kesehatan yang berkompeten cukup meningkat dari cakupan tahun sebelumnya.
b. Angka Kesakitan
Angka kesakitan yang dapat dilaporkan adalah sebagai berikut : 1 AFP Non Polio 15 tahun
AFP acute flacid paralise rate non polio pada penduduk berusia 15 tahun adalah jumlah kasus AFP non polio yang dila-
porkan dibagi jumlah penduduk usia 15 tahun dikalikan seratus ribu. Target dalam SPM adalah ≤ 2 per 100.000. Pada tahun 2013
ini, Kabupaten Lombok Barat masih berada pada 2,11 per 100.000 usia 15 tahun, angka tersebut masih cukup tinggi. Pada
tahun 2009 ditemukan sebanyak 3 orang suspect AFP, tahun 2010 meningkat menjadi 10 suspect, tahun 2011 meningkat menjadi 13
suspect, dan pada tahun 2012 menurun menjadi 5 suspect. Pene- muan suspect kasus ini disebabkan karena sistem surveilans AFP
Rumah Sakit Hospital Based Surveilans HBS dan sistem surveilans AFP Masyarakat, Community Based Surveilans
System CBS sudah berjalan dengan baik. Sedangkan tujuan penemuan kasus AFP antara lain :
Melacak dan menemukan semua kasus AFP yang ada disuatu
daerah.
Mengumpulkan dua spesimen semua kasus AFP selambat- lambatnya 14 hari setelah kelumpuhan, dengan tenggang
waktu pengumpulan spesimen I dan II adalah 24 jam.
Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus-polio liar di suatu wilayah melalui pemeriksaan spesimen tinja semua
kasus AFP yang ditemukan dalam wilayah tersebut.
62
2 Demam Berdarah Dengue Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis
disebagian besar wilayah Indonesia atau wilayah tropis dengan sumber penularan manusia dan nyamuk Aedes Aegypti sebagai
vektornya. Target yang diharapkan dalam penanganan DBD adalah pada upaya mencegah kematian, menekan penyebaran
kasus dan penanganan secara keseluruhan penderita DBD. Jumlah kasus DBD di Kabupaten Lombok Barat tahun
2009 sebanyak 79 kasus dan semua tertangani, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit. Tahun 2010 kasus DBD
dilaporkan sebanyak 154 kasus yang tersebar di semua wilayah Puskesmas. Sedangkan tahun 2011 dilaporkan sebanyak 39
kasus berdasarkan laporan W1, dan dilaporkan 3 orang meninggal yaitu, di wilayah kerja Puskesmas Penimbung, Narmada dan
Lingsar. Jumlah kasus tertinggi tahun 2011 terdapat di Puskesmas Narmada sebanyak 16 kasus, Puskesmas Gunung Sari dan
Dasan Tapen masing-masing sebanyak 8 kasus. Sementara itu, untuk kasus DBD pada tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi 69 kasus. Kasus tertinggi berada di wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari, yaitu sebanyak 25
kasus 36,2. Dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2011 mengalami peningkatan kasus sebesar 76,9. Pada tahun
2013 terjadi peningkatan menjadi 88 kasus. Kasus tertinggi di Puskesmass Narmada 31 kasus dan tidak terdapat kasus
meninggal. Kondisi ini salah satunya bisa terjadi dikarenakan
terjadinya perubahan iklim atau climate changes. Untuk Indonesia DBD sudah endemis, namun karena perubahan iklim membuat
musim tidak bisa lagi diprediksi sehingga menyebabkan penyakit ini ada sepanjang tahun dan cenderung meningkat. Selain adanya
perubahan iklim, perilaku masyarakat yang tidak melakukan Pem-
62
berantasan Sarang Nyamuk PSN juga bisa menjadi penyebab meningkatnya kasus DBD. Tindakan preventif yang dapat di-
lakukan dalam upaya mencegah peningkatan kasus DBD adalah dengan meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
dalam menjaga lingkungannya untuk tetap bersih dan sehat. 3 Kasus Diare yang Ditangani
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek, cair bahkan seperti air yang frekuensinya lebih sering dari bi-
asanya, pada umumnya 3 kali atau lebih dalam sehari. Kasus diare biasanya terjadi peningkatan pada musim ke-
marau disebabkan karena terbatasnya air bersih dan pada saat bulan pertama musim hujan karena sumber air bersih yang dige-
nangi air hujan atau air tanah permukaan ikut tercemar. Target cakupan penemuan penderita Diare, yaitu 411 per 1000 dikali
jumlah penduduk dikali 10 , dimana:
Target cakupan penemuan penderita Diare oleh SARKES adalah : 40 dari taget penemuan dan diupayakan tidak
ditemukan kematian akibat Diare CFR = 0 .
