a. Prinsip-prinsip yang dianut dalam pembentukan organisasi
internasional Agar diakui statusnya di dalam hukum internasional, organisasi
internasional harus memenuhi 3 syarat: 1
Adanya persetujuan internasional seperti instrumen pokok itu akan membuat prinsip-prinsip dan tujuan maupun cara organisasi itu
bekerja. 2
Organisasi internasional haruslah mempunyai paling tidak satu badan.
Organisasi internasional haruslah dibentuk di bawah hukum internasional. Persetujuan internasional instrumen pokok biasanya
dilaksanakan di bawah hukum internasional sesuai ketentuan-ketentuan dalam hukum perjanjian
13
Pertikaian atau sengketa, keduanya adalah yang dipergunakan secara bergantian dan merupakan terjemahan dari “dispute”. John G. Merrils
memahami persengketaan sebagai terjadinya perbedaan pemahaman akan suatu keadaan atau obyek yang diikuti oleh pengklaim oleh satu pihak dan
penolakan di pihak lain. Karena itu, sengketa internasional adalah .
B. Tinjauan Umum Tentang Penyelesaian Sengketa Internasional
1. Pengertian