LAYANAN ARSIP DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI DKI JAKARTA
LAYANAN ARSIP DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI DKI JAKARTA
Hening Wahyuni
Arsiparis Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta
e-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik sosial petugas layanan yang terjadi dalam menentukan wajah dan potret layanan arsip. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Dengan menggunakan perspektif teoritik tentang kemampuan agen dalam memanfaatkan struktur, kajian ini memperlihatkan adanya jalinan antara agen dan struktur sebagai suatu proses timbal balik. Proses ini menunjukkan adanya kemampuan agen melakukan strategi untuk meneguhkan, merespon bahkan melakukan perubahan struktur yang ada. Agen menjadikan layanan arsip sebagai arena pertarungan untuk memperebutkan modal dan dengan modal yang dimiliki, agen melakukan praktik untuk meneguhkan integritas dan otoritas dalam layanan arsip. Interaksi yang dilandasi oleh relasi kekuasaan dan lemahnya kepemimpinan menyebabkan petugas layanan mengekspresikan makna layanan berdasarkan kepentingan pribadi.
Kata Kunci:layanan arsip, agen, struktur
Abstract
This study aims to identify the social practices of officers that occured in determining faces dan portrait archive services. Archive service is the spearhead of the archives management in BPAD of Province DKI Jakarta. This study uses a theoritical perspective on the ability of the agent to navigate the structure, and shows a link between the agent and structure. The agent’s actions in managing the archives will show the way of the service are given toward the people. Today is a service times, so, the people will trust the archives institution by looking the officers serve them. In fact, the agent use it as the competition to get their own ambition, getting the benefit. They use their own assets to change the structure of the archives service. It is hard to get the people’s trusts because there is a rivalry among the officers to reach the benefit. Besides, the weakness of the leader in handling it is another reason why it is hard to get the people’s trusts.
Keywords: archive services, agent, structure
Hening Wahyuni
Studi Ismiatun (2006) misalnya, yang Konseptualisasi layanan pada umumnya
Latar Belakang
berjudul Kinerja Arsiparis Unit Layanan mengarah pada studi dimana jasa itu
Arsip di ANRI , membicarakan tentang diproduksi oleh lembaga kearsipan dan
kinerja arsiparis di unit layanan arsip dalam bagaimana mereka dilihat dari perspektif
memberikan layanan kepada pengguna. pengguna, tetapi mereka tidak memberikan
Kajian dilakukan terhadap arsiparis guna akses ke proses internal atau “kotak hitam”
menemukan penyebab lamban atau kurang dari lembaga kearsipan.Arah tulisan ini
arsiparis terhadap ingin menjelaskan bahwa pemberian
responsifnya
kebutuhanpengguna. Kinerja arsiparis yang layanan melibatkan tingkat tinggi interaksi
disebabkan karena manusia dan dicapai dalam konteks sosial
belum
optimal
kompetensi yang dimiliki arsiparis belum dan historis tertentu. Dengan demikian studi
sesuai dengan kriteria persyaratan arsiparis tentang layanan sebagai fenomena sosial
di layanan.
dan organisasi memerlukan kerangka konseptual yang memperhitungkan dimensi
Selain itu juga ditemukan bahwa sebagian sosial budaya organisasi dan tindakan
tidak mempunyai individu.
besar
arsiparis
kemampuan bahasa asing, belum menguasai informasi khasanah arsip yang ada sehingga
Penelitian ini menggunakan metode kesulitan berkomunikasi dengan pengguna penelitian kualitatif melalui pendekatan
dalam layanan konsultasi. Arsiparis juga etnografi. Pendekatan etnografi dirancang
kurang memahami deskripsi kerja dalam untuk memahami sifat dan peran layanan
layanan dan memiliki disiplin kerja yang lembaga kearsipan dalam konteks tertentu.
cenderung rendah. Kinerja yang tidak Penelitian menggunakan sebagian besar
optimal juga dipengaruhi kondisi kerja dan kerangka
perilaku pimpinan unit layanan. Terhadap Pengumpulan data dilakukan melalui
kondisi seperti ini Ismiatun menyarankan wawancara
pimpinan organisasi untuk meningkatkan partisipatif, dan analisis dokumen seperti
mendalam,
observasi
kinerja arsiparis dengan pemberian peluang catatan harian, peraturan perundangan,
pengembangan karir, motivasi kerja dan laporan, dan sebagainya.
perlakuan secara adil.
Sejauh ini kajian tentang layanan arsip Studi yang dilakukan Widyarsono ((2002) banyak dilakukan dalam beberapa tema
dengan judul Evaluasi Aksesibilitas Arsip : yang spesifik dan cenderung menekankan
Studi Kasus di Unit Layanan Informasi pada aspek teknis seperti kapasitas layanan
Arsip Nasional Republik Indonesia cukup yang tersedia, kendala dalam hal akses,
menarik untuk disimak. Studi ini bertujuan belum sempurnanya alat bantu, terbatasnya
untuk mengetahui bagaimana khazanah sumber daya manusia, kualitas sumber daya
arsip digunakan oleh pengguna dan manusia, kinerja yang belum optimal dan
bagaimana pengguna melakukan akses lain-lain Jarang sekali penelitian yang
terhadap bahan-bahan kearsipan serta melihat penyediaan layanan arsip memiliki
kendala apa saja yang dialami oleh hubungan dengan isu-isu sosial.
pengguna dalam mengakses arsip. Hasilnya adalah pemanfaatan arsip belum optimal, hal ini terlihat dari jumlah rata-rata peneliti
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
per hari sekitar 7 – 8 orang. Sementara ANM dalam jam layanan dan proses kapasitas layanan yang tersedia sekitar 10 –
registrasi dan identifikasi pemakai.
15 peneliti per hari. Masalah lainnya adalah kendala dalam hal akses terhadap informasi
suatu organisasi arsip, sebagai akibat belum adanya
Gagasan
bahwa
dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya ketegasan dalam peraturan dan ketetapan
pada umumnya dapat diterima, tetapi hukum, belum sempurnanya alat bantu
penelitian yang selama ini dilakukan kembali serta terbatasnya sumber daya
cenderung mengabaikan latar belakang layanan yang ada.
sosial yang dapat mempengaruhi pemberian layanan.
