiliki peran untuk menunjang pembangunan ekonomi Indonesia adalah perdagangan luar negeri yaitu ekspor dan impor. Dari kegiatan ekspor diperoleh devisa, sedangkan dari impor akan diperoleh bahan baku dan barang modal yang diperlukan untuk pembangunan.

Pada tahun 1982 harga minyak turun sehingga pendapatan negara dari sektor ekspor migas menurun. Ini memicu pemerintah mencari alternatif sebagai pengganti ekspor migas yang terus merosot. Salah satunya adalah mengembangkan dan meningkatkan ekspor non migas. Jepang merupakan negara tujuan utama ekspor non migas Indonesia

Pada tabel 4.1 dibawah menjelaskan bahwa perkembangan ekspor non migas ke Jepang selama tahun 1986-2008 cenderung meningkat. Pertumbuhan ekspor terbesar pada tahun 1986 yaitu sebesar 1230.435 juta US$. Dan terus meningkat dan pada tahun 1990 menjadi 3179.995 juta US$. Dan meningkat lagi pada tahun 2000 menjadi 7554.988 juta US$. Ekspor non migas Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2008 nilai ekspor non migas sebasar 13323.399 juta US$.

Tabel 4.1 Perkembangan Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang dari Tahun 1986-2008 (juta US$).

Tahun Ekspor

Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, data diolah.

Sejak tahun 2003 ekspor non migas Indonesia ke Jepang menunjukkan trend yang positif. Walaupun memiliki trend yang positif tetapi permasalahan yang terkait langsung dengan ekspor non migas Indonesia antara lain pasarnya yang sempit. Meskipun Indonesia memiliki banyak sumber daya alam dan jumlah tenaga kerja yang melimpah, yang merupakan faktor utama keunggulan komparatif namun ekspor non migas Indonesia pada hal-hal berikut: a) empat produk ekspor antara lain: furniture, pakaian jadi, kayu lapis dan produk tekstil Sejak tahun 2003 ekspor non migas Indonesia ke Jepang menunjukkan trend yang positif. Walaupun memiliki trend yang positif tetapi permasalahan yang terkait langsung dengan ekspor non migas Indonesia antara lain pasarnya yang sempit. Meskipun Indonesia memiliki banyak sumber daya alam dan jumlah tenaga kerja yang melimpah, yang merupakan faktor utama keunggulan komparatif namun ekspor non migas Indonesia pada hal-hal berikut: a) empat produk ekspor antara lain: furniture, pakaian jadi, kayu lapis dan produk tekstil

2. Perkembangan Impor dari Jepang

Impor Indonesia meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. pengembangan kapasitas produksi dalam negeri memerlukan impor barang-barang

modal yang belum dapat diproduksi di dalam negeri perlu diimpor. Di samping itu pembangunan proyek-proyek prasarana yang di perlukan untuk mendukung kapasitas produksi dalam negeri yang semakin berkembang juga memerlukan impor.

Impor berdasarkan golongan barang terdiri dari barang modal, barang konsumsi, dan bahan baku/penolong. Impor yang khususnya bahan modal, barang konsumsi, dan bahan baku akan mendorong peningkatan ekspor non migas Indonesia. Beberapa produk ekspor masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Perkembangan impor mencerminkan struktur produksi dalam negeri yang berkembang pesat. Pada tahun 1986/1987 kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi telah dapat mendorong ekspor non migas yang berkembang dengan pesat. Peningkatan ekspor non migas ini mengakibatkan impor bahan Impor berdasarkan golongan barang terdiri dari barang modal, barang konsumsi, dan bahan baku/penolong. Impor yang khususnya bahan modal, barang konsumsi, dan bahan baku akan mendorong peningkatan ekspor non migas Indonesia. Beberapa produk ekspor masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Perkembangan impor mencerminkan struktur produksi dalam negeri yang berkembang pesat. Pada tahun 1986/1987 kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi telah dapat mendorong ekspor non migas yang berkembang dengan pesat. Peningkatan ekspor non migas ini mengakibatkan impor bahan

Tabel 4.2 Perkembangan Impor Indonesia dari Jepang pada Tahun 1986- 2008 (juta USS).

Tahun Impor

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, data diolah.

