Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
B. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
1. Impor Impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat yang di bayar dengan menggunakan valuta asing. Salah satu tujuan kegiatan impor adalah memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dengan cara mendatangkan barang yang belum tersedia di dalam negeri dari luar negeri. Sebelum berlakunya Undang-undang Penanaman Modal Asing (UU No. 1/1967) dan Undang-undang Penanaman Modal dalam Negeri (UU No.6/1968) maka pola impor Indonesia berturut-turut terdiri dari barang konsumsi, bahan baku dan barulah disusul barang modal.
Setelah berlakunya undang-undang tentang PMA dan PMDN di atas maka pola impor Indonesia telah mengalami perubahan menjadi berturut-turut terdiri dari barang modal, bahan baku dan di susul dengan barang konsumsi (Amir M.S, 2003).
Impor Indonesia meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. pengembangan kapasitas produksi dalam negeri memerlukan impor barang-barang modal yang belum dapat diproduksi di dalam negeri perlu diimpor. Di samping itu pembangunan proyek-proyek Impor Indonesia meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan. pengembangan kapasitas produksi dalam negeri memerlukan impor barang-barang modal yang belum dapat diproduksi di dalam negeri perlu diimpor. Di samping itu pembangunan proyek-proyek
Impor berdasarkan golongan barang terdiri dari barang modal, barang konsumsi, dan bahan baku/penolong. Impor yang khususnya bahan modal, barang konsumsi, dan bahan baku akan
mendorong peningkatan ekspor non migas Indonesia. Beberapa produk ekspor masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Perkembangan impor mencerminkan struktur produksi dalam negeri yang berkembang pesat. Pada tahun 1986/1987 kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi telah dapat mendorong ekspor non migas yang berkembang dengan pesat. Peningkatan ekspor non migas ini mengakibatkan impor bahan baku/ penolong meningkat selanjutnya untuk menambah kapasitas produksi, impor barang-barang modal meningkat pula (Jamli, 1992).
2. Kurs (Exchange Rate) Kurs adalah perbandingan nilai atau harga antara mata uang sendiri dengan mata uang negara asing, atau disebut dengan exchange rate. Kurs (nilai tukar) tergantung dari sistem kurs dan sifat pasar yang diterapkansuatu negara. Jika sistem kurs yang dianut adalah kurs bebas maka kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaandan penawaran. Jika misalnya dollar banyak diminta (karena impor meningkat)maka harga dollar akan naik. Kenaikan harga dollar akan mengakibatkan permintaan dollar turun dan impor cenderung turun karena mahal. Sebaliknya ekspor akan meningkat (terutama yang kandungan 2. Kurs (Exchange Rate) Kurs adalah perbandingan nilai atau harga antara mata uang sendiri dengan mata uang negara asing, atau disebut dengan exchange rate. Kurs (nilai tukar) tergantung dari sistem kurs dan sifat pasar yang diterapkansuatu negara. Jika sistem kurs yang dianut adalah kurs bebas maka kurs valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaandan penawaran. Jika misalnya dollar banyak diminta (karena impor meningkat)maka harga dollar akan naik. Kenaikan harga dollar akan mengakibatkan permintaan dollar turun dan impor cenderung turun karena mahal. Sebaliknya ekspor akan meningkat (terutama yang kandungan
Pada teori Purchasing Power Parity (PPP), dasar teorinya bahwa, perbandingan nilai satu mata uanglain ditentukan oleh daya beli uang tersebut terhadap komoditi (bareng dan jasa) pada masing-masing negara. Terdapat dua versi dalam teori PPP yaitu: 1) Teori Purchasing Power Parity Interpretasi Absolut, teori ini pada dasarnya bahwa perbandingan nilai satu mata uang dengan mata uang negara lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga pada masing-masing negara. 2) Teori Purchasing Power Parity Arti Relatif, maksudnya adalah bahwa PPP kurs yang perhitungannya didasarkan pada perubahan harga. Bila terjadi perubahan harga di kedua negara, maka kurs tersebut harus mengalami perubahan juga (Amalia, 2007). PPP menyatakan bahwa semua tingkat harga dari seluruh negara sama besarnya bila diukur dalam satuan mata uang sama (Krugman, 1991). Jika kurs yang dipakai adalah stabilisasi kurs (kurs yang distabilkan), maka pemerintah dapat melakukan intervensi pasar dengan cara sebagai berikut: apabila tendensi kurs valuta asing akan naik (nilai mata uang sendiri turun relative terhadap valuta asing) maka pemerintah akan menjual valuta asing di pasar. Dengan tambahnya penawaran valuta asing tersebut maka tendensi kurs untuk naik dapat dicegah, dan sebaliknya.
Kegiatan ekonomi da Kebijakan Pemerintah (fiskal dan moneter) yang mempengaruhi pendapatan, harga dan bunga akan berpengaruh terhadap kurs. Disamping faktor-faktor ekonomi, kurs valuta asing juga dipengaruhi oleh faktor non ekonomi seperti faktor politis dan psikologi baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar.