Studi tentang perbandingan layanan kearsipan yang dilakukan di Indonesia
Selama ini layanan dikonseptualisasikan dengan negara lain juga pernah dilakukan
sebagai hubungan dengan pengguna, dan Umar (2005) dalam Perbandingan Layanan
telah dipelajari dari perspektif pengguna Rujukan Kearsipan antara ANRI dan
untuk mengidentifikasi persepsi mereka, ARKIB Negara Malaysia . Masalah utama
harapan mereka dan evaluasi terhadap yang dibahas dalam penelitian ini adalah
layanan kearsipan seperti penelitian- kegiatan layanan rujukan kearsipan di
penelitian yang telah dilakukan selama ini. bidang layanan arsip ANRI di Jakarta dan
Sebuah penekanan yang kuat telah masalah yang sama di bagian akses Arkib
dimasukkan baru-baru ini untuk mengukur Negara Malaysia sebagai pembanding. Hasil
kualitas layanan dari perspektif pengguna penelitian menunjukkan bahwa ANRI
untuk mengidentifikasi persepsi tentang jasa belum memiliki peraturan pelaksanaan yang
layanan secara umum dan persepsi tentang terkait dengan layanan rujukan, secara
layanan kearsipan khususnya. Layanan juga kuantitas ANM memiliki petugas layanan
mengacu untuk berbagai kegiatan yang rujukan kearsipan lebih banyak dari ANRI.
ditujukan untuk membantu pengguna Demikian pula secara kualitas ANM
mencari informasi seperti layanan referensi memiliki lebih banyak petugas profesional
atau rujukan.
kearsipan yang bertugas di bagian layanan, sementara itu secara peraturan akses di
Masalah yang dihadapi oleh staf bidang ANRI dan ANM adalah sama, arsip dapat
kearsipan dalam memberikan layanan diakses oleh pemakai kecuali arsip rahasia,,
diperiksa sebagai suatu hal yang terkait kondisi rapuh dan dapat mengganggu
dengan kondisi sosial dimana pelayanan keamanan negara.
berlangsung. Penyediaan layanan arsip adalah suatu arena di mana aturan dan
Perbedaannya ANRI memberikan ketentuan sumber daya yang digunakan oleh individu arsip tdak dapat diakses apabila belum ada
atas dasar makna yang mereka kembangkan sarana temu kembalinya, ketentuan ini tidak
untuk memahami lingkungan di mana ada di ANM dan ANM menetapkan arsip
mereka bekerja.
dapat diakses apabila sudah melebihi 25 tahun. Ketentuan arsip dapat diakses setelah
Bourdieu mengembangkan teori praktik
25 tahun ini tidak ada di ANRI, peraturan yang kompleks dan penjelasan yang luas penggunaan juga berbeda antara ANRI dan
tentang reproduksi struktur sosial. Dia berpendapat
bahwa
tatanan sosial
Hening Wahyuni
berusaha untuk langsung bukan oleh kontrol sosial. Budaya
direproduksi oleh mekanisme budaya tidak
dimilikinya.
Agen
mempertahankan kekuasaan di dalam dan praktik-praktik budaya berkontribusi
layanan arsip, sehingga selama bertahun- pada legitimasi perbedaan sosial dengan
tahun, agen tersebut tetap berada dalam mendefiniskan produk budaya yang sah.
posisi tersebut.
Untuk menjelaskan praktik-praktik budaya Tujuan penelitian ini adalah untuk yang dihasilkan, Bourdieu menggunakan
memahami bagaimana layanan arsip konsep habitus yang mengacu pada
dikonstruksi oleh agen yang berada di disposisi, diperoleh melalui proses panjang
BPAD Provinsi DKI Jakarta dengan penanaman, yang mengarahkan individu
memanfaatkan modal dan kekuasaan yang untuk bertindak dengan cara-cara tertentu
dimiliki untuk mengatur pihak lain. Layanan dalam konteks sosial tertentu. Dalam
arsip merupakan suatu proses budaya yang konsepnya masyarakat sebagai makhluk
melihat manusia dalam kaitan dengan dibagi menjadi beberapa konteks atau
kelompoknya. Penyediaan layanan arsip bidang yang mewakili ruang sosial
merupakan arena di mana aturan dan modal terstruktur dengan hukum yang berfungsi
yang digunakan oleh individu atas dasar dan di mana individu dan lembaga atau agen
makna yang mereka konstruksikan untuk menduduki posisi sosial yang terstruktur
memahami lingkungan di mana mereka dalam hal hubungan kekuasaan.
bekerja. Fokus analisisnya adalah pada cara bagaimana agen berperan sebagai penyedia
Agen bersaing untuk mengendalikan layanan arsip dan juga memperhatikan sumber daya material (modal ekonomi atau
tindakan mereka ketika memberikan barang beragam) atau sumber daya simbolik
berinteraksi dengan (misalnya dalam bentuk pengetahuan,
layanan
dan
kelompoknya, sekaligus juga untuk prestise dan pengakuan). Sumber daya ini
mendapatkan bukti empiris praktik individu merupakan dasar kekuasaan
dan makna yang mereka kembangkan dalam memaksakan sistem makna pada kelompok
yang
memberikan layanan kearsipan. sosial sedemikian rupa sehingga mereka diakui dan dianggap sah. Proses legitimasi
Layanan Arsip
mengaburkan hubungan kekuasaan dan Layanan arsip adalah kegiatan penyediaan memberikan kontribusi untuk reproduksi
dan pemberian informasi dan atau mengenai mereka.
arsip serta penyajian arsip untuk kepentingan pengguna arsip, termasuk
Dinamika masing-masing bidang dijelaskan penyediaan salinan atau reproduksi arsip dalam hal transaksi ekonomi atau pertukaran
apabila diperlukan. Kantor Arsip Daerah antara agen yang memiliki beragam bentuk
(2001, p. 50)
sumber daya atau modal. Dalam hal ini agen adalah aktor yang diberi mandat atau
Arsip sebagai informasi terekam merupakan kekuasaan
informasi kegiatan menjalankan layanan arsip di BPAD DKI
oleh pimpinan untuk
endapan
administrasi/bukti transaksi pelaksanaan Jakarta. Agen bertindak sedemikian rupa
fungsi unit-unit kerja yang terekam dalam untuk mempertahankan kekuasaannya,
berbagai media, Walne (1988,p.128). Bila dengan memanfaatkan modal yang
arsip dilihat sebagai informasi terekam
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
tentang pelaksanaan kegiatan sesuai fungsi- kualitas hidup yang lebih baik selain fungsi dan tugas unit kerja suatu instansi,
memberikan kebanggaan dan kehormatan seperti yang dimaksudkan Walne, hal itu
penerusnya, serta membuktikan bahwa arsip merupakan
kepada
generasi
kebanggan bangsa dalam pergaulan bagian dari memori kolektif bangsa yang
internasional.
berawal dari memori organisasi tentang bagaimana organisasi itu didirikan,
juga menyangkut dijalankan dan dikembangkan.