Pada tabel 4.2 menjelaskan bahwa perkembangan impor Indonesia dari Jepang cenderung berfluktuasi. Pada tahun 1986 ekspor non migas Indonesia ke Jepang sebesar 3231.886 juta US$. Pada tahun berikutnya terus meningkat pada tahun 1991 ekspor non migas Indonesia ke Jepang mencapai 8387.96 juta US$. Tahun berikutnya ekspor non migas Indonesia mulai berfluktuasi dan cenderung Pada tabel 4.2 menjelaskan bahwa perkembangan impor Indonesia dari Jepang cenderung berfluktuasi. Pada tahun 1986 ekspor non migas Indonesia ke Jepang sebesar 3231.886 juta US$. Pada tahun berikutnya terus meningkat pada tahun 1991 ekspor non migas Indonesia ke Jepang mencapai 8387.96 juta US$. Tahun berikutnya ekspor non migas Indonesia mulai berfluktuasi dan cenderung

Berdasarkan data realisasi impor Indonesia tahun 2008, impor Indonesia didominasi oleh bahan baku penolong (77,01%), barang modal (16,56%), dan barang konsumsi (6,43%). Dilihat dari komoditinya, impor terbesar Indonesia adalah mesin-mesin. Ketergantungan impor bahan baku dari penolong yang masih sangat tinggi tersebut mengakibatkan industri dalam negari relatif rentan terhadap gejolak ekonomi dunia yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kelangsungan industri dalam negeri, mengingat beberapa komoditi ekspor non migas Indonesia masih memerlukan bahan baku dan bahan penolong serta mesin- mesin yang harus di impor.

3. Perkembangan Inflasi

Inflasi terutama yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi akan menyebabkan produksi turun dan penawaran total (aggregate supply ) berkurang yang pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga. Kenaikan biaya produksi dapat berasal dari kenaikan bahan baku industri, perjuangan serikat buruh yang berhasil menuntut kenaikan upah dan lain-lain. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya produksi.

4.3 Perkembangan Inflasi Jepang dari Tahun 1980-2008 (%). Tahun Inflasi

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, data diolah.

Tingkat Inflasi yang terjadi di Jepang cukup berfluktuatif tapi tetap di angka kecil. Inflasi yang terjadi di Jepang tertinggi pada angka 2.676% pada tahun 1989. setelah tahun tersebut inflasi tidak pernah berada pada lebih dari 2.676%. Pada tahun 1999 inflasi mencapai -1.176%.

4. Perkembangan Kurs Yen terhadap Dollar

Nilai tukar yang sering disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka tercapainya stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil sangat diperlukan untuk tercapainya suatu keadaan yang kondusif bagi peningkatan kegiatan usaha. Perkembangan kurs suatu negara tidak terlepas Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk terciptanya iklim yang kondusif bagi peningkatan kegiatan dunia usaha. Perkembangan kurs suatu negara tidak terlepas dari kebijakan yang diambil pemerintah dan juga kondisi ekonomi baik dalam negeri maupun luar negeri. Nilai tukar suatu negara menunjukkan harga uang negara tersebut terhadap mata negara lain. Nilai tukar mata uang suatu negara mengalami apresiasi ketika nilai uangnya meningkat relatif terhadap nilai mata uang negara lain.

Pada tabel 4.4 menunjukkan data kurs dari tahun 1980 sampai 2008. Selama periode tahun tersebut cenderung mengalami fluktuasi, tapi cenderung mengalami penguatan (apresiasi). Pada tahun 1995 kurs yen terhadap dollar terapresiasi menjadi 94.06 yen per dollar. lonjakan kurs tertinggi terjadi pada tahun 1995 yang semula kurs dari 94.06 yen per dollar melemah menjadi 108.78 yen per dollar. Setelah tahun tersebut kurs terus melemah dan pada tahun 1998 mencapai 130.90 yen per dollar. dari mulai itu kurs Jepang terus berfluktuasi dan dan pada tahun 2008 mencapai 118.81 yen terhadap dollar.

Tabel 4.4 Perkembangan Kurs dari Tahun 1980-2008 (Yen). Tahun Kurs

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, data diolah.

5. Perkembangan Pendapatan Perkapita Jepang

Negara tujuan ekspor non migas di bedakan menjadi dua yaitu negara tradisional (pasar utama) dan non tradisional (pasar potensial). Negara tradisional

merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia. Sedangkan negara non tradisional yaitu negara-negara tujuan ekspor yang relatif baru yang memiliki pertumbuhan impor tinggi untuk produk-produk dari Indonesia. Jepang merupakan dalam negara tradisional (pasar utama).

Tabel 4.5 Perkembangan Pendapatan Perkapita Jepang dari Tahun 1980- 2008 (dollar).

Tahun Yjpng

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, data diolah.

Dari tabel di atas, perkembangan pendapatan per kapita mengalami fluktuasi. Hal ini juga terjadi pada ekspor non migas Indonesia yang mengalami fluktuasi. pada tahun 1995 pendapatan per kapita tertinggi mencapai 41.968,58 US$. Dengan nilai pertumbuhan paling tinggi pada tahun sebesar 32,14 persen. Dari tahun 2001 sampai 2008 pendapatan per kapita jepang terus meningkat. Memacu daya beli masyarakat Jepang untuk membeli barang-barang impor. Sehingga akan menaikkan impor Jepang dan menaikkan ekspor Indonesia.