Target cakupan penemuan penderita Diare oleh Kader Diare adalah : 60 dari target penemuan dan diupayakan tidak
ditemukan kematian akibat Diare CFR = 0 . Jumlah kasus diare yang terlaporkan pada tahun 2012 di
Kabupaten Lombok Barat sebanyak 31.447 orang dan 100 tertangani, sedangkan penemuan kasus diare pada balita tahun
2013 menurun menjadi 30.161 kasus atau mengalami penurunan sebesar 4,09 dari kasus tahun 2012. Kasus ini melebihi dari
target perkiraan yaitu 25.795. Peningkatan penemuan kasus diare ini menandakan kegiatan surveilance di masyarakat dapat
berjalan optimal. Dan tentunya menjadi bahan evaluasi bagi
62
pelaksana program lainnya agar meningkatkan promosi kesehatan tentang hidup bersih dan sehat.
Kasus diare terbanyak tahun 2013 ini terdapat di Puskesmas Gunungsari yaitu mencapai 3.271 menurun dari tahun
sebelumnya yaitu 3.556 kasus, dan terendah pada puskesmas Banyumulek. Karena faktor lingkungan saja namun juga karena
perilaku hidup dari masyarakat. Oleh karena itu dalam penanganannya harus melibatkan program dan lintas sektor yang
terkait, agar kasus diare ini tidak terus meningkat. Grafik 5.
Jumlah Kasus Diare Pada Balita Menurut Puskesmas di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
200 400
600 800
1,000 1,200
Laki-laki Perempuan
Sumber : Profil Kesehatan Tahun 2013
4 Angka Kesakitan Malaria Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
Kabupaten Lombok Barat. Kasus malaria klinis tahun 2013 mencapai 9.310 kasus dengan 97 kasus dinyatakan positif melalui
pemeriksaan laboratorium maupun menggunakan RDT. Adapun cakupan pemeriksaan sediaan darah tahun 2012 mencapai 100.
Cakupan pengobatan kasus positif malaria dengan menggunakan ACT Amodiaquine Combination Therapy sebesar 99 229 dari
62
230 kasus positif sedangkan yang tidak diberikan ACT adalah penderita positif malaria yang hamil pada trimester I.
Pemantauan kasus malaria menggunakan API Annual Paracyte Incidence yaitu jumlah kasus positif dalam 1.000 orang
penduduk setiap tahun. Kasus malaria positif terbanyak masih ditemukan di daerah kawasan pantai dan pegunungan yaitu
wilayah Puskesmas Meninting, Gunung Sari dan Penimbung. Angka kesakitan dihitung berdasarkan standar API Annual
Parasite Incidence mencapai angka 0,37. Dengan demikian Kabupaten Lombok Barat berada pada kategori LCI Low Case
Incidence, yaitu pada range 1 ‰. Akan tetapi angka API ini kurang bermakna jika tidak didukung angka ABER yang mencapai
10 dimana tahun 2012 ini, ABER sebesar 3,32. ABER adalah Annual Blood Examination Rate yaitu prosentase jumlah
penduduk yang diperiksa sediaan darahnya. 5 Kusta
a. Prevalensi Kusta Terdaftar target 110.000 penduduk Prevalensi kusta tahun 2013 adalah 0,2 per 10.000 penduduk,
terjadi sedikit penurunan dari tahun 2012 yaitu 0,3 per 10.000 penduduk, dan Kabupaten Lombok Barat sudah termasuk
dalam kelompok Low Endemik Kusta Prevalensi 0,510.000 penduduk. Kasus kusta terdaftar per 31 Desember tahun 2013
sebanyak 14 orang tersebar di Puskesmas Gerung 5 orang, Kediri 2 orang, Labuapi 2 orang, Perampuan 1 orang,
Jembatan Kembar 3 orang, Dasan Tapen 1 orang. Dengan klasifikasi kusta terdiri dari Pausi Basiler PB Kusta kering 1
kasus, Multi Basiler MBKusta Basah 13 kasus. b. RFT Release From Treatment Rate yaitu Penderita Kusta
Berhenti Minum Obat dengan target 90.
62
RFT Rate PB tahun 2013 adalah 100 yaitu dari 3 orang tipe PB yang berobat pada tahun 2012 dinyatakan RFT 3 orang.
RFT Rate MB tahun 2013 adalah 88,3 yaitu dari 6 orang tipe MB yang berobat pada tahun 2011 dinyatakan RFT sebanyak 5
orang dan 1 orang DO. 6 TBC Tuberculosis
a. Angka CDR Case Detection Rate target 70 Angka penjaringan suspek pada tahun 2013 sebanyak 4.952
orang dari perkiraan suspek sebesar 13.180 orang 37,6 dari
target 50 , sedangkan angka penemuan kasus TB Paru
BTA + adalah 543 kasus dari perkiraan sebanyak 1.318 ka- sus. Dengan demikian angka CDR pada tahun 2013 adalah
41,2 . Pencapaian angka CDR ini meningkat dari tahun 2012 yaitu
38,5. Hal ini disebabkan karena upaya untuk meningkatkan penjaringan suspek dan penemuan kasus baru TB Paru BTA+
terus dilakukan baik melalui pemeriksaan kontak serumah maupun kegiatan CBA di masyarakat.
