Tinjauan tentang Desentralisasi Fiskal

3. Tinjauan tentang Desentralisasi Fiskal

a. Pengertian Desentralisasi Fiskal Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), desentralisasi didefinisikan sebagai sistem pemerintahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah. Makna lain desentralisasi adalah penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan (atau pusat kepada cabang dan lain sebagainya).

Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desentralisasi yang merupakan penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri dilaksanakan berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya desentralisasi maka muncullah otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai penyerahan kewenangan. Dalam kaitannya dengan sistem pemerintahan Indonesia, desentralisasi akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan sistem pemerintahan karena dengan adanya desentralisasi sekarang menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan di Indonesia.

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Pendelegasian kewenangan ditinjau dari sudut pelaksanaan praktis di Daerah dapat disederhanakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu (H.A.W Widjaja, 2004: 221):

commit to user

2) pendelegasian kewenangan urusan daerah;

3) pendelegasian kewenangan keuangan daerah. Fiskal berasal dari nama pribadi dari pemegang keuangan pertama pada zaman Kekaisaran Romawi, secara harfiah dapat diartikan sebagai "keranjang" atau "tas" , berarti perbendaharaan negara atau kerajaan. Fiskal digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan negara atau kerajaan yang dikumpulkan berasal dari masyarakat dan oleh pemerintahan negara atau kerajaan dianggap sebagai pendapatan lalu digunakan sebagai pengeluaran dengan program-program untuk menghasilkan pencapaian terhadap pendapatan nasional, produksi dan perekonomian serta digunakan pula sebagai perangkat keseimbangan dalam perekonomian. Dua unsur utama dari fiskal adalah perpajakan dan pengeluaran publik (Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/Fiskal). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) fiskal didefinisikan sebagai sesuatu berkenaan dengan urusan pajak atau pendapatan negara. Dari beberapa definisi tentang fiskal diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fiskal merupakan segala urusan perpajakan dalam ruang lingkup penerimaan keuangan negara.

Desentralisasi fiskal adalah kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah secara mandiri. Salah satu syarat terselenggaranya desentralisasi fiskal adalah ada kewenangan pemerintah daerah yang cukup longgar dalam memungut pajak lokal. Pendapatan daerah yang dimaksdkan disini tidak hanya terbatas pada pendapatan daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi daerah saja, namun mencakup pendapatan daerah dari berbagai sektor. Salah satu sektor potensial sumber pendapatan daerah adalah sektor pajak dan retribusi daerah. Pelaksanaan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah secara mandiri oleh pemerintah daerah yang dilaksanakan dengan berdasarkan kepada Peraturan Daerah inilah yang disebut sebagai desentralisasi fiskal.

commit to user

Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dalam kerangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsinal, demokratis, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban, dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan (H.A.W Widjaja, 2004: 41-42).

Pelaksanaan desentralisasi fiskal dimaksudkan untuk mencapai tujuan pemerataan keuangan nasional dalam rangka perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Tujuan umum pelaksanaan desentralisasi fiskal antara lain harus dapat (Adrian Sutedi, 2009:48):

1) meningkatkan efisiensi pengalokasian sumber daya nasional maupun

kegiatan Pemerintah Daerah;

2) dapat memenuhi aspirasi dari Daerah, memperbaiki struktur fiskal,

dan memobilisasi pendapatan Daerah maupun nasional;

3) meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat

dalam pengambilan keputusan di tingkat Daerah;

4) memperbaiki keseimbangan fiskal antar Daerah dan memastikan adanya pelayanan masyarakat yang berkualitas di setiap Daerah; dan

5) menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

commit to user

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan: Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang didalamnya mengamanatkan desentralisasi

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

daerah

dan

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah

UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan

Retribusi Daerah

Desentralisasi Fiskal

Perda No. 4 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah

Kewenangan Pemerintah

Kota Surakarta

Perpajakan Perparkiran

commit to user

keuangannya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang terdapat di daerah.

Desentralisasi fiskal yang ditandai dengan adanya penyerahan kewenangan pengelolaan keuangan daerah secara mandiri dilaksanakan berdasar pada Undang- Undang. Salah satu yang menjadi objek pengelolaan keuangan daerah tersebut bersumber dari pungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Pelaksanaan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah yang sekaligus menjadi dasar pemungutan pajak dan reribusi di daerah. Dalam implementasinya, Undang- Undang Pajak Daerah dan Retribusi daerah ini dijadikan dasar dalam penyusunan Peraturan Daerah baik tentang pajak daerah, retribusi daerah, maupun keduanya.

Pemerintah kota Surakarta telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Dearah sebagai dasar pelaksanaan pengelolaan perpajakan daerah di kota Surakarta. Peraturan Daerah ini berisi kewenangan Pemerintah Kota Surakarta dalam penyelenggaraan perpajakan daerah. Di dalam Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah ini salah satunya mengatur mengenai pelaksanaan pengelolaan perpajakan perparkiran.

Pelaksanaan Pengelolaan perpajakan perparkiran di kota Surakarta yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah untuk mengetahui apakah Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah sepanjang yang mengatur mengenai perparkiran sudah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

commit to user