Lattar atau Setting

5. Lattar atau Setting

Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini terjadi dalam satu babak saja. Latar atau setting yang ada dalam naskah drama Rambat-Rangkung tidak mengalami banyak perubahan.

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka secara berurutan akan dijabarkan latar yang digunakan dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno santosa.

a. Latar Tempat (1) Dusun Lengkong Dusun Lengkong merupakan tempat dimana para pengikut pangeran Diponegoro mengungsi. Terlihat dalam kutipan : “Nalika tumapaking perang Dipanegara wonten saperangan

pandherek ingkang ngungsi ing dhusun Lengkong, sak kilen lepen Progo utawi sukuning pareden menoreh .” (halaman 1)

Terjemahan :

“Ketika terjadi perang Dipanegara ada beberapa pengikut yang mengungsi di dusun Lengkong,sebelah barat sungai Progo atau lereng

bukit menorah.”

Setting dusun Lengkong juga terlihat dalam kutipan berikut ini : Rangga : O dadi kowe durung padha ngerti aku ki sapa ta,

ditepungake aku iki Bekel Rangga saka Kraton Ngayogya sing dipasrahi bab katentremane desa Nglengkong kene . (halaman 26)

Terjemahan : Rangga : O jadi kalian belum tahu siapa aku, perkenalkan aku Bekel

Rangga dari keraton Yogyakarta yang ditugasi menjaga ketentraman di desa Lengkong ini.

(2) Warung makan Wa Sri dan Rangkung menjadi pemilik sekaligus penjual di warung makan. Warung makan juga menjadi tempat untuk Rambat menyampaikan perasaan cinta kepada Rangkung. Terlihat dalam kutipan :

“…wonten warung sapinggiring margi, Wa Sri saha Rangkung nembe tata-tata daganganipun .” (Halaman 4)

Terjemahan : “…ada warung di pinggir jalan, Wa Sri dan Rangkung baru menata

dagangannya.”

Setting Warung makan juga terlihat dalam petunjuk teknis yang menggambarkan Rambat berpamitan untuk memanggil ayahnya. Terlihat dalam kutipan :

“Rambat ninggalake warunge Wa Sri, banjur kesusul tekane para nom-noman sing kurang tata kramane .” (Halaman 19)

Terjemahan : “Rambat meninggalkan warungnya Wa Sri. Kemudian disusul dengan kedatangan para pemuda yang kurang tata kramanya. ”

Setting warung makan mendominasi dalam naskah drama Rambat- Rangkung . Awal hingga akhir cerita warung makan menjadi setting utama. Karena naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini hanya berjalan dalam satu babak dari awal hingga akhir cerita.

b. Latar Waktu (1) Pagi Hari

Setting pagi hari terlihat dalam petunjuk teknis untuk mengawali cerita yang menggambarkan Wa Sri dan Rangkung sedang menata dagangannya. Terlihat dalam kutipan berikut ini :

“Nedhengipun srengenge gumatel wancinipun tiyang ingkang sami nyambut damel …” (Halaman 4)

Terjemahan : “Matahari terbit waktunya orang-orang untuk bekerja…” Dari kutipan tersebut tersirat terjadi pada pagi hari. Terbitnya matahari

menjadi tanda terjadinya setting pada pagi hari.

(2) Siang hari Setting Siang hari juga terlihat dari percakapan antara tokoh. Kutipannya

adalah : Ganggeng : Nganti awan cah-cah niki wau rak tesih onten mriki

merga dha prei olehe nggarap sawah--- . (halaman 31)

Ganggeng : Sampai siang anak-anak masih ada disini karena libur

bekerja di sawah---.

c. Latar Sosial Latar sosial menggambarkan keadaan masyarakat pada suatu waktu dalam sebuah karya sastra. Latar sosial juga menjadi pendukung tokoh tampil dalam permasalahan dan penyelesaian.

Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa menggambarkan masyarakat pada masa Perang Diponegoro. Hidup di pengungsian merupakan keadaan masyarakat pada naskah drama Rambat- Rangkung . Mereka mengungsi dari penjajahan Belanda.

Hidup dalam pengungsian membuat para tokoh memiliki rasa kebersamaan. Saling tolong-menolong dan kerjasama digambarkan dalam naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa. Sama-sama merasakan penindasan Belanda membuat motivasi dari diri tokoh muncul untuk ikut berperang melawan penjajahan Belanda.