Namun pencapaian tersebut masih kurang dari target CDR se- cara nasional yaitu menemukan kasus TB Paru BTA + se-
banyak 70 dari perkiraan, sehingga perlu dilakukan analisa lebih lanjut untuk mencari akar permasalahan serta mene-
mukan kegiatan-kegiatan inovatif dalam upaya meningkatkan penemuan kasus TB Paru BTA + di masyarakat.
b. Angka Success Rate SR yaitu angka keberhasilan pengobatan dengan target 85
Angka SR TB Tahun 2013 mencapai 88,3 dimana dari 505 TB Paru BTA + yang diobati pada tahun 2012, dinyatakan “sem-
buh” sebanyak 399 dan pengobatan lengkap sebanyak 47 orang. Angka ini sudah mencapai target nasional yaitu : 85 ,
62
walaupun masih terdapat penderita yang mengalami defaultDO 31 orang, gagal 2 orang, pindah 6 orang dan meninggal
20 orang. 7 HIV AIDS
Untuk data HIV dan AIDS merupakan data kumulatif dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2012, dan ini merupakan kebijakan
dari Provinsi agar mengetahui jumlah secara keseluruhan pen- derita HIV-AIDS. Kasus baru 2013 di Lombok Barat sebanyak 1
kasus HIV dan 2 kasus baru AIDS. Maka secara kumulatif dila- porkan sampai saat ini di Kabupaten Lombok Barat terdapat 50
orang kasus HIV dan 52 kasus AIDS. Jumlah kasus HIV-AIDS yang ada di Kabupaten Lombok Barat
bagaikan fenomena gunung es yang tampak diidentifikasi sedikit namun dalam kenyataannya di masyarakat terdapat banyak kasus
yang belum terdeteksi. 8 Pneumonia Balita Ditangani
Penanganan untuk balita dengan kasus pneumonia adalah 100 artinya semua balita pneumonia mendapat penanganan yang in-
tensif di Puskesmas maupun di rumah sakit. Pada tahun 2013 kasus pneumonia pada balita ditemukan se-
banyak 7.237 orang dan semuanya telah ditangani. Jumlah kasus ini mengalami peningkatan yaitu sebesar 4,5 bila dibandingkan
dengan tahun 2012 tersebut.
Grafik 6. Kasus Pneumonia Balita
di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
62
- 50
100 150
200 250
300 350
400
Laki-laki Perempuan
Sumber : Profil Kesehatan, 2013
Berdasarkan tabel diatas, kasus terbesar terjadi di Puskesmas Gerung yakni balita laki-laki sebanyak 870 dan balita
perempuan sebanyak 919. Sedangkan kasus terendah terjadi di Puskesmas Sekotong. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin,
balita laki-laki lebih rentan 52,32 daripada balita perempuan 47,67.
9 Infeksi Menular Seksual IMS Ditangani Selama 3 tahun terakhir perekaman data untuk IMS tidak dapat di-
akses atau diperoleh karena pencatatan dan pelaporan yang ku- rang optimal baik di level Puskesmas maupun kabupaten. Padahal
semua Puskesmas telah didukung dengan komputerisasi yang telah dilengkapi dengan software SIMPUSLOBAR. Hanya saja pe-
manfaatannya yang masih kurang optimal. Dengan demikin perlu ditindaklanjuti mengenai entry data dan pemanfaatannya, agar
data yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan evaluasi. Selain itu, kasus IMS ini juga merupakan fenomena gunung
es. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh keengganan penderita yang mengalami keluhan pada alat reproduksinya untuk me-
meriksakan diri ke tempat pelayanan publik seperti Puskesmas.
62
Oleh sebab itu sangat mendesak untuk segera melakukan pengumpulan data pada kliniktempat praktek swastapribadi. Data
yang lengkap akan menjamin penyusunan program yang lebih baik untuk memberantas penyakit tersebut.
10 Jumlah Kasus Campak Jumlah kasus campak di Kabupaten Lombok Barat tahun
2013 ini dilaporkan tidak ada kasus, berbeda dengan tahun se- belumnya 2011 dimana tercatat ada 9 kasus, yang terjadi di
wilayah kerja Puskesmas Gunungsari 3 orang, Penimbung 5 orang dan Perampuan 2 orang.
11 Jumlah Kasus Polio Pada tahun 2013 ini, tidak ada kasus polio di Kabupaten Lombok
Barat. Karena semua suspect AFP yang diketemukan 6 kasus dinyatakan negatif polio.
12 Jumlah Kasus Hepatitis B Dari tahun 2008 hingga tahun 2013 tidak ditemukan kasus
hepatitis B di Kabupaten Lombok Barat.
c. Status Gizi Masyarakat