Oleh   sebab   itu   sangat   mendesak   untuk   segera   melakukan pengumpulan data pada kliniktempat praktek swastapribadi. Data
yang   lengkap   akan   menjamin   penyusunan   program   yang   lebih baik untuk memberantas penyakit tersebut.
10 Jumlah Kasus Campak Jumlah kasus campak di Kabupaten Lombok Barat tahun
2013 ini  dilaporkan tidak ada kasus, berbeda dengan tahun se- belumnya   2011   dimana   tercatat   ada  9   kasus,   yang   terjadi   di
wilayah   kerja   Puskesmas   Gunungsari   3   orang,   Penimbung   5 orang dan Perampuan 2 orang.
11 Jumlah Kasus Polio Pada tahun 2013 ini, tidak ada kasus polio di Kabupaten Lombok
Barat.  Karena semua suspect AFP yang diketemukan 6  kasus dinyatakan negatif polio.
12 Jumlah Kasus Hepatitis B Dari   tahun   2008   hingga  tahun  2013  tidak   ditemukan   kasus
hepatitis B di Kabupaten Lombok Barat.
c. Status Gizi Masyarakat
1. Kunjungan Neonatus KN3 Kunjungan   neonatus   merupakan   kegiatan   untuk   memantau
kondisi   kesehatan   neonatus   sekaligus   memberikan   pelayanan kesehatan   kepada   ibu   nifasnya,   dimana   pelayanan   ini   dilakukan
dirumah oleh bidan. Neonatus adalah bayi berumur 0 sampai 28 hari. Kegiatan   ini   sangat   strategis   untuk   menurunkan   kematian   bayi
terutama usia 0 -7 hari. Dari   grafik   di   bawah   ini,   diperoleh   gambaran   tentang   trend
cakupan program KIA khusus untuk kegiatan neonatal, bayi dan anak balita. Semua capaian cakupan tersebut mengalami penurunan dari
kondisi   tahun   2011,   kecuali   untuk   kunjungan   anak   balita.   Hal   ini 62
merupakan   kerja   berat   untuk   meningkatkan   capaian   kinerja   ini, mengingat   banyak   upaya   yang   telah   diusahakan   guna   mengatasi
masalah kesehatan ibu dan anak ini. Misalnya, masalah tenaga yang telah diupayakan semua bidan desa telah berada di desa se Lombok
Barat.   Demikian   pula   dengan   masalah   anggaran,   telah   diupayakan dalam  peningkatan biaya  kesehatan terutama dari  BOK. Tetapi jika
permasalahan   hanya   diselesaikan   oleh   satu   pihak   saja,   tentu   tidak akan segera  selesai,  oleh  karena  itu  perlu  dilakukan  upaya   secara
bersama-sama agar capaian kegiatan ini tetap naik dan berkualitas. Grafik 7.
Persentase Cakupan Program KIA Anak Kabupaten Lombok Barat Tahun 2013
62
2011; 98.82  2012; 99.45 2013; 89.20
2011; 96.43  2012; 95.15 2013; 86.40
2011; 87.83  2012; 86.57  2013; 88.20
Cakupan Program KIA anak Kab.Lombok barat tahun 2011-2013
KN1 KN3
Kunj Bayi
2011; 98.82  2012; 99.45 2013; 89.20
2011; 96.43  2012; 95.15 2013; 86.40
2011; 87.83  2012; 86.57  2013; 88.20
Cakupan Program KIA anak Kab.Lombok barat tahun 2011-2013
KN1 KN3
Kunj Bayi
2011; 98.82  2012; 99.45 2013; 89.20
2011; 96.43  2012; 95.15 2013; 86.40
2011; 87.83  2012; 86.57  2013; 88.20
Cakupan Program KIA anak Kab.Lombok barat tahun 2011-2013
KN1 KN3
Kunj Bayi
Sumber   :   Profil   Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013
2. Kunjungan Bayi Salah satu upaya kesehatan untuk menekan kematian bayi adalah
dengan melakukan kunjungan bayi. Dengan adanya indikator ini, diharapkan   bayi   dapat   dideteksi   tumbuh   kembangnya   dan
mendapat pelayanan kesehatan. Bayi minimal dikunjungi sebanyak 4 kali dalam rentang usia  29 hari sampai 12 bulan. Sebagaimana
disampaikan   diatas,   bahwa   cakupan   untuk   kegiatan   ini   juga mengalami penurunan. Diperlukan kerja keras tim dan pembinaan
62
diperlukan agar pencapaian kualitas dan kuantitas dapat terwujud pada tahun 2013 nanti.