Fungsi
kultural
pemenuhan kebutuhan rakyat pada umumnya, terutama mengenai kejelasan hak
Secara umum arsip disimpan, dilestarikan, dan kewajiban rakyat terhadap negara. diolah dan didayagunakan untuk memenuhi
Penyelenggaraan negara dilaksanakan dan fungsi kultural dalam rangka kehidupan
menjadi tanggung jawab kolektif, sehingga kebangsaan tanpa melepaskan arsip dari
di dalamnya terdapat hak dan kewajiban ikatan provenance dan original order.
individu perseorangan atau organisasi. Arsip Pengaturan arsip didasarkan pada prinsip-
memberikan bukti-bukti otentik mengenai prinsip asal-usul atau provenance yakni
kejelasan hak dan kewajiban rakyat terhadap pengaturan arsip sesuai dengan asal-usul
negara dan sebaliknya kewajiban negara organisasi penciptanya dan prinsip aturan
kepada rakyatnya. Azmi (2010,p.3) asli atau original order yakni pengaturan arsip berdasarkan sistem aturan asli yang
Layanan arsip mencakup lima kegiatan yaitu digunakan saat arsip tersebut diciptakan.
pemberian informasi tentang lembaga dan arsipnya, pemberian informasi dari arsip,
Dalam rangka fungsi kultural, pengaturan penyediaan arsip, penyediaan kopi arsip, arsip dirancang untuk memenuhi kebutuhan
dan peminjaman arsip. Sedang Mc Causland layanan kesejarahan, layanan penelitian dan
(1993, p. 273) menyatakan bahwa kegiatan layanan publik, Layanan kesejarahan,
yang bisa dilakukan dalam layanan arsip dilakukan untuk memberi bukti-bukti
bukan hanya membantu pengguna dalam otentik mengenai keberadaan dan peran
layanan fisik arsip dan informasi saja, tetapi instansi pencipta arsip selengkap mungkin
juga menciptakan lingkungan yang dalam
menyenangkan untuk penelitian, menjawab kebangsaan sehingga generasi mendatang
penyelenggaraan
kehidupan
permintaan surat dan telepon, dan dapat mengenali bagaimana pendahulunya
menyediakan buku-buku atau jurnal untuk bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
memfasilitasi penelitian. negaranya. Dengan demikan arsip dapat menjadi bukti otentik dan terpercaya sebagai
Pugh (1992, p. 3) memberikan pengertian bukti sejarah dan sekaligus berfungsi
yang lebih teknis dan singkat bahwa sebagai memori kolektif yang menjadi
kegiatan yang dilakukan dalam layanan simpul-simpul pemersatu bangsa.
arsip adalah membantu para pengguna dalam penggunaan bahan-bahan kearsipan
Layanan keilmuan, merupakan bagian dan mencari informasi yang mereka penting dari fungsi kultural arsip. Arsip
butuhkan. Pendapat ini menekankan kepada yang berisi informasi tentang prestasi
arsiparis agar tidak sekedar memberikan intelektual akan menjadi bahan kajian dalam
layanan informasi dan fisik semata tetapi rangka pengembangan wawasan dan
juga peran aktif mereka dalam membantu
Hening Wahyuni
para pengguna dalam memahami bagaimana untuk menjamin keselamatan arsip sebagai menggunakan bahan kearsipan yang ada dan
nasional bagi menemukan informasi sesuai kebutuhan
pertanggungjawaban
kehidupan bermsayarakat, berbangsa dan mereka.
bernegara.
Dijelaskan pula bahwa kegiatan yang bisa
Praktik Sosial dalam Layanan Arsip
dilakukan di ruang layanan mencakup Praktik secara umum dikenal sebagai bentuk pemberian informasi tentang tempat
pelaksanaan dari aturan. Layanan publik di penyimpanan, informasi tentang koleksi,
dari praktik informasi dari koleksi, informasi tentang
Indonesia
rentan
maladministrasi yaitu perilaku atau pencipta arsip, rujukan ke tempat
perbuatan melawan hukum, melampaui penyimpanan atau sumber-sumber lain,
kewenangan, menggunakan wewenang informasi
untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan kerahasiaan, kebebasan informasi, dan
tentang
copyright,privacy ,
wewenang tersebut. Semua itu bisa terjadi peraturan relevan lainnya, instruksi
karena pelaksanaan aturan itu adalah penggunaan arsip dan proses penelitian,
manusia. Manusia merupakan makhluk akses koleksi secara fisik, penggandaan
sosial dalam suatu kehidupan sosial. koleksi, peminjaman koleksi. Pugh
Bourdieu memperlakukan kehidupan sosial (1992,p.6)
sebagai suatu interaksi struktur, disposisi (kecenderungan) dan tindakan yang saling
Layanan arsip sangat terkait dengan
mempengaruhi.
pengelolaan arsip. Pengelolaan arsip di dalam suatu lembaga kearsipan menjadi
Praktik sosial tidak didikte secara langsung penting karena lembaga kearsipan memiliki
oleh struktur dan orientasi-orientasi budaya fungsi
seperti di dalam studi perilaku pada menyelamatkan dan mengaktualisasikan
menyimpan,
memelihara,
umumnya, tetapi lebih merupakan hasil dari kembali arsip kepada publik atau
proses improvisasi yang kemudian masyarakat. Peran strategis di dalam
distrukturkan oleh orientasi budaya, sejarah pengelolaan arsip adalah berbanding lurus
perseorangan dan kemampuan untuk dengan keberhasilan suatu lembaga
berperan di dalam interaksi sosial. Struktur kearsipan sebagai wali arsip dalam
sosial dan pengetahuan tentang struktur itu meningkatkan akses dan mutu layanan arsip
menghasilkan orientasi yang ajeg bagi kepada publik.
tindakan yang kemudian sebaliknya ikut memberi bentuk bagi struktur sosial. Secara
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 reflektif dibentuk dan membentuk praktik tentang Kearsipan Pasal 1 Ketetntuan
sosial. Widjojo (2003,p.40) Umum butir 26 mendefinisikan pengelolaan arsip statis ebagai proses pengendalian arsip
Kenyataan sosial atau praktik sosial dengan statis secara efisien, efektif dan sistematis
singkat dirumuskan oleh Bourdieu sebagai meliputi akuisisi, pengolahan, preservasi,
dialektis yang pemanfaatan,
hasil
dinamika
mengindikasikan bahwa praktik sosial pelayanan publik dalam suatu sistem
pendayagunaan
dan
memilik dua dimensi. Dimensi pertama kearsipan nasional. Pengelolaan arsip statis
adalah internalisasi segala sesuatu yang ini dilaksanakan oleh lembaga kearsipan
dialami dan diamati dari luar pelaku (agen),
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
dimensi kedua adalah pengungkapan dari cara orang membangun realitas sosial segala sesuatu yang telah terinternalisasi dan
dengan memberi label orientasi teoritisnya menjadi bagian dari diri pelaku. Widjojo
Ia (2003,p.41)
sebagai
strukturalisme genetik.
