Proses Administrasi Pemekaran Daerah

Bab 7 Proses Administrasi Pemekaran Daerah

7.1 BPK melakukan pemeriksaan kinerja atas proses administrasi pemekaran daerah pada Departemen Dalam Negeri (Depdagri) dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD). Pemeriksaan kinerja tersebut bertujuan untuk menilai efektivitas proses administrasi pemekaran daerah yang dilakukan oleh Depdagri dan DPOD.

7.2 Metodologi yang digunakan dalam pemeriksaan kinerja atas proses administrasi pemekaran daerah meliputi metode pengumpulan dan analisa bukti-bukti pemeriksaan. Pengumpulan bukti-bukti pemeriksaan meliputi reviu dokumen, wawancara, konfirmasi, kuesioner dan analisis prosedur. Analisis prosedur yang dilakukan menggunakan sistem pengendalian. Sementara metode analisa data diantaranya menggunakan model logika program (program logic model), bagan alur, dan model of good management. Pemeriksa melaksanakan prosedur pemeriksaan dengan menggunakan teknik sampling dan mengevaluasi hasil sampel untuk menghasilkan bukti pemeriksaan yang cukup.

Gambar 4: Pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

Hasil Pemeriksaan

7.3 Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa proses administrasi pemekaran daerah belum berjalan efektif karena adanya permasalahan-permasalahan berikut.

7.4 Sejak tahun 1999 s.d. 2008, Pemerintah telah melakukan pemekaran daerah atau pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) sebanyak 203 daerah, yaitu tujuh provinsi dan 196 kabupaten/kota. Namun sampai dengan saat ini, Pemerintah belum mempunyai grand desain yang mengatur arah kebijakan dan strategi pemekaran daerah, serta prediksi mengenai jumlah daerah otonomi ideal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Grand desain tersebut dapat

7.5 Depdagri tidak mempunyai dokumen yang menunjukkan bahwa pemekaran daerah periode Tahun 1999 s.d. 2002 telah melalui observasi yang dilakukan oleh para ahli yang kompeten dan independen. Sedangkan untuk pemekaran daerah periode Tahun 2003 s.d. 2008 pada umumnya telah melalui proses observasi, untuk menilai kebenaran data teknis yang diusulkan oleh calon DOB. Pemeriksaan BPK menunjukkan bahwa observasi tersebut dilakukan oleh tenaga ahli atau konsultan yang tidak kompeten dan independen, dengan bukti-bukti sebagai berikut.

• Penetapan konsultan/tenaga ahli yang akan melakukan pengkajian tidak melalui proses seleksi yang kompetitif;

• Penunjukan tenaga ahli/konsultan tidak ditetapkan secara resmi dan formal, serta tidak diikat dengan suatu perjanjian yang sah;

• Pelaksanaan observasi ke daerah sebagian dan/atau seluruhnya dibiayai dari calon daerah yang akan dimekarkan;

• Pemerintah Daerah dan Depdagri menggunakan konsultan yang sama dalam

melakukan pengkajian kelayakan teknis calon DOB; dan • Depdagri belum mempunyai pedoman yang mengatur tentang metodologi

observasi yang harus diikuti oleh tim observasi.

7.6 Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000, proses pemekaran daerah harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan fisik kewilayahan yang menjadi domain Pemerintah. Di sisi lain, penetapan undang-undang pembentukan DOB merupakan domain bersama antara Pemerintah dan DPR RI. Dalam prakteknya, gagasan pemekaran daerah pada umumnya merupakan inisiatif DPR RI yang dalam pelaksanaannya seringkali mengabaikan ketentuan mengenai proses pembentukan DOB yang diatur dalam PP Nomor 129 Tahun 2000. Misalnya, RUU pembentukan DOB sudah diajukan oleh DPR kepada Presiden sebelum dilakukan pengujian persyaratan teknis oleh tim teknis DPOD, proses pembahasan RUU dengan DPR RI mendahului sidang DPOD, dan penyampaian RUU oleh DPR RI kepada Presiden mendahului sidang DPOD.

7.7 Setiap sidang DPOD yang diadakan untuk membahas usulan pemekaran daerah tidak dihadiri oleh sebagian besar menteri terkait sebagai anggota DPOD, tetapi diwakilkan kepada staf menteri yang ditunjuk. Hal ini berisiko bahwa keputusan yang diambil dalam sidang DPOD tersebut tidak didasarkan atas pertimbangan yang komprehensif/memadai dari seluruh anggota DPOD yang dianggap mempunyai kompetensi dalam bidang tugasnya.

7.8 Pembentukan DOB, baik yang berasal dari inisiatif Pemerintah maupun berasal dari inisiatif DPR RI, pada dasarnya harus melalui mekanisme sidang DPOD, karena dalam sidang tersebut dilakukan pembahasan mengenai kelayakan usulan pembentukan DOB ditinjau dari berbagai aspek sesuai persyaratan. Penelaahan lebih lanjut atas risalah hasil sidang DPOD, diketahui permasalahan berikut.

• Terdapat beberapa usulan DOB yang telah diterbitkan UU Pembentukannya, meskipun masih dalam proses pembahasan dan/atau belum diputuskan

• Pembentukan 97 DOB tanpa melalui keputusan sidang DPOD yang

mengakibatkan pembentukan beberapa DOB tidak berdasarkan pertimbangan kelayakan yang diputuskan dalam sidang DPOD dan berpotensi menimbulkan adanya praktek-praktek kecurangan dalam pembuatan usulan keputusan pembentukan DOB. Daftar 97 DOB tersebut dapat dilihat pada softcopy LHP terlampir.

7.9 Depdagri dan/atau DPOD tidak mendokumentasikan seluruh proses pemekaran daerah secara memadai. Hal ini terlihat dari permasalahan berikut.

• Depdagri dan DPOD tidak memiliki sistem dan prosedur yang mengatur tata

kelola dokumentasi dan tidak menunjuk pegawai yang secara khusus mengelola dokumen tersebut.

• Depdagri dan DPOD tidak melakukan tata kelola dokumen-dokumen dengan

baik, seperti tidak mengklasifikasikan jenis dokumen, tidak melakukan indeksasi, tidak membuat buku kendali atau buku register arsip, dan tidak menyiapkan secara khusus tempat penyimpanan dokumen-dokumen kegiatan pemekaran daerah.

7.10 Meskipun sejak Tahun 1999 s.d. 2008 sudah terbentuk sebanyak 203 DOB, namun Depdagri belum melakukan evaluasi yang memadai terhadap kinerja DOB, sehingga tidak diketahui tingkat keberhasilan pencapaian kinerja pemekaran daerah, serta tidak ada feed back bagi Depdagri dan/atau DPOD dalam rangka menyikapi usulan pemekaran daerah.

Gambar 5: Pemekaran Provinsi Sulawesi Utara menjadi Sulawesi Utara dan Gorontalo