PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2013 1. Pelayanan Kesehatan Dasar

cakupan balita BGM di Kabupaten Lombok Barat tahun 2013 rata- rata sebesar 1,76. Hal ini menunjukkan masih ada balita yang mengalami malnutrisi, meskipun hasil cakupan tersebut sudah di bawah batas target yaitu 3. Kondisi ini menandakan telah dilakukan berbagai upaya seperti kelas gizi, pemberian PMT dan pemantauan pertumbuhan di Posyandu. 9. Balita Gizi Buruk Penanggulangan gizi buruk dilaksanakan mulai dari penjaringan, pelacakan sampai dengan perawatan gizi serta pengobatan penyakit penyerta yang diderita oleh balita gizi buruk. Jumlah balita gizi buruk yang terjaring tahun 2013 sebesar 103 balita yang semuanya 100 telah ditangani baik dengan perawatan dirumah sakit maupun di Puskesmas perawatan serta dengan pemberian PMT Pemulihan. Kasus balita gizi buruk menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 148 menjadi 103 kasus di tahun 2013. Dari 103 kasus yang ditemukan dan ditangani, 87 menjadi normal, 6 menjadi gizi kurang kurus 1 tetap gizi buruk sangat kurus dan 9 meninggal, dimana penyebab meninggal karena adanya penyakit peryerta dan kelainan bawaan.

B. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2013 1. Pelayanan Kesehatan Dasar