mendefinisikan strukturalisme genetik dengan cara sebagai berikut :
Manusia bertindak
sesuai
dengan
pemaknaan yang ada dalam dirinya atas Analisis struktur objektif tak dapat aturan yang menjadi landasan kegiatan
dipisahkan dari analisis asal-usul mereka. Perulangan ruang dan waktu
struktur mental individual yang hingga membuat tindakan-tindakan menjadi suatu
taraf tertentu merupakan produk pembiasan
penggabungan struktur sosial. Juga tak pelaksanaan aturan yang ada. Contohnya
dapat dipisahkan dari analisis asal-usul praktik jam karet, pungli maupun praktik
struktur sosial itu sendiri, ruang sosial korupsi di pemerintahan.
dan kelompok yang menempatiya adalah produk dari perjuangan historis (di mana
Layanan arsip merupakan ujung tombak dari agen berpartisipasi sesuai dengan posisi suatu institusi publik. Apabila layanan suatu
mereka di dalam ruang sosial dan sesuai institusi berjalan dengan baik maka baik
mental yang pula pengelolaan kearsipan di dalam
dengan
struktur
menyebabkan agen dapat memahami lembaga kearsipan tersebut. Begitu pula
ruang sosial ini. Ritzer (2011,p.519) sebaliknya. Sadar atau tidak, kegiatan layanan arsip membentuk struktur yang
Melalui definisi tersebut Bourdieu berusaha berlaku umum di Indonesia. Struktur ini
menyatukan dimensi dualitas pelaku (agen) menjadi
dan struktur. Oleh karena itu pendekatannya individu dalam kegiatan layanan arsip.
pedoman
tindakan-tindakan
disebut strukturalisme genetik yakni analisis Praktik layanan arsip dapat mendorong atau
struktur-struktur objektif yang tidak dapat menghambat kegiatan layanan di dalam
dipisahkan dari analisis asal-usul struktur tujuan untuk memuaskan para penggunanya.
mental dalam individu-individu biologis Mengidentifikasi dan memahami hubungan
yang sebagian merupakan produk penyatuan individu dan struktur dapat memperjelas
struktur-struktur sosial dan analisis asal-usul faktor mikro yang mendukung atau
struktur sosial itu sendiri. menghambat layanan arsip sehingga dapat menentukan langkah antisipasi sedini
Bourdieu memperoleh pemahaman tentang mungkin.
masyarakat sebagai penjumlahan hubungan- hubungan sosial yang eksis dalam dunia
Agen dan Struktur dalam Strukturalisme
sosial yaitu hubungan-hubungan yang
Genetik
bukan hanya terdiri atas interaksi antara Bourdieu memusatkan perhatian pada
agen-agen atau ikatan intersubyektif antara praktik yang dilihat sebagai hasil hubungan
individu-individu namun juga hubungan- dialektika antara struktur dan keagenan.
hubungan obyektif yang eksis secara Praktik tak ditentukan secara objektif dan
independen dari kesadaran dan kehendak bukan hasil kemauan bebas.Bourdieu
individual.
menggambarkan perhatiannya terhadap hubungan dialektika antara struktural dan
Hening Wahyuni
Hubungan itu berlandaskan pada bentuk dan subjektif (sering disebut dengan agensi), kondisi-kondisi produksi ekonomi dan
bukan lagi sebagai dua hal yang kebutuhan
bertentangan melainkan saling berhubungan mengembangkan teori sosial dari praktik
dan tak terpisahkan, Haryatmoko (2003,p. sosial.
9). Penyatuan kedua unsur tersebut struktur menyatakan bahwa struktur tindakan itu
dan agensi mampu mengatasi dikotomi sendiri dan keduanya dapat saling
antara individu-masyarakat, agen-struktur dipertukarkan. Negosiasi di dalam budaya
dan kebebasan-determinisme, bahkan juga berasal dari kesadaran habitus, dan pada
mampu membongkar strategi dominasi tingkatan individu. Habitus juga berarti
sekaligus menunjukkan letak ketidakadilan sistem perilaku dan disposisi yang relatif
dan ketidaksetaraan.
permanen dan berpindah dari satu objek ke objek lainnya secara simultan dalam
Proses dialektik antara agen dan struktur mengintegrasikan
itulah yang oleh Bourdieu disebut praktik. pengalaman sebelumnya.
antara
seluruh
Dialektik terjadi ketika internalisasi yang eksternal dan eksternalisasi yang internal
Teori Pierre Bourdieu digerakkan oleh menjadi suatu jalinan proses yang terus keinginan untuk mengatasi apa yang
berjalan. Setiap individu lahir dan hidup disebutkan sebagai oposisi palsu antara
dalam suatu lingkungan yang gegap gempita objektivisme dengan subyektivisme atau hal
dengan berbungkus fenomena, suatu kondisi yang disebutnya sebagai oposisi absurd
eksternal yang tak mungkin terhindarkan. antara individu dengan masyarakat. Untuk
Dalam kondisi seperti itulah agen mengatasi dilema subjektif-objektivis,
dipengaruhi dibentuk dan mewujudkan Bourdieu memusatkan perhatiannya pada
aktivitas tertentu. Sementara pada saat yang praktik yang dilihatnya sebagai akibat dari
sama agen tak selalu diam dalam pengaruh hubungan dialektis antara struktur dan
dari yang eksternal itu. Agen selalu agensi. Praktik tidak ditentukan secara
merespon dan mengkonstruksi yang objektif dan bukan pula merupakan produk
eksternal itu menjadi sesuatu yang lebih dari kehendak bebas. Melakukan refleksi
produktif.
atas minatnya pada dialektika antara struktur dengan cara mengkonstruksi realitas sosial.
Proses dialektis antara agen dan struktur diperantarai oleh suatu mediator yang
Inti karya Bourdieu dan inti upayanya untuk populer dengan sebutan habitus. Suatu menjembatani
sistem disposisi yang berulang, struktur objektivisme terletak dalam konsepnya
subjektivisme
dan
yang dibentuk dan membentuk sebagai tentang habitus dan lingkungan serta
prinsip penggerak dan pengatur praktik hubungan dialektik antara keduanya.
hidup representasi, dapat disesuaikan Sementara habitus ada di dalam pikiran
dengan tujuan meskipun tujuan tersebut aktor, lingkungan ada diluar pikiran aktor.
tidak harus diandaikan secara sadar terlebih Ritzer (2011,p.522).
dahulu, secara objektif diatur tetapi tidak harus sepenuhnya patuh pada peraturan-
Realitas Sosial dalam Layanan Arsip
peraturan.