Kurs memiliki efek positif terhadap ekspor. Semakin tinggi nilai kurs maka menyebabkan harga produk ekspor menjadi semakin murah dimata buyer luar negeri. Misalnya: kurs dari 1$ = Rp 2.500 menjadi 1$ = Rp 10.000. Jika kita menjual produk dengan harga Rp 1.000.000, sebelumnya buyer harus membayar 400$ maka setelah nilai kurs naik, buyer cukup membayar Rp 1.000.000 dengan 100$ adanay haraga yang semakin murah diminta buyer inilah yang menyebabkan permintaan akan naik yang selanjutnya ekspor akan meningkat. Dari sisi eksportir, naiknya inilah kurs (nilai mata uang sendir turun relative terhadap valuta asing) akan mendorong peningkatan produksi akibat keuntungan yang semakin meningkat. Harga jual ekspor biasanya ditetapkan dalam dollar, sehingga jika eksportir penjual produk dengan harga 400$, jika 1$ = Rp 2.500 maka akan menerima Rp 1.000.000, maka jika nilai rupiah merosot menjadi 1$ = Rp 10.000, dengan harga yang tetap (400$) maka eksportir akan menerima pembayaran dalam rupiah sebesar Rp 4.000.000.
Intinya, dengan menurunnya nilai rupiah terhadap dollar maka ekspor akan meningkat karena baik dilihat dari eksportir dan importir sama-sama memperoleh keuntungan. Bagi eksportir akan menerima rupiah Intinya, dengan menurunnya nilai rupiah terhadap dollar maka ekspor akan meningkat karena baik dilihat dari eksportir dan importir sama-sama memperoleh keuntungan. Bagi eksportir akan menerima rupiah
3. Inflasi Definisi singkat inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus. Berdasarkan sebab awal terjadinya, inflasi dibedakan menjadi dua yakni:
a) Demand-pull Inflation, adalah inflasi yang timbul karena kenikan permintaan total (aggregate demand) yang menyebabkan kenaikan harga dan juga menaikkan hasil produksi (output) dengan asumsi perekonomian belum mencapai full employment. Pada inflasi jenis ini, kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang input dan harga-harga faktor produksi (upah dan sebagainnya)
b) Cost-push Inflation, adalah inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi akan menyebabkan produksi turun dan penawaran total (aggregate supply) berkurang yang pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga. Kenaikan biaya produksi dapat berasal dari kenaikan harga bahan baku industri, perjuangan seriakat buruh yang berhasil menuntut kenaikan upah dan lain-lain. Kenaiakan biaya produksi pada gilirannya akan menaikan harga dan turunnya produksi. Jadi, pada jenis inflasi ini kenaiakn harga barang akhir (output) mengikuti kenaikan harga-harga barang input/ faktor produksi (Boediono; 1995)
Efek inflasi terhadap output dapat positip maupun negatif. Inflasi dapat menyebabakan terjadinya kenaikan produksi karena kenaiakn harga output mendahului harga input/ faktor produksi sehingga keuntungan produksi naik, kenaikan keuntungan akan merangsang peningkatan produksi. Kondisi tersebut dapat terjadi sepanjang inflasi masih dapat ditolerir (inflasi dibawah satu digit). Namun bila laju inflasi cukup tinggi (hyper inflation), menyebabkan nilai uang riil turun dengan drastis dan jika diikuti dengan naiknya biaya produksi maka akan berakibat pada penurunan produksi (output).
Inflasi di dalam negari yang tidak dibarengi dengan tingkat jumlah uang beredar yang meningkat menyebabkan penawaran uang riil berkurang sehingga suku bunga akan naik akan naik yang menyebabkan investasi akan turun. Jika suku bunga naik diikuti oleh naiknya biaya- biaya produksi yang lain, seperti upah dan sebagainya maka produksi akan mengalami penurunan.
4. Produk Domestik Bruto per Kapita Menurut Edgmand E Michael (1979) bahwa fluktuasi perdagangan internasional (ekspor-impor) salah satunya dipengaruhi oleh Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara pengimpor. Dari negara importir, peningkatan pendapatan per kapita akan mendorong meningkatnya permintaan terhadap produk impor (berarti ekspor meningkat jika dilihat dari negara pengekspor).
Terdapat hubungan positif antara peningkatan PDB per kapita negara lain dengan ekspor dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi negara- negara di dunia yang semakin tinggi menyebabkan permintaan akan barang dan jasa juga semakin meningkat. Berubahnya pendapatan luar negeri dengan sendirinya akan menyebabkan berubahnya permintaan barang ekspor dalam negeri / income inelasticity of demand. Namun demikian, untuk komoditi yang termasuk inferior goods, maka kenaikan pendapat per kapita negara-negara tujuan ekspor justru akan mengurangi permintaan impor mereka. Dengan kata lain terdapat pengaruh negatif antara peningkatan pendapatan per kapita negara lain dengan ekspor dalam negeri (Sobri; 2001).