Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1428 H/2007 M

BAB 3 Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1428 H/2007 M

3.1 BPK telah melakukan pemeriksaan kinerja atas penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1428 H/2007 M. Pemeriksaan kinerja bertujuan untuk menilai apakah perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1428 H/2007 M sudah memadai untuk mencapai efektivitas pelayanan ibadah haji.

3.2 Metodologi pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan kinerja atas penyelenggaraan ibadah haji, adalah sebagai berikut:

• Pendekatan proses yang menggambarkan penyelenggaraan ibadah haji dari awal hingga akhir, baik di Indonesia dan Arab Saudi yang menghasilkan

identifikasi potensi temuan yang didalami pada pemeriksaan terinci; • Untuk menilai efektivitas pelayanan haji, program pemeriksaan

mengembangkan kerangka kriteria pelayanan haji yang baik. Kriteria tersebut disusun dan dikembangkan didasarkan hasil identifikasi BPK pada saat melakukan pemantauan langsung penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1428 H/2007 M dan dikomunikasikan dengan entitas yang diperiksa untuk penyempurnaan; dan

• Untuk memperoleh simpulan hasil pemeriksaan, teknik pemeriksaan diarahkan pada reviu dokumen atas temuan-temuan yang telah diungkapkan

dalam pemeriksaan pendahuluan, melalui wawancara dan pengamatan pasca penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1428 H/2007 M.

Hasil Pemeriksaan

3.3 Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1428 H/2007 M oleh Departemen Agama belum efektif karena adanya permasalahan-permasalahan berikut.

• Belum ditetapkannya SPM yang memadai dan seragam pada setiap embarkasi sehingga pelayanan penyelenggaraan ibadah haji yang meliputi prosedur,

waktu, sarana, dan prasarana bervariasi. Hal ini terlihat dari berbedanya fasilitas yang disediakan oleh embarkasi, proses penanganan dokumen keberangkatan haji, mekanisme penyajian katering, dan pemeriksaan akhir kesehatan.

• Kebijakan strategis pola pemondokan haji Indonesia di Arab Saudi belum dirancang secara komprehensif dan berkesinambungan yang terlihat dari belum tercakupnya seluruh permasalahan penyelenggaraan haji dalam

Rencana Strategis Departemen Agama Tahun 2005-2009. Ketidakjelasan

bersifat reaktif dan kondisional pada pasar pemondokan di Arab Saudi. Hal ini diperburuk dengan lemahnya substansi kontrak pemondokan yang tidak implementatif di lapangan. Selain itu, Departemen Agama belum optimal melakukan upaya-upaya strategis dan sistematis untuk mengurangi dampak kurang tersedianya pemondokan dan ketergantungan terhadap pasar pemondokan di Arab Saudi, terutama mengantisipasi program perluasan Masjidil Haram.

• Pelayanan transportasi belum didukung dengan standar baku yang harus diikuti oleh penyedia transportasi dan petugas lapangan baik untuk

transportasi udara maupun darat. Hal ini diperlemah oleh substansi kontrak yang tidak mengatur secara jelas mengenai teknis transportasi dan standar baku pelayanan yang harus ada pada setiap kegiatan transportasi. Rendahnya dukungan standar pelayanan dan kualitas kontrak mendorong terjadinya kasus-kasus penyediaan transportasi, diantaranya keterlambatan penerbangan, serta penumpukan penumpang dan kelangkaan transportasi darat.

• Evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan ibadah haji belum menyajikan indikator kinerja yang jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan.

Gambar 1: Jamaah Haji Indonesia Menuju Padang Arafah Untuk Melaksanakan Wukuf

3.4 Selain pemeriksaan kinerja atas penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1428H/2007M oleh Departemen Agama, BPK juga melakukan pemeriksaan atas Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji Tahun 1428 H/2007 M oleh Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan.

3.5 Temuan yang perlu mendapat perhatian, diantaranya adalah Sistem Pengendalian Intern operasional Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji dan Pengelolaan Persediaan Obat/Alkes Bidang Kesehatan di Arab Saudi belum cukup memadai. Hal ini diketahui dari tidak adanya laporan akhir pelaksanaan tugas Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Bidang Kesehatan, tidak adanya prosedur verifikasi pengeluaran keuangan, dan tidak adanya pencatatan yang memadai atas saldo persediaan obat dan alat kesehatan, serta tidak pernah dilakukan