Bourdieu hadir untuk mendamaikan ketegangan antara struktur dan tindakan
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
semacam hubungan yang terstruktur dan Penjelasan Bourdieu tentang habitus
Habitus
tanpa disadari mengatur posisi-posisi menggambarkan
individu dan kelompok dalam tatanan kecenderungan yang mendorong pelaku
serangkaian
masyarakat yang terbentuk secara spontan. sosial untuk beraksi dan bereaksi dengan
(Mohamad, 2012, p.102) cara-cara
tertentu.
Kecenderungan-
kecenderungan inilah yang melahirkan Arena adalah ruang sosial yang terstruktur, praktik-praktik, persepsi-persepsi, dan
ranah kekuasaan. Arena tersebut berisi perilaku yang tetap, teratur, yang kemudian
orang yang mendominasi dan orang lain menjadi
yang didominasi. Hubungan ketidaksetaraan dipertanyakan lagi aturan-aturan yang
yang permanen dan konstan beroperasi di melatarbelakanginya. (Rusdiarti, 2004,p.
dalam ruang ini. Pada saat yang sama, 42)
menjadi ruang berbagai macam aktor yang berjuang untuk menstransformasikan dan
Habitus dapat dirumuskan sebagai sebuah melestarikan ranah/arena ini. Semua struktur disposisi-disposisi (skema-skema
individu di dunia ini membawa menuju persepsi, pikiran dan tindakan yang
kompetisi seluruh kekuasaan (relatif) bagi diperoleh dan bertahan lama). Habitus juga
pembagian pasar mereka. Kekuasaan ini merupakan gaya hidup (lifestyle), nilai-nilai
menentukan posisinya dalam ranah/arena (values), watak (dispositions) dan harapan
dan sebagian hasilnya adalah strategi (expectation) kelompok sosial tertentu.
mereka. Fauzi (2014, p.112) Sebagian habitus dikembangkan melalui pengalaman. Individu belajar tentang apa
Modal
yang berada di luar kehidupan, bagaimana Modal adalah semua barang, baik material mereka berhasil dalam berbagai kegiatan,
maupun simbolik tanpa pembedaan yang bagaimana orang lain merespons aktivitas
menampilkan dirinya sebagai sesuatu yang dirinya, jika mereka melakukan cara yang
langka dan berharga untuk dikejar dan dicari tidak biasanya. (Martono, 2012, p. 37)
dalam suatu formasi sosial tertentu. Menurut Haryatmoko (2003, p. 12) para pelaku
Ranah/Arena
masing-masing Habitus yang memerantai tindakan agen dan
menempati
posisi
ditentukan oleh dua dimensi, pertama struktur perlu dorongan yang seolah-olah
menurut besarnya modal yang dimiliki dan bersifat niscaya yaitu modal yang kemudian
kedua, sesuai dengan bobot komposisi berkontestasi dalam ranah. Ranah/arena
keseluruhan modal mereka. Modal dapat lebih dipandang Bourdieu secara relasional
digolongkan menjadi empat golongan yaitu daripada secara struktural. Ranah adalah
(1) modal ekonomi yang mencakup alat-alat jaringan relasi antarposisi objektif di
produksi (mesin, tanah, buruh) materi dalamnya. Keberadaan relasi-relasi ini
(pendapatan dan benda-benda) dan uang terpisah dari kesadaran dan kehendak
yang dengan mudah digunakan untuk segala individu. Ranah merupakan (1) arena
tujuan serta diwariskan dari satu generasi ke kekuatan sebagai upaya perjuangan untuk
generasi berikutnya. (2) modal budaya, yang memperebutkan sumber daya atau modal
mencakup keseluruhan kualitas intelektual dan juga untuk memperoleh akses tertentu
yang dapat diproduksi melalui pendidikan yang dekat dengan hirarki kekuasaan, (2)
formal maupun warisan keluarga. Misalnya
Hening Wahyuni
kemampuan menampilkan diri di depan Koleksi arsip yang dimiliki oleh BPAD publik, pemilikan benda-benda budaya
Provinsi DKI Jakarta dilayankan kepada bernilai tinggi, pengetahuan dan keahlian
mayarakat sesuai dengan persyaratan yang tertentu dari hasil pendidikan, juga sertifikat
berlaku. Tujuan dari layanan arsip agar arsip (gelar kesarjanaan), (3) modal sosial
yang dirawat dan dipelihara oleh lembaga menunjuk pada jaringan sosial yang dimiliki
kearsipan dapat ditemukan kembali dan pelaku (individu atau kelompok) dalam
dapat memberikan manfaat kepada hubungan dengan pihak lain yang memiliki
masyarakat, pemerintah, instansi, peneliti kuasa, dan (4) modal simbolik, mencakup
maupun pengguna arsip. segala bentuk prestise, status, otoritas dan legitimasi.
Mekanisme layanan arsip di BPAD Provinsi DKI Jakarta dilakukan berdasarkan
Layanan Arsip di BPAD Provinsi DKI
Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2010
Jakarta
tentang Prosedur Pelayanan Kearsipan. Pengelolaan arsip pada lembaga kearsipan
Peraturan ini menetapkan bahwa ruang merupakan suatu hal yang penting.
lingkup layanan arsip meliputi penataan, Keberhasilan suatu lembaga kearsipan tidak
peminjaman/penggandaan, penitipan dan hanya
penyimpanan, perawatan alih media, akses mengakuisisi (mengumpulkan), menyimpan
multi media dan konsultansi/asistensi. Dari dan melestarikan arsip. Lembaga kearsipan
seluruh layanan arsip tersebut yang sudah dapat dianggap berhasil apabila mampu
adalah penataan, meningkatkan akses dan mutu layanan arsip
dilaksanakan
dan kepada masyarakat dengan tingkat
konsultansi/asistensi
peminjaman/penggandaan. otentisitas dan reliabilitas yang tinggi tanpa mengabaikan ketentuan perundangan yang
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berlaku.
membutuhkan layanan arsip di BPAD Provinsi DKI Jakarta antara lain Biro
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Umum, Biro Hukum, Dinas Pengawasan yang berada di lingkungan Pemerintah
dan Penertiban Bangunan (P2B), Badan Daerah Provinsi DKI Jakarta wajib
Kepegawaian Daerah (BKD), PAM Jaya, menyerahkan arsip ke BPAD Provinsi DKI
Dinas Pajak, Kecamatan Pasar Minggu dan Jakarta. Kegiatan ini disebut dengan
lain-lain.