3. Berat Badan Bayi Lahir Rendah BBLR Kasus BBLR pada tahun 2013 sedikit menurun dari 2012 yaitu dari
4,73  menjadi  3,9.   Dari   jumlah   kasus   sebanyak  530  yang   lahir dengan BBLR. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus mengingat
kematian   bayi   usia   0   sampai   28   hari   neonatus   paling  banyak disebabkan oleh BBLR. Tentunya untuk penanganannya diperlukan
kerjasama   antar   program   yang   terkait   seperti   gizi,   promkes   dan KIA.   Ibu   yang   melahirkan   anak   dengan   BBLR,  salah   satunya
karena  kasus   KEK   Kurang   Energi   Khronis   atau   juga   dengan anemia. Maka perlu dilakukan penyuluhan dan perubahan perilaku
makan   si   ibu.   Namun,   tidak   menutup   kemungkinan   hal   ini   juga disebabkan karena ekonomi si ibu yang kurang mampu. Untuk itu
sejak tahun 2010, telah diupayakan untuk membantu ibu dengan KEK,   diberikan   PMT   pemberian   makanan   tambahan,
sebagaimana dilakukan pada balita dengan gizi buruk. Dan tahun 2011 juga diberikan multivitamin agar tidak terjadi anemi pada ibu
hamil.Dengan   adanya   kegiatan   ini   diharapkan   dapat   menekan kasus   ibu   dengan   KEK   dan   anemi,   sehingga   diikuti   dengan
menurunnya bayi yang lahir dengan berat dibawah 2.500 gram. Selain itu, kegiatan kelas ibu sangat membantu sasaran dalam hal
meningkatkan pengetahuan bahkan perilakunya sehingga ibu hamil mengetahui asupan gizi yang mestinya dikonsumsi sehingga tidak
terjadi kelahiran bayi dengan berat badan rendah. 4. BBLR ditangani
Pelayanan kesehatan untuk penanganan bayi dengan BBLR yang terlapor adalah 100  artinya semua bayi yang lahir dengan berat
badan   lahir   rendah   telah   mendapat   penanganan   sesuai   dengan protap yang berlaku.
62
5. Balita ditimbang Perbandingan   antara   jumlah   balita   yang   datang   menimbang   di
posyandu   D   dengan   jumlah   balita   yang   ada   S   digunakan sebagai   Indikator  Tingkat   Partisipasi   Masyarakat.   Semakin   tinggi
hasil   DS   menunjukkan   tingginya   kepedulian   masyarakat   untuk datang   dan   menimbang   balitanya   di   posyandu,   begitu   juga
sebaliknya.  Berdasarkan Cakupan DS Proyeksi Balita Ditimbang Berat   Badannya   dibandingkan   sasaran   proyeksi   tahun   2013
berada   dibawah   target   indikator   kinerja   sebesar   yaitu   80, sedangkan DS Proyeksi rata-rata Kabupaten sebesar 75,14, tapi
jika   dibandingkan   dengan   tahun   2012   DS   Proyeksi   mengalami peningkatan sebesar 5,54,
Adapun   beberapa   hal   yang   menyebabkan   DS   tidak   mencapai target adalah target proyeksi yang tinggi, hal ini disebabkan karena
dalam menghitung target masih menggunakan CBR Propinsi NTB, kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat POSYANDU
dan masih kurangnya peran lintas sektor sehingga masih adanya anggapan bahwa POSYANDU merupakan milik Dinas Kesehatan.
Beberapa  hal  yang   dilaksanakan  untuk  mengatasi  hal  ini  adalah dengan diadakannya pendataan Riel dan di update setiap bulan,
transport   kader   melalui  ADD,   BOK   dan   PNPM   GSC,   pemberian multivitamin   pada   balita   yang   datang   ke   Posyandu,   PMT
Penyuluhan, Penyuluhan melalui media film, bekerjasama dengan CSR,   JMS,   bulan   penimbangan,   workshop   peduli   Posyandu.
Disamping beberapa kegiatan tersebut diatas, pertemuan rutin hasil surveilance gizi bersama lintas sektor juga telah dilaksanakan.
Grafik 8. Persentase Jumlah Balita yang Ditimbang dan Naik Berat Badannya
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 - 2013
62
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013
7. Balita Berat Badan Naik Cakupan   ND   Kabupaten   tahun   2013   :   62,17,   masih   berada
dibawah   target   yaitu   80.  ND   mengalami   penurunan   karena sasaran   yang   tidak   ditimbang   pada   bulan   lalu,   ditemukan   dan
ditimbang  pada  bulan   penimbangan   Februari,   Mei,  Agustus  dan November sehingga jumlah sasaran yang tidak datang bulan lalu,
datang dan ditimbang bulan ini sehingga jumlahnya lebih banyak dan   ini   yang   mempengaruhi   penurunan   tersebut.  Perbandingan
antara jumlah balita yang naik berat badannya N dengan jumlah balita   yang   datang   menimbang   D   digunakan   sebagai   Indikator
Keberhasilan Program. Semakin tinggi angka cakupan balita yang naik   berat   badannya   menunjukkan   keberhasilan   program
kesehatan   yang   dilaksanakan   oleh   suatu   daerah.   Indikator   ini dipengaruhi   oleh   aktifitas   petugas   kesehatan   dan   sektor   lain,
aktifitas   motivator,   sosial   ekonomi,   kejadian   penyakit   serta penyuluhan oleh petugas dan kader. Jika dilihat trend Balita dengan
berat badan naik dalam kurun waktu 3 tahun adalah menurun. 8. Bawah Garis Merah BGM
Jumlah   balita   bawah   garis   merah   BGM   di   suatu   wilayah menggambarkan jumlah balita yang mengalami rawan  gizi. Hasil
62
cakupan balita BGM di Kabupaten Lombok Barat tahun 2013 rata- rata sebesar 1,76. Hal ini menunjukkan masih ada balita yang
mengalami malnutrisi, meskipun hasil cakupan tersebut sudah di bawah   batas   target   yaitu   3.  Kondisi   ini   menandakan   telah
dilakukan berbagai upaya seperti kelas gizi, pemberian PMT dan pemantauan pertumbuhan di Posyandu.
9. Balita Gizi Buruk Penanggulangan   gizi   buruk   dilaksanakan   mulai   dari   penjaringan,
pelacakan   sampai   dengan   perawatan   gizi   serta   pengobatan penyakit penyerta yang diderita oleh balita gizi buruk. Jumlah balita
gizi   buruk   yang   terjaring   tahun   2013   sebesar   103   balita   yang semuanya 100 telah ditangani baik dengan perawatan dirumah
sakit   maupun  di   Puskesmas  perawatan  serta  dengan  pemberian PMT   Pemulihan.  Kasus   balita   gizi   buruk   menurun   dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu dari 148 menjadi 103 kasus di tahun 2013. Dari 103 kasus yang ditemukan dan ditangani, 87 menjadi normal,
6 menjadi gizi kurang kurus 1 tetap gizi buruk sangat kurus dan 9 meninggal, dimana penyebab meninggal karena adanya penyakit
peryerta dan kelainan bawaan.
B. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2013 1. Pelayanan Kesehatan Dasar