Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung

A. Latar Belakang Penciptaan Naskah Drama Rambat-Rangkung

Karya sastra dan pengarang memiliki suatu hubungan yang erat. Bukan saja hubungan yang menyebabkan timbulnya karya sastra, tetapi merupakan sebuah hubungan yang dapat mencerminkan segi-segi kejiwaan, pandangan sosial, ataupun filsafat hidup yang ada dalam diri pengarang yang terdapat dalam hasil karyanya. Aspek-aspek yang berhubungan dengan diri pengarang perlu untuk diungkapakan, karena kedudukannya memegang peranan yang penting dalam sebuah penelitian sastra.

Pengarang dalam menghasilkan karya-karya sastranya, memiliki suatu kebebasan untuk mengembangkan perasaan, pikiran, dan fantasinya untuk disusun dan diungkapkan hingga menjadi sebuah cerita, cerita itu juga akan dipengaruhi oleh pengalaman dan pandangannya.

Trisno Santosa lahir di Yogyakarta 54 tahun yang lalu. Pada tahun 1982 waktu masih menjadi mahasiswa di jurusan Pedalangan ASKI Surakarta bergabung dengan teater Gapit. Awalnya berperan sebagai dalang dalam naskah Gandrung Kecepit karya Sarwaka Tesar, kemudian ditunjuk sebagai tokoh Pelok dalam naskah Suk Suk Peng menggantikan salah satu pemain Teater Gapit yang terkena sangsi tidak diperbolehkan berkegiatan di lingkungan ASKI Surakarta, dan sejak saat itu nama

“Pelok” melekat seolah-olah menghapus nama aslinya.

Santosa untuk mendukung naskah-naskah karyanya, dalam naskah Rol Trisno ditunjuk sebagai Salamun, Leng sebagai Pak Rebo, Reh sebagai Jana Buntet, Tuk sebagai Lik Bisma, dan Dom sebagai Pak Lakon. Kehadiran Trisno Santosa di teater Gapit juga ikut membantu teman-temannya pada waktu membuat dialog naskah agar lebih Jawani.

Trisno Santosa sejak kecil sudah akrab dengan dunia ketoprak, wayang orang, wayang kulit, dan wayang golek Yogyakarta karena memang cucu seorang dalang wayang golek dari Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta. Dunia panggung di kampung, di tempat orang hajat, maupun acara tujuh belasan adalah medan seni yang ikut membentuknya.

Trisno Santosa sejak kecil juga sudah sering ikut lomba kesenian dan meraih prestasi, diantaranya :

1. Tahun 1972, saat Sekolah Dasar bersama teman-temannya menjadi juara satu karawitan Porseni se-DIY.

2. Tahun 1974 ketika SMP juara tiga Tari Gaya Surakarta Hari Pendidikan Nasional se-DIY.

3. Tahun 1978 menjadi juara satu Tari Gagah Gaya Surakarta pada Porseni se-DIY.

Prestasi Trisno Santosa dalam hal drama baik sebagai penulis, sutradara, maupun pemain juga sangat bagus. Di antaranya :

1. Tahun 1989 menjadi sutradar terbaik dalam festival ketoprak se-Jawa Tengah.

karesidenan Surakarta.

3. Tahun 1995 menjadi Punakawan terbaik di festival WOPA.

4. Tahun 2002 manjadi sutradara dan penulis terbaik lomba sandiwara berbahasa Jawa SLTA se-Jawa Tengah.

5. Tahun 2004 sutradara terbaik festival ketoprak se Jawa Tengah.

6. Tahun 2007 menjadi juara harapan I penulisan naskah Sandiwara berbahasa Jawa se Jawa Tengah. Selain menjadi pengarang drama bahasa Jawa dan sutradara, Trisno Santosa juga menjabat sebagai Dosen di jurusan Seni Pedalangan, Institut Seni Indonesia Surakarta.

Naskah drama Rambat-Rangkung karya Trisno Santosa ini adalah karya fiksi. Asal nama Rambat-Rangkung diambil dari nama gending sekaten. Kedua nama tersebut saling berhubungan yang meyimbolkan akan kebersamaan dan kesetiaan.

Setting atau latar perang Diponegoro digunakan pengarang dalam naskah drama Rambat-Rangkung yang bertempat di lereng bukit Menoreh. Tidak ada alasan khusus kenapa pengarang membuat latar cerita seperti itu. Latar dalam cerita drama Rambat-Rangkung bertujuan untuk membangun struktur dan karakter, bagaimana orang-orang bersikap ketika keadaan di sekitarnya sedang tidak aman.

Problematika percintaan menjadi dasar dalam menciptakan drama Rambat- Rangkung ini. Rasa ketertarikan kepada lawan jenis terkadang hanya melihat dari fisik semata tanpa melihat keadaan seutuhnya. Pengarang melalui drama Rambat- Rangkung ini ingin mengungkapkan cinta yang tulus dan bisa menerima kekurangan Problematika percintaan menjadi dasar dalam menciptakan drama Rambat- Rangkung ini. Rasa ketertarikan kepada lawan jenis terkadang hanya melihat dari fisik semata tanpa melihat keadaan seutuhnya. Pengarang melalui drama Rambat- Rangkung ini ingin mengungkapkan cinta yang tulus dan bisa menerima kekurangan

Pengarang juga menyampaikan pesan moral dalam naskah drama Rambat- Rangkung . Pengarang menyampaikan pesan kepada pemuda untuk tidak menyia- nyiakan waktu. Akan lebih baik jika waktu tersebut digunakan untuk melakukan hal- hal yang positif dan dapat berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.