akuisisi. Akuisisi merupakan sebuah kegiatan dalam rangka pengembangan
Layanan arsip juga ditujukan kepada jumlah koleksi arsip yang dilakukan oleh
anggota masyarakat, organisasi dan badan lembaga kearsipan. Pelaksanaannya bisa
hukum di luar perangkat daerah. Pada berupa penerimaan, baik itu penyerahan
umumnya mereka yang membutuhkan ataupun
layanan arsip meliputi peminjaman dan instansi/lembaga/perorangan.
penarikan
arsip
penggandaan. Karena pada prinsipnya arsip prosesnya secara umum akuisisi dapat
Pada
yang asli itu tidak bisa keluar dari BPAD dilakukan melalui donasi (sumbangan),
Provinsi DKI Jakarta. Tetapi hal itu tetap transfer (pemindahan) atau pembelian. Reed
dimungkinkan bila diperlukan. Misalnya (1993,p.137)
untuk pembuktian di pengadilan dan arsip yang keluar dari BPAD Provinsi DKI
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
Jakarta itu harus dikawal, supaya tidak terus menerus dan sulit untuk diubah kecuali hilang. Satuan Kerja Perangkat Daerah
melalui ketegasan pimpinan dan pemberian (SKPD) yang membutuhkan arsip untuk
sangsi.
pembuktian di pengadilan biasanya adalah Biro Hukum.
Strukturalisme Genetik dalam Layanan Arsip
Masyarakat yang membutuhkan arsip Strukturalisme Genetik merupakan konsep misalnya IMB, pada umumnya berasal dari
dari Bourdieu yaitu merupakan analisis perorangan, yaitu seseorang yang ingin
struktur objektif yang tidak dapat dipisahkan melakukan renovasi atau penambahan lantai
dari analisis asal-usul mental dalam dari bangunan miliknya. Selain itu
individu-individu biologis yang sebagian pembuatan reklame yang dilakukan di atas
merupakan penyatuan struktur sosial dan gedung
analisis asal-usul struktur sosial itu sendiri. pembuatan toren air, pemasangan menara,
juga membutuhkan
IMB,
(Ritzer,2011,p.519)
pendirian pom bensin, pembuatan pagar, dan sumur resapan Begitu juga bagi mereka
Dalam teorinya Bourdieu menyatakan yang ingin mendapatkan pinjaman di bank
bahwa struktur tindakan itu sendiri dan dan harus memberikan jaminan asset yang
keduanya dapat saling dipertukarkan. dimilikinya , memerlukan IMB.
Negosiasi di dalam budaya berasal dari kesadaran habitus dan pada tingkatan
Petugas layanan arsip yang bertugas di individu. Habitus juga berarti sistem BPAD Provinsi DKI Jakarta, adalah
perilaku dan disposisi yang relatif permanen seseorang yang sudah cukup lama bertugas
dan berpindah dari satu objek ke objek di tempat tersebut. Seperti instansi
simultan dalam pemerintah lainnya, pada umumnya
lainnya
secara
antara seluruh seseorang yang ditempatkan di suatu posisi
mengintegrasikan
pengalaman sebelumnya. tertentu merupakan orang yang memang sudah lama berkecimpung di bidang
Layanan arsip di BPAD Provinsi DKI tersebut. Dengan asumsi bahwa seseorang
Jakarta sudah dilakukan sejak lama. Mulai yang lama menangani suatu bidang tertentu
dari terbentuknya Kantor Arsip Daerah. cukup lama, dianggap sangat menguasai,
Layanan arsip merupakan suatu praktik daripada menempatkan orang baru yang
yang terus menerus dilakukan, walaupun membutuhkan waktu untuk mempelajari.
petugas layanan arsip itu berganti-ganti. Hal seperti inilah yang pada umumnya
Dalam kenyataannya bagaimana praktik terjadi di instansi pemerintah.
layanan arsip itu dilakukan oleh pendahulunya maka hal semacam itulah
Faktanya yang terjadi di lapangan,
yang terus dilanjutkan.
seseorang yang ditempatkan di suatu bidang tertentu selama bertahun tahun rawan
arsip memiliki terhadap
Walaupun
layanan
seperangkat aturan mengenai prosedur penyalahgunaan wewenang. Praktik layanan
penyelewengan
dan
pelayanan kearsipan. Dimana aturan arsip yang telah diterapkan selama bertahun-
tersebut didokumentasikan dalam bentuk tahun di BPAD DKI Jakarta membentuk
Surat Peraturan Gubernur Provinsi DKI pola yang selanjutnya diterapkan secara
Jakarta Nomor 99 Tahun 2010. Tetapi dalam
Hening Wahyuni
praktiknya belum tentu kondisi itu yang Agen sangat memahami, bahwa mereka diterapkan
yang membutuhkan arsip tidak akan segan- segan untuk memberikan imbalan uang.
Seperti disebutkan dalam teori Bourdieu, Untuk itu mereka memanfaatkan kondisi proses dialektik antara agen dan struktur itu
tersebut baik secara langsung maupun tidak, disebut dengan praktik. Dialektik terjadi
antara lain dengan cara mengulur-ngulur ketika internalisasi yang eksternal dan
waktu pencarian ataupun secara terang- eksternalisasi yang internal menjadi suatu
terangan meminta imbalan apabila IMB itu jalinan proses yang terus berjalan. Setiap
dibutuhkan segera. Mengetahui bahwa individu lahir dan hidup dalam suatu
posisi di dalam layanan arsip sangat lingkungan yang gegap gempita dengan
strategis dalam arti mampu memberikan berbungkus fenomena. Suatu kondisi
penghasilan lebih, maka petugas layanan eksternal yang tak mungkin terhindarkan.
arsip menempuh segala cara untuk Dalam kondisi seperti itulah agen
mempertahankan posisinya. dipengaruhi dibentuk dan mewujudkan aktivitas tertentu. Sementara pada saat yang
Strategi Mempertahankan Kekuasaan
sama agen tak selalu diam dalam pengaruh Bourdieu menjelaskan kekuasaan sebagai dari yang eksternal itu. Agen selalu
perjuangan setiap agen untuk mendapatkan merespon dan mengkonstruksi yang
modal dalam sebuah ranah tertentu. eksternal itu menjadi sesuatu yang lebih
Kekuasaan selalu berada dan beroperasi produktif..
dalam suatu ranah tertentu. Ranah merupakan konsep Bourdieu dalam
Kenyataannya memang yang terjadi adalah menjelaskan kekuasaan agen yang terlibat di agen melanjutkan praktik layanan arsip yang
dalamnya. Ranah dipahami Bourdieu memang sudah dilakukan oleh agen
sebagai arena sosial yang di dalamnya sebelumnya dan bukan menjalani struktur
terdapat perjuangan untuk memperebutkan yang ada. Terlihat jelas dalam struktur
sumber pertaruhan dengan akses terbatas. layanan arsip. Struktur dalam kehidupan
kemampuan intelektual, masyarakat sebagai sesuatu yang tidak lepas
Misalnya
kekuasaan, prestise, kelas sosial dan dari tindakan manusia yang berada di
sebagainya. Hidayat (2011,p.137) dlamnya.
sedemikian rupa, tetapi kenyataannya sama Agen menggunakan berbagai cara untuk sekali tidak berpengaruh. Karena yang
mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan memegang kendali adalah pelaku atau
yang diberikan oleh pimpinan yaitu dalam manusia sebagai agen yang memiliki
bentuk kepercayaan kepada agen untuk kepentingan. Pandangan yang melihat
melayani mereka yang membutuhkan arsip, manusia sebagai robot atau dungu
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh sesungguhnya kurang tepat. Karena pelaku
agen. Perintah pimpinan selalu dilaksanakan atau manusia ini justru yang memegang
dengan penuh tanggung jawab berdasarkan peranan dalam membentuk bagaimana
kepentingan pribadi.
praktik layanan arsip di BPAD Provinsi DKI Jakarta.
Pembahasan ini juga memberi pengayaan terhadap konsep ranah/arena dari Bourdieu. Arena oleh Bourdieu selalu dilihat sebagai
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
ajang pertarungan kekuatan dimana pelaku dalam satu bidang tersebut. Bersikap ramah berusaha mempertahankan atau mengubah
dan senang mentraktir adalah salah contoh distribusi bentuk modal tertentu yang tak
strategi yang dilakukan. Hal lainnya adalah terlepas dari strategi. Pemahaman arena
tidak segan membantu teman yang sedang seperti ini sangat kuat memberi kesan bahwa
misalnya dengan cara dalam suatu ruang sosial yang ada, arena
kesusahan,
meminjamkan uang. Sering mendengarkan hanya menjadi suatu pertarungan semata.
keluh kesah sesama karyawan memberikan Penelitian menunjukkan bahwa selain
ataupun saran, berada dalam pertarungan di kalangan
nasehat,
masukan
menjadikan agen tersebut dianggap sebagai pelaku layanan arsip ada solidaritas untuk
pimpinan oleh kelompok tersebut. hal-hal
tertentu.
Terutama sebagai
kelompok yang termarginalkan, terutama Agen tidak saja bersikap baik dan ramah sejak penggabungan arsip dan perpustakaan.
terhadap sesama staf, tetapi juga kepada Layanan arsip menjadi arena dimana di
petugas kebersihan, penjaga keamanan, dalamnya ada distribusi modal yang tak
bahkan juga kepada penjaga kantin. lepas dari strategi.
Sehingga agen dikenal baik tidak hanya oleh atasan tetapi juga sampai ke mereka di level
Berbagai cara dilakukan oleh agen untuk bawah, yang pada umumnya tidak terlalu mempertahankan posisi. Mulai dari
diperhatikan oleh mereka yang berada pada melakukan pendekatan kepada pimpinan,
level pimpinan.
seperti membelikan
pulsa
ataupun
memberikan hadiah kepada pimpinan, Bisa dikatakan bahwa agen tersebut berhasil melakukan tugas yang diberikan pimpinan
mempengaruhi orang-orang yang berada di secara cepat dalam melakukan pencarian
sekelilingnya untuk mengakui kredibilitas arsip, sehingga di mata pimpinan agen
yang dimilikinya. tersebut dianggap satu-satunya orang yang
dan
kompetensi
Pengalaman bekerja selama bertahun-tahun paling kompeten dalam melakukan
menjadikan agen mampu pencarian arsip.
memang
melakukan pencarian arsip secara cepat dan pimpinan beranggapan hal tersebut tidak
Selain itu , kemampuan agen dalam mungkn dilakukan oleh orang lain. Pada menghadapi wartawan atau Lembaga
akhirnya pimpinan beranggapan bahwa Swadaya Masyarakat (LSM), sangat
hanya dia yang mampu melakukan membantu pimpinan yang kerap dikejar-
pencarian arsip, sehingga selama bertahun- kejar oleh wartawan atau LSM. Dalam hal
tahun posisinya di layanan arsip tidak ini modal sosial agen yang banyak
pernah bergeser.
berkecimpung dengan wartawan maupun LSM di instansi sebelumnya agen bekerja,
Kekuasaan yang diberikan pimpinan untuk sangat membantu agen di layanan arsip yang
bertugas di layanan arsip, dimanfaatkan sering didatangi oleh wartawan atau LSM
dengan sebaik-baiknya oleh agen untuk yan sering berpura-pura mencari arsip.
kepentingan pribadi. Sehingga nama agen tersebut pun menjadi terkenal di kalangan
Selain kepada pimpinan, strategi lain yang mereka yang ingin mencari arsip. Bahkan dilakukan adalah melakukan pendekatan
lebih dikenal daripada kepala instansi itu pribadi kepada karyawan lain yang berada
sendiri.
Hening Wahyuni
Tentunya tidak mudah untuk mengubah agen, adalah orang yang berkecimpung di praktik layanan arsip yang sudah berjalan
suatu bidang selama puluhan tahun. Berada selama bertahun-tahun, tetapi bukan berarti
dalam satu bidang dalam jangka waktu tidak ada cara untuk mengubahnya. Perlu
puluhan tahun tentu tidak lepas dari peran usaha keras terutama dari pimpinan untuk
pimpinan yang tetap mempertahankannya, mengubahnya.
ataupun bisa juga disebabkan oleh kurangnya keberanian dan ketegasan dari
Lemahnya Jajaran Birokrasi
pimpinan
Peran dan fungsi birokrasi di Indonesia pada dasarnya menjalankan pelayanan publik
Kesimpulan
serta program pembangunan yang bertujuan Petugas layanan arsip di BPAD Provinsi mencapai kesejahteraan masyarakat. Peran
DKI Jakarta sebagaimana diperlihatkan tersebut terlaksana berkat aturan yang
dalam penelitian ini mengalami negosiasi mengikat setiap jajaran, sehingga karyawan
secara terus menerus dengan berbagai pihak. akan selalu bekerja sesuai aturan tersebut.
