Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Lainnya

Bab 20 Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Lainnya

20.1 Selain tema-tema seperti diuraikan diatas, BPK juga telah melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu pada 153 obyek pemeriksaan yang meliputi delapan obyek pemeriksaan pada pemerintah pusat, 130 obyek pemeriksaan pada pemerintah daerah, delapan BUMN dan enam BUMD. Obyek pemeriksaan tersebut dapat dijelaskan dalam uraian berikut.

20.2 Pemeriksaan Pelayanan Kepabeanan dan Cukai pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) type A-1 Tanjung Mas Semarang, KPBC type A-2 Jakarta, dan KPBC type A-3 Merak mengungkapkan temuan yang menonjol yaitu penagihan piutang senilai Rp23,15 miliar atas lima importir tidak efektif karena importir tidak diketemukan.

20.3 Pemeriksaan Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Jakarta Pulogadung, KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Satu, KPP Pratama Bekasi Selatan, KPP Pratama Tangerang Barat tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal tersebut disebabkan adanya pembatasan berkaitan dengan dokumen yang dapat diperiksa sesuai dengan Pasal 34 Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

20.4 Pemeriksaan Pengelolaan Aset eks BPPN pada PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) mengungkapkan temuan yang menonjol yaitu adanya skema restrukturisasi hutang Tirtamas Majutama dan pengelolaan revenue account oleh Tuban Petro belum optimal. Hal tersebut mengurangi potensi percepatan pelunasan MYB kepada PT PPA senilai Rp81,41 miliar dan senilai USD25 juta.

20.5 Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan pada Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 Tahun pada empat Kanwil Departemen Agama mengungkapkan temuan yang menonjol yaitu block grant TA 2007 senilai Rp1,53 miliar di lingkungan Kanwil Depag Provinsi Jambi diberikan kepada 12 lembaga yang tidak berhak atau tidak tepat sasaran.

20.6 Pemeriksaan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus pada enam kabupaten di Provinsi Papua Barat mengungkapkan temuan yang menonjol yaitu penerimaan dana otonomi khusus senilai Rp33,87 miliar di Kabupaten Sorong tidak tepat rekening serta penggunaannya tidak sesuai program prioritas.

20.7 Pemeriksaan Manajemen Aset Tetap pada sembilan entitas provinsi/kabupaten/ kota mengungkapkan adanya temuan 234 bidang tanah Pemerintah Kota tidak didukung dengan bukti kepemilikan yang sah secara hukum. Hal tersebut mengakibatkan rawan terhadap penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab atau tuntutan hukum dari pihak lain.

20.8 Pemeriksaan Pendapatan Daerah pada 13 entitas provinsi/kabupaten/kota mengungkapkan adanya keterlambatan penyetoran penerimaan pajak bahan bakar kendaraan bermotor ke kas daerah senilaiRp167,23 miliar.

20.9 Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dana BOS dan dana pendukung lainnya (DPL) pada 101 entitas provinsi/kabupaten/kota, dan Kanwil Departemen Agama merupakan pendukung laporan hasil pemeriksaan (LHP) gabungan atas Pengeloaan dan Pertanggungjawaban dana BOS dan DPL.

20.10 Pengelolaan dan pertanggungjawaban dana usaha kesejahteraan sosial (UKS) di Jakarta mengungkapkan temuan yang menonjol yaitu pengelolaan terhadap dana UKS dari penyelenggara undian tidak tertib dan terdapat dana UKS senilai Rp3,71 miliar yang belum diterima Departemen Sosial dari beberapa penyelenggara undian.

20.11 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya di lingkungan BUMN meliputi delapan entitas yaitu PT Industri Kereta Api (Persero), PT Iglas (Persero), Perum Perhutani, PT Kertas Leces (Persero), dan PT Danareksa (Persero).

Temuan pemeriksaan yang menonjol terkait pemeriksaan tersebut di atas dijelaskan dalam uraian berikut.

• Kasus ketidakhematan pada PT Industri Kereta Api (INKA) senilai Rp59,61 miliar terjadi karena PT INKA (Persero) tidak cermat dalam pembuatan HPS dan penetapan harga penawaran serta pengendalian biaya proyek 50 unit Kereta Api Bangladesh.

• Kerugian negara/perusahaan pada PT IGLAS minimal senilai Rp13,98 miliar terjadi karena adanya indikasi kesengajaan Direksi PT IGLAS (Persero)

memberikan keistimewaan pada PT Indopacking Gelora Langgeng Sukses (INDOGLAS) sebagai agen pemasaran tunggal dengan membuat kontrak kerjasama yang hanya menguntungkan INDOGLAS.

• Kasus kekurangan pendapatan pada Perum Perhutani senilai Rp8,20 miliar terjadi karena pengendalian Perum Perhutani atas pelaksanaan perjanjian

kerjasama dengan PT Setyamitra Bhaktipersada (PT SB) tidak memadai dan sampai tanggal jatuh tempo, PT SB belum melunasi sisa kewajiban senilai Rp8,20 miliar tersebut.

• Kasus potensi kerugian negara/perusahaan pada PT Danareksa (Persero) senilai Rp207,97 miliar terjadi karena pemberian hapus tagih (haircut) atas surat hutang PT Tridaya Esta (TDE) oleh Direksi Danareksa melanggar

Anggaran Dasar, Amanat RUPS dan Pedoman Pengelolaan Risiko Perusahaan.

20.12 Operasional BUMD lainnya pada enam entitas meliputi PT Riau Airlines Provinsi Riau, PD hotel Swarna Dwipa Sumatera Selatan, PD Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta, PT Pembangunan Jaya Ancol DKI Jakarta, PT Agronesia Provinsi Jawa Barat, dan PT Panca Wira Usaha Jawa Timur. Temuan yang menonjol diantaranya adalah kerugian keuangan perusahaan pada PT Panca Wira Usaha (Jawa Timur) senilai Rp1,18 miliar karena adanya pembatalan Proyek Pengolahan Buah tropis.

20.13 Hasil pemeriksaan secara lengkap baik untuk masing-masing tema maupun untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya dapat dibaca pada masing- masing laporan hasil pemeriksan (LHP) dalam bentuk softcopy yang dikemas dalam bentuk compact disk (CD) atau dibaca pada laman (website) www.bpk.go.id.