Pelayanan kesehatan dasar merupakan hal yang paling pokok dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pembe- rian pelayanan kesehatan dasar harus dilakukan secara cepat dan 62 tepat serta menyeluruh untuk menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan yang ada. Berikut ini diuraikan beberapa indikator yang termasuk dalam pelayanan kesehatan dasar. Kesehatan Ibu dan anak merupakan salah satu isu penting dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan menjadi fokus program pembangunan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat. Indikator untuk menilai kinerja program ini adalah dengan melihat K1 kontak pertama ibu hamil pada trimester I dengan petugas kesehatan, K4 kontak ke 4 ibu hamil yang dilakukan pada trimester ke 3 dengan petugas kesehatan, Linakes persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, KN kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 0 – 28 hari, Kunjungan Bayi kunjungan petugas kesehatan kepada bayi usia 29 hari s.d 1 tahun, Kunjungan Balita dan lain seba- gainya. Berbagai indikator kesehatan ibu dan anak pada tahun 2012 ada yang menunjukkan peningkatan ada juga penurunan. Penurunan disini bisa disebabkan oleh beberapa hal salah satunya pencatatan oleh petugas yang belum optimal. Berikut gambaran cakupan program KIA khusus untuk pelayanan ibu hamil. Grafik 9. Cakupan K1, K4, dan Linakes di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2010 -2013 62 Cakupan K1 Cakupan K4 Cakupan Linakes 20 40 60 80 100 120 110.26 92.57 89.77 96.65 89.2 87.7 96.26 90 83.8 95.3 84.2 85.6 2010 2011 2012 2013 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013 Cakupan K1 dan K4 adalah indikator kunci pelayanan kese- hatan ibu hamil. Kunjungan ini sangat penting untuk memantau kese- hatan ibu hamil dan pertumbuhan janin. Kunjungan K-1 pada tahun 2013 mencapai 95,29. Sementara cakupan K-4 mencapai 84,32 dari taget 90 pada tahun 2013. Di Kabupaten Lombok Barat jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan bidan, dokter, dokter spesialis tahun ini meningkat dari tahun 2012 83,84, yaitu mencapai 85,6 tahun 2013. Kelas ibu dan kelompok peduli kesehatan ibu dan anak meru- pakan salah satu wadah tepat untuk penyuluhan bagi ibu hamil. Kedua kegiatan tersebut merupakan wadah yang efektif digunakan untuk memberikan peningkatan pengetahuan baik bagi ibu hamil, suami dan juga orang tua. Diketahui bahwa pengambil keputusan di tingkat keluarga di masyarakat Kabupaten Lombok Barat adalah orang tua si ibu hamil atau mertua, sehingga perlu dilakukan pula pendekatan kepada keduanya. Kegiatan kemitraan dengan dukun yang telah dirintis sebelumnya juga memberikan andil yang cukup besar dalam mengurangi persalinan di dukun. Ibu hamil resti yang diperkirakan sebanyak 3.272 20 bumil, tahun 2013 ini telah mendapat pelayanan sebanyak 3.648 bumil artinya, penemuan ibu hamil dengan resiko tinggi lebih banyak dite- mukan dari sasaran yang diperkirakan. Ibu hamil dengan resiko tinggi 62 ini terjaring melalui kader maupun petugas kesehatan. Penanganan yang adekuat harus dilakukan mengingat kondisi ibu hamil yang beresiko tinggi ini berpotensi menyumbang kasus kematian maternal. Selain itu, upaya-upaya preventif seperti kelas ibu, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada semua sasaran ibu hamil dan keluarganya. Persentase Peserta KB Baru di Kabupaten Lombok Barat sedikit menurun jika dilihat dari Pasangan Usia Subur yang di perki- rakan yaitu dari 16,79 tahun 2012 menjadi 16 tahun 2013. Meskipun demikian capaian berdasarkan target sasaran KB Baru mencapai 100. Demikian pula dengan cakupan peserta KB aktif mencapai 75. Jika dilihat dari wilayah kecamatan, paling tinggi cakupan KB aktif adalah Kecamatan Kediri 85,7 padahal jika dibandingkan dengan jumlah PUS pasangan Usia Subur paling tinggi terdapat di Kecamatan Narmada. Sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Batulayar 68,0. Kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB Suntik 70,01 dan cakupan penggu- naan alkon terendah yang terlaporkan adalah MOP 0,04. Upaya Penyuluhan Kesehatan yang dilakukan pada tahun 2013 khususnya untuk penyuluhan kelompok jauh meningkat dibandingkan tahun 2012, karena data yang dikumpulkan berdasarkan data penyuluhan yang dilakukan oleh semua petugas, bukan hanya dilakukan oleh petugas promkes, dan pendanaan juga lebih banyak dari BOK. Pengertian Penyuluhan Kesehatan adalah kegiatan intervensi sosial melalui proses belajar bersama yang partisipatif dengan melibatkan penggunaan komunikasi informasi pada perseorangan atau