Keberadaan petugas yang bekerja di dalam Aturan yang mengikat birokrasi pada
layanan arsip tidak merepresentasikan dasarnya bertujuan agar tidak terjadi
kepentingan negara dalam mengatur penyimpangan dalam proses pelayanan dan
masyarakat yaitu dalam hal ini memberikan menjaga keteraturan pemerintahan. Aturan
pelayanan. Para petugas layanan arsip ini juga membantu masyarakat untuk
bertindak menurut kepentingannya masing- mendapatkan pelayanan yang baik karena
masing. Oleh karena itu, keberadaan sederet mengetahui prosedur birokrasi sehingga
peraturan baik itu hukum, kebijakan, akses masyarakat terhadap birokrasi dapat
petunjuk teknis, petunjuk pelaksanaan yang terjalin sesuai dengan harapan.
pada dasarnya menjadi titik sentral yang harus dipatuhi, justru mengalami tentangan-
Namun dalam pelaksanaan birokrasi di
tentangan.
lapangan bukan tanpa kendala, salah satunya adalah potret birokrasi yang sangat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kental dengan budaya feodal dan
dilakukan ada beberapa hal-hal menarik terkontaminasi oleh budaya kolonialisme
yaitu, petugas layanan arsip dalam kajian ini yang korup. Budaya feodal menyebabkan
diposisikan sebagai agen, merupakan sosok muncul paham kebapakan di jajaran
atau entitas aktif-kreatif yang sadar akan birokrasi yang menyebabkan hilangnya
posisinya sebagai pegawai yang di satu sisi profesionalitas birokrat. Lemahnya jajaran
harus bekerja menurut berbagai mekanisme birokrasi menjadi celah bagi agen untuk
dan aturan yang berlaku, tetapi di sisi lain masuk dan mempengaruhi pimpinan.
juga sadar bahwa posisinya sebagai pegawai memungkinkan mereka untuk bertindak
Permasalahan tersebut menjadi masalah melampaui ataupun bertolak belakang akut di era saat ini. Muncul pragmatisme
dengan berbagai mekanisme dan aturan jajaran birokrasi dalam menjalankan roda
yang ada tersebut.
pelayanan, akhirnya muncul agen sebagai akibat dari pragmatisme kekuasaan.
Kenyataan tersebut menunjukkan adanya Munculnya agen ini tentunya tidak terlepas
suatu kondisi dimana posisi agen dan dari peran pimpinan. Mereka yang menjadi
struktur merupakan dua hal yang selalu
Layanan Arsip Di Badan Perpustakaan Dan Arsip Provinsi Dki Jakarta
memungkinkan adanya pengekangan dan Layanan Arsip Statis kepada Publik. pembebasan sebagai dua hal yang saling
www.anri.go.id
timbal balik. Dengan pengertian lain Fashri, Fauzi. (2014) Pierre Bourdieu struktur mengekang itu juga mengondisikan
Menyingkap Kuasa Simbol, Yogyakarta agen untuk melakukan respon (kritik,siasat)
: Jalasutra
sebagai wujud kapasitas diri yang tidak Haryatmoko (2003). Etika Politik dan pernah bisa tunduk patuh secara total
Kekuasaan . Jakarta : Penerbit Buku terhadap struktur.
Kompas Hidayat, Rakhmat (2011) Pengantar Tindakan strategis dan kreatif yang
Sosiologi Kurikulum , Jakarta : dipraktikkan oleh petugas layanan arsip
RajaGrafindo Persada bukanlah respon secara langsung terhadap
Ismiatun, Diah. (2006). Kinerja Arsiparis struktur yang ada, melainkan telah
Unit Layanan Arsip di Arsip Nasional mengalami suatu proses ruang dan waktu
Republik Indonesia, Depok : Fakultas akibat dari proses pembelajaran yang
Ilmu Budaya Universitas Indonesia dialami dan dilakukan oleh para petugas
------------------- (2001) Manajemen Arsip layanan arsip itu sendiri. Proses
Statis : Langkah Pendayagunaan Arsip pembelajaran untuk mengendapkan struktur
Statis hingga Layanan Publik . Suara dan kemudian mengalami penuangan
Badar Vol1/3/2001 kembali dalam tindakan praktis itu yang
Indonesia Undang-Undang (2009). Undang- oleh Bourdieu disebut dengan habitus.
Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
Individu yang dikondisikan oleh struktur Martono, Nanang. (2012). Kekerasan untuk melakukan penyimpangan dalam
Simbolik di Sekolah sebuah ide berbagai bentuk (setoran, mark-up laporan,
Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu. pungutan dan sebagainya) secara terus
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada menerus membuat kesadaran dan tindakan
Mc. Causland, Sigrid, (1993). Access and praktisnya seolah-olah demikian adanya dan
Reference Services dalam Keeping tidak perlu dipertanyakan lagi benar-
Archives , Ellis Judith (Editor) second tidaknya. Tindakan praktis individu yang
edition. Australia : DW Thorpe kemudian menjadi tindakan kolektif ini
--------------------------- (2010) Peraturan memperteguh suatu skema budaya petugas
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor sebagai potret layanan arsip di BPAD
99 Tahun 2010 tentang Prosedur Provinsi DKI Jakarta.
Layanan Kearsipan --------------------------- (2001) Istilah-istilah
Daftar Pustaka
Kearsipan, Jakarta : Kantor Arsip Adib, Mohammad (2012). Agen dan
Daerah
Struktur dalam Pandangan Pierre Pugh, Mary Jo. (1992). Providing Reference Bourdieu , Biokultur Volume I/No. 2
Services for Archives and Manuscript. Juli-Desember
Chicago : The Society of American Azmi (2010) Strategi Pengaturan Arsip
Archivist
Statis pada Lembaga Kearsipan dalam Reed, Barbara (1993) Keeping Archives, Upaya Meningkatkan Akses dan Mutu
Judith Ellis (ed) Ed.2 Australia, D.W.
Hening Wahyuni
Ritzer, George, & Douglas J. Goodman (2011) Teori Sosiologi Modern, Jakarta : Kencana
Rusdiarti, Suma Riella, (2003). Bahasa Pertarungan
Simbolik
dan
Kekuasaan , Majalah Basis Nomor 11-12, Tahun ke-52, November – Desember 2003, Yayasan BP Basis
------------------------------- (2004) Bahasa, Kapital Simbolik dan Pertarungan Kekuasaan : Tinjauan Filsafat Sosial Pierre Bourdieu tentang Bahasa ,
Tesis
Pascasarjana
Departemen Filsafat FIB UI Depok (tidak dipublikasikan)
Widjojo, Muridan S, (2003) Strukturalisme Konstruktivis Pierre Bourdieu dan Kajian Sosial Budaya dalam Perancis dan Kita , Strukturalisme, Sejarah, Politik, Film dan Bahasa, Jakarta : Wedatama Widya Sastra
Widyarsono, Toto, (2002). Evaluasi Aksesibilitas Arsip : Studi Kasus di Unit Layanan Informasi Arsip Nasional Republik Indonesia , Depok : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia
Walne, Peter (1988) Dictionary of Archival Terminology . K.G. Saur London – Paris
Mengulas OPAC 2.0 Sebagai Next Generation Library Catalog