10 Uji Autokorelasi

Tabel 4.10 Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic

0.001799 Obs*R-squared

Sumber: E views 4.0

Dari hasil autokorelasi diketahui bahwa (n-p)ObsR squared (R 2 ) dengan nilai 10,24274 < 13,4, berarti dalam model penelitian ini

tidak terjadi masalah autokorelasi. Dilihat dari probabilitasnya juga lebih besar dari

0,1 (tidak signifikan) berarti model terhindar dari masalah autokorelasi.

4. Pembahasan Hasil Penelitian

a) Pengaruh Impor terhadap Ekspor Non Migas Indonesia Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia ke Jepang. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien impor sebesar 0,322065 dengan probabilitas 0,0941 pada tingkat signifikasi 10% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1% impor akan meningkatkan ekspor non migas Indonesia ke jepang sebesar 0,322065 %

Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa impor, khususnya yang berupa bahan baku, bahan penolong dan barang modal mendorong peningkatan ekspor non migas Indonesia. Beberapa produk non migas Indonesia masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Berdasarkan data realisasi impor Indonesia tahun 2008, impor Indonesia didominasi oleh bahan baku penolong (77,01%), barang modal (16,56%), dan barang konsumsi (6,43%). Dilihat dari komoditinya, impor terbesar Indonesia adalah mesin-mesin. Hal ini mendukung temuan bahwa impor berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor, karena beberapa Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa impor, khususnya yang berupa bahan baku, bahan penolong dan barang modal mendorong peningkatan ekspor non migas Indonesia. Beberapa produk non migas Indonesia masih memiliki kandungan impor yang cukup tinggi. Berdasarkan data realisasi impor Indonesia tahun 2008, impor Indonesia didominasi oleh bahan baku penolong (77,01%), barang modal (16,56%), dan barang konsumsi (6,43%). Dilihat dari komoditinya, impor terbesar Indonesia adalah mesin-mesin. Hal ini mendukung temuan bahwa impor berpengaruh positif terhadap peningkatan ekspor, karena beberapa

b) Pengaruh Inflasi terhadap Ekspor Non Migas Indonesia Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia ke jepang. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien inflasi sebesar -0,088218 dengan probabilitas 0,1363 pada tingkat signifikasi 10% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1% inflasi maka akan menurunkan ekspor non migas Indonesia ke Jepang sebesar 0,088218 %

Temuan empirik yang menunjukkan bahwa inflasi di dalam negari yang tidak dibarengi dengan tingkat jumlah uang beredar yang meningkat menyebabkan penawaran uang riil berkurang sehingga suku bunga akan naik akan naik yang menyebabkan investasi akan turun. Jika suku bunga naik diikuti oleh naiknya biaya-biaya produksi yang lain, seperti upah dan sebagainya maka produksi akan mengalami penurunan dan ekspor menurun.

c) Pengaruh Kurs terhadap Ekspor Non Migas Indonesia Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien kurs sebesar 3,029065 dengan probabilitas 0,0263 pada tingkat signifikasi 10% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1% kurs akan meningkatkan ekspor non migas Indonesia sebesar 3,029065 %

Kurs memiliki efek positif terhadap ekspor. Semakin tinggi nilai kurs (nilai mata uang sendiri turun relatif terhadap valuta asing) maka menyebabkan harga produk ekspor menjadi semakin murah di mata buyer luar negeri (importir). Dari sisi eksportir, naiknya nilai kurs (nilai mata sendiri turun relatif terhadap valuta asing) akan meningkatkan produksi akibat keuntungan yang semakin meningkat karena rupiah yang diperoleh lebih besar sehingga mendorong peningkatan ekspor. Intinya dengan menurunnya nilai rupiah terhadap dollar maka ekspor akan meningkat karena baik dilihat dari eksportir dan importir sama-sama memperoleh keuntungan. Bagi eksportir akan menerima rupiah yang lebih besar sementara bagi importir harga ekspor menjadi lebih murah (dalam dollar). Semua kondisi tersebut berlangsung dengan asumsi menurunnya nilai tukar rupiah tidak diikuti oleh inflasi dalam negeri yang lebih besar.

d) Pengaruh Pendapatan Per Kapita Jepang terhadap Ekspor Non Migas Pendapatan per kapita Jepang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas Indonesia. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien pendapatan per kapita Jepang sebesar 3,439601 dengan probabilitas 0,0002 pada tingkat signifikasi 10% yang dapat diartikan bahwa setiap peningkatan 1% pendapatan per kapita Jepang maka akan meningkatkan ekspor non migas Indonesia sebesar 3,439601%.

Hasil temuan ini sejalan dengan teori dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Bahwa pendapatan per kapita negara tujuan ekspor merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi ekspor non migas

Indonesia. Semakin tinggi pendapatan per kapita negara tujuan ekspor maka permintaan terhadap produk-produk ekspor Indonesia akan meningkat