kelompok untuk membantu masyarakat sadar, mengerti, dan bisa melakukan perubahan perilaku dalam bidang kesehatan. Karena itu, klasifikasi penyuluhan kelompok seperti kelas ibu dan kelas gizi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, termasuk 62 dalam data penyuluhan ini. Sehingga secara keseluruhan penyuluhan kesehatan di Kabupaten Lombok Barat tahun 2013 mencapai 13.653 kali, kunjungan rumah 4.763 dan penyebaran informasi sebanyak 63 kali. Untuk kunjungan rumah ini dihitung dari jumlah kasus yang di Perkesmas, kemudian jumlah KN dan kunjungan rumah tangga pada survei PHBS. Untuk pencatatan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan lanjut usia di tingkat kabupaten sulit didapatkan karena adanya data yang tidak dikirim oleh Puskesmas, sehingga data kabupaten menjadi tidak lengkap. Demikian pula untuk kegiatan UKGS dan kesehatan re- maja, meskipun ada beberapa Puskesmas telah melaksanakan pro- gram tersebut dengan cukup baik, namun, karena program ini meru- pakan program penunjang dan tidak semua Puskesmas mampu melaksanakan semua program, maka dari pihak kabupaten tidak memaksakan program penunjang ini untuk dilaksanakan. Penjaringan kesehatan siswa SDMI merupakan indikator SPM yang bertujuan menjaring siswa SDMI yang mengalami gangguan kesehatan antara lain status gizi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, tenggorokan, anemia, kebugaran dan lain sebagainya. Untuk siswa yang perlu rujukan ke Puskesmas akan diberikan kartu rujukan tersendiri agar mendapat perawatan. Kasus yang paling sering ditemukan adalah status gizi yang tidak normal yaitu kurus sekali dan kurus. Untuk kegiatan penjaringan kesehatan tahun 2013 telah tercapai 90,07 dari 11.777 siswa kelas I yang ada. Kendala yang ditemui pada saat penjaringan tersebut adalah adanya siswa yang tidak masuk sekolah pada hari pelaksanan penjaringan. Jaminan pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin dan kurang mampu di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2013 dikaver melalui 3 jenis penyelenggaraan Jaminan Kesehatan, yaitu Jamkesmas Pusat, Jamkesmasda Provinsi NTB, dan Jamkesmasda 62 Kabupaten Lombok Barat. Kepesertaan Jamkesmas Pusat tahun 2013 didasarkan atas hasil pendataan masyarakat miskin yang dilakukan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K yang diketuai oleh Bapak Wakil Presiden RI dan bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik BPS. Kuota Jamkesmas Pusat untuk Kabupaten Lombok Barat dari Kementerian Kesehatan RI berjumlah 348.356 jiwa. Jamkesmasda Provinsi NTB dilaksanakan berdasarkan hasil kesepakatan MoU antara Gubernur dan BupatiWalikota, dimana biayanya ditanggung bersama, dimulai tahun 2009 sampai dengan saat ini. Jumlah kepesertaan Jamkesmasda Provinsi NTB yaitu 56.338 jiwa. Dalam pelaksanaan Program Jamkesmas Pusat dan Jamkesmasda Provinsi NTB tidaklah berjalan mulus, karena ternyata masih ditemukan adanya masyarakat miskin dan kurang mampu yang tidak terkaver dalam kepesertaan Jamkesmas Pusat dan Jamkesmasda Provinsi NTB. Selain itu juga, diselenggarakan program Jamkesmasda Kabupaten Lombok Barat yang kepesertaannya berasal dari masyarakat miskin yang tidak masuk dalam Jamkesmas Pusat maupun Jamkesmasda Provinsi NTB. Kepesertaan Jamkesmasda Kabupaten Lombok Barat juga diperluas dengan mencakup kepesertaan dari Tokoh AgamaMasyarakat, Aparat Desa dan Kader Kesehatan. Jumlah Kepesertaan Program Jamkesmasda Kabupaten Lombok Barat adalah 4.931 jiwa. Gambar 1. Peta Keluarga Miskin Menurut Kecamatan Tahun 2013 di Kabupaten Lombok Barat 62 Pada peta diatas menggambarkan bahwa jumlah peserta jam- inan kesehatan masyarakat di Kabupaten Lombok Barat, terbanyak di Kecamatan Sekotong dan Kuripan, sedangkan terendah di Keca- matan Batulayar. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra ba- yar tahun 2013 telah mencapai 69,71 dari target 80, yang terdiri dari Jamkesmas Pusat 55,50, Jamkesmasda Provinsi NTB 8,98, Jamkesda Lombok Barat 0,79, Askes Sosial 4,09 dan Jamsostek 0,35. Cakupan Pelayanan kesehatan dasar peserta Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2013 mencapai 296.975 85,25 dari jumlah peserta Jamkesmas, sehingga diperkirakan masih adanya peserta Jamkesmas yang belum memanfaatkan jaminan kesehatan- nya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap, maupun persalinan. Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas maka Puskesmas harus meningkatkan sosialisasi, mendekatkan pelayanan melalui Puskesmas Keliling dan kunjungan rumah bagi daerah-daerah yang sulit terjangkau sarana kesehatannya. 62

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang

Sistem rujukan di Kabupaten Lombok Barat sebetulnya cukup berjalan dengan baik, meskipun masih adanya keluhan terhadap ruju- kan balik yang belum terlaksana optimal. Sistem ini telah dilakukan pembinaan dan koordinasi antara Puskesmas dan Jaringannya, Puskesmas dengan Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Provinsi ba- hkan sampai ke Rumah Sakit di luar daerah, yang terkait dengan ruju- kan Jamkesmas. Bahkan pembagian rayon dalam rujukan juga telah disepakati, hal ini terkait dengan letak Rumah Sakit Umum Daerah Lombok Barat yang terletak di ibukota Kabupaten, sehingga untuk kecamatan yang berada dekat dengan Rumah Sakit Provinsi, diberi- kan kebijakan untuk dapat merujuk langsung ke RS Provinsi. Desa Siaga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat baik masalah kesehatan, ataupun bencana. Dalam desa siaga, juga diupayakan salah satunya ambulan desa, yang merupakan salah satu bentuk penunjang dalam sistem rujukan. Selain itu, akses ketersediaan darah juga merupakan hal yang diperlukan untuk ibu hamil dan neonatus. Kesiapan pendonor baik yang ada di desa siaga ataupun relawan yang ada diluar desa siaga sangat diperlukan dalam system ini. Upaya ini sebenarnya sangat mendukung penurunan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan. Namun, banyak juga faktor yang menghambat ketersediaan darah ini, misalnya tidak adanya tempat dilakukannya pengambilan darah di desa, kurang terkoordinirnya pendonor pada saat terjadinya kasus, atau pada saat akan dilakukan pengambilan darah, para pendonor tidak berani untuk diambil darahnya. Untuk mengatasi hal ini, sosialisasi tentang pentingnya donor darah di desa sangat dibutuhkan, agar upaya penyediaan darah berhasil. 62 Berdasarkan data dalam tabel lampiran profil ini, jumlah kunjungan Rawat Inap di puskesmas perawatan tercatat tahun 2012 adalah 4.694, sementara tahun 2013 adalah 5.656. Sedangkan Rumah Sakit Tripat tahun 2012 mencatat sebanyak 7.605 kunjungan dan untuk tahun 2013 sebanyak 8.987, sehingga cakupan kunjungan menjadi 2,3 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Persentase Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Laborato- rium Kesehatan telah mencapai 100. Dan sejak pertengahan tahun 2009, telah dibentuk pula UPTD Laboratorium Kabupaten yang melayani pemeriksaan sample air dan terus dikembangkan pelayanannya hingga saat ini.

3. Pemberantasan Penyakit Menular

Penurunan Penyakit berpotensi wabah merupakan salah satu program yang menjadi fokus di Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat. Hal ini disebabkan karena tingginya kasus penyakit menular yang terjadi. Untuk kasus Demam Berdarah saja, tahun 2013 ini men- galami peningkatan dari tahun 2012 yaitu 88 kasus. Upaya pencegahan penyebaran penyakit berpotensi wabah juga terus dilakukan misalnya dengan komunikasi dan edukasi KIE, surveilans penyakit. Penanganan kasus sesuai dengan protap juga menjadi hal penting, karena dapat menghambat penyebaran penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit juga melalui imunisasi dimana persentase desa yang mencapai “Universal Child Immunization” UCI tahun 2012 sebanyak 90,20 desa, meningkat menjadi 95,08 di tahun 2013 ini. Cakupan bayi yang di imunisasi campak adalah 94,50 menurun dari tahun 2012 yaitu 96,31. Persentase Drop Out Imu- nisasi DPT1-Campak -1,47. Namun demikian, kemungkinan timbulnya penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi 62 tetap ada, karena adanya faktor perbedaan ketahanan tubuh seseorang.

4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar

Persentase Rumah Sehat tahun 2013 menjadi 70 dari tahun 2012 74 . Perubahan ini disebabkan karena pada tahun 2013 dilakukan Total Survey pada seluruh rumah yang ada di Kabupaten Lombok Barat, sementara tahun 2012 hanya dilakukan survey pada 75 rumah yang ada. Akses air bersih meningkat menjadi 83 pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 81,7 8. Peningkatan ini karena adanya pembangunan Sarana Air Bersih bantuan Pemerintah Pusat PAM-STBM ini berkaitan dengan rehabilitasi sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat di 10 Desa di Kabupaten Lombok Barat. Untuk Sarana Sanitasi Jamban meningkat dari 61 di tahun 2012 meningkat menjadi 71,22 pada tahun 2013. Peningkatan ini dsertai juga dengan peningkatan jumlah Desa ODF di Kabupaten Lombok Barat dari 29 Desa pada tahun 2012 meningkat menjadi 47 desa di tahun 2013. Peningkatan akses jamban berkaitan juga dengan instruksi Bupati Lombok Barat kepada seluruh Camat, Kepala Desa untuk mendukung kegiatan STBM serta kebijakan Kepala Dinas Kesehatan tentang kewajiban setiap Puskesmas untuk mentargetkan minimal 1 desa yang ODF diwilayah kerjanya masing-masing. Grafik.10. Capaian Desa ODF di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011 s.d 2013 62 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat, 2013 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS berdasarkan hasil survey tingkat kabupaten adalah 53, 91 dari 3.360 responden Tahun 2013. Responden yang disurvey tahun 2013 ini dilaksanakan oleh Puskesmas dengan menggunakan dana BOK. Sehingga, setiap Puskesmas diwajibkan melakukan survey PHBS dengan responden 210 responden. Namun, karena hal ini merupakan data survey cepat dimana responden yang dipantau juga berbeda dari tahun ke tahun, maka hal yang wajar jika terjadi peningkatan. Survey ini bertujuan memperoleh data perubahan perilaku RT terhadap pembinaan dan penyebaran informasi yg telah dilaksanakan. Upaya penyuluhan melalui media cetak yang terus gencar dilakukan oleh petugas selain metode penyuluhan lainnya film, kelompok, keliling dsb yang juga memberikan andil pada peningkatan pengetahuan sampai perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM adalah Posyandu, dimana tahun 2013, Lombok Barat memiliki 802 Posyandu. Apabila dibandingkan dengan jumlah dusun 810 maka hampir semua dusun memiliki Posyandu. Sedangkan jika dibandingkan dengan balita, rasionya mencapai 1,25 per 100 Balita. Dalam Posyandu inilah pelayanan kesehatan seperti imunisasi, pemeriksaan gizi balita dan juga ibu hamil dilakukan, selain itu upaya 62 penyuluhan juga dilakukan. Kriteria sebuah Posyandu dikatakan strata purnama dan mandiri adalah Posyandu paling tidak mempunyai 4-5 kader aktif dan mempunyai dana sehat bagi posyandu mandiri. Dalam petunjuk teknis,dikatakan Posyandu Aktif adalah penjumlahan dari dua strata yaitu purnama dan mandiri yang saat ini mencapai 65,71. Sedangkan UKBM lainnya seperti Poskesdes, dimana salah satu syaratnya harus memiliki kader yang telah dilatih desa siaga, mencapai 116 Poskesdes, jika dibandingkan untuk setiap desa memi- liki Poskesdes, maka, kekurangannya sebanyak 6 Poskesdes. Sedangkan untuk desa siaga aktif tahun 2013 mencapai 73 desa 59,84 menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 122 desa 100, ini disebabkan karena perbedaan standar, tahun sebelumnya menggunakan pedoman desa siaga tahun 2006, sedangkan untuk tahun 2013 menggunakan pedoman tahun 2010, dimana ada 8 indikator yang menjadi persyaratannya.

5. Perbaikan Gizi Masyarakat

Untuk kasus kekurangan vitamin A pada tahun 2013 tidak ditemukan, kemungkinan hal ini dipengaruhi dari hasil cakupan dis- tribusi vitamin A pada tahun sebelumnya yang cukup tinggi. Saat ini, distribusi vitamin A, dilakukan secara langsung diteteskan kepada sasaran di posyandu, sehingga kemungkinan untuk tidak tertelan cukup kecil. Pada tahun 2013 ini gizi buruk mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sebagaimana telah dibahas pada bab III. Penanganan untuk kasus gizi ini memerlukan upaya yang melibatkan lintas sektor dan program karena pada dasarnya permasalahan gizi maupun permasalahan kesehatan lainnya tidak dapat diselesaikan oleh orang kesehatan saja melainkan secara bersama-sama dengan lintas sektor maupun lintas program. 62 Pemberian tablet Fe pada Ibu Hamil juga merupakan salah satu protap pelayanan ibu hamil yang diberikan bidan dalam kunjungan 1 sampai 4. Pencatatan dilakukan adalah ibu hamil menerima tablet Fe- nya, terlepas dari apakah tablet tersebut di minum atau tidak. Untuk cakupan Fe3 tahun 2013 sebesar 84,21 menurun dari tahun se- belumnya. Sedangkan capaian pelayanan imunisasi pada ibu hamil TT2 plus mencapai 85,5 untuk capaian pada tahun 2013 ini. Cakupan ASI Eksklusif 0 AE0 sama dengan cakupan ASI Eksklusif 6 AE6 dan dicatat lulus AE6. Sedangkan jika ada satu kali saja diberikan makanan pendamping, maka tidak lagi masuk dalam pencatatan cakupan ASI Eksklusif selanjutnya. Untuk cakupan ASI Ek- sklusif tahun 2012 yaitu 58,22 meningkat menjadi 88,89 pada tahun 2013. Peningkatan ini cukup baik sehingga perlu menjadi catatan tersendiri bagi pelaksananya, karena tentunya memperta- hankan kondisi ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan mencapainya.

6. Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Berdasarkan penggunaan obat di Puskesmas, dapat diketahui 10 item yang paling banyak digunakan yaitu parasetamol tablet 500 mg yaitu 1.743.842 mengalami penurunan sebanyak 28.94 diband- ingkan tahun 2012 2.248.454. Hal ini dikarenakan mekanisme E- Catalog yang terlambat, pengadaan terlambat, sehingga obat juga ter- lambat datang, sehingga banyak obat yang mengalami kekosongan. Berikut tabel 10 penggunaan obat terbanyak tahun 2013: Tabel. 1. 10 Pemakaian Obat Terbanyak Tahun 2013 62 NO NAMA OBAT JUMLAH 1 Paracetamol 1.743.842 2 Amoxicillin 500 mg 1.631.853 3 Tablet Tambah Darah Komb 1.059.118 4 Vitamin B. Complex Tablet 823.626 5 CTM 4 mg Tablet 690.541 6 Gliseril Guaiokolat 100 mg 596.881 7 Antasida DOEN Tablet 501.275 8 Asam Mefenamat 500 mg 440.768 9 Thiamin HCL 50 mg Tablet 423.277 10 Ambroxol 30 mg Tablet 310.068 Sumber : UPTD IFK Kabupaten Lombok Barat, 2013 Dari tabel di atas menunjukan ada korelasi antara 10 macam penyakit terbanyak dimana Infeksi Saluran Pernafasan Akut 42.972, Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas 18.884, Infeksi Kulit 18.314, Penyakit Pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat 17.659, Gasteritis 14.775 , Diare Termasuk Tersangka Kolera 9.990. Penyakit Kulit Alergi 8.828 , Penyakit Darah Tinggi Primer 8.530, Asma 5.959, Kecelakaan dan Ruda Paksa 5.723. Dari 10 pemakaian obat terbanyak se-Kabupaten Lombok Barat terlihat korelasi dengan 10 penyakit terbanyak. Seperti pada pemaka- ian paracetamol dalam jumlah besar, hal ini dikarenakan paracetamol di gunakan untuk terapi, ISPA Non Pneumoni, Penyakit Lain Pada Saluran Pernafasan Atas, Diare Yang Disertai Demam, Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat, Demam Karena Sebab Lain, Serta Pada Kecelakaan dan Ruda Paksa. Demikian juga pada pe- makaian Amoxicillin 500 mg tablet, Amoxicillin yang digunakan untuk terapi penyakit kulit infeksi, penyakit lain pada saluran pernafasan atas serta pada kecelakaan dan ruda paksa. 62 Dari sisi ketersedian obat sesuai ketentuan pada tahun 2011 sebesar 99,3 , tahun 2012 sebesar 95,7 dan tahun 2013 sebesar 96 hal ini disebabkan :  Perubahan pamakaian obat setiap tahunnya mempengaruhi jumlah stok obat yang tersedia.  Jumlah anggaran yang tersedia, setiap tahunnya  Bantuan obat baik dari Program Pusat atau Buffer Provinsi  Jumlah obat kadaluarsa ED.

7. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana

Penanganan bencana yang terjadi sangat terkait dengan pelayanan kesehatan baik pada saat kejadian maupun pasca kejadian. Diperlukan kesiapsiagaan dalam setiap penanganannya. Di Kabupaten Lombok Barat Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat adalah 100, karena kebijakan Kepala Dinas Kese- hatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2013, bahwa semua puskesmas menjadi siaga bencana, dan semua tenaga serta alat su- dah disiapkan untuk kondisi gawat darurat tersebut. Hal ini untuk men- dukung kondisi daerah di wilayah Kabupaten Lombok Barat yang cukup rawan bencana dan bencana disini bukan hanya bencana alam namun juga bencana kesehatan. Berdasarkan data Kantor BPBD Kabupaten Lombok Barat tahun 2013 ini telah terjadi 4 kejadian di Lombok Barat, yang terdiri dari 2 kejadian bencana banjir, 1 kejadian tanah longsor, 1 kejadian keracunan ikan buntal di desa Pelangan. Penanganan pada saat kejadian dan pasca kejadian musibah ini meli- batkan pihak kesehatan paling tidak tenaga Puskesmas. Oleh sebab itu, diperlukan pula koordinasi yang baik antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, BPBD Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kantor SAR. 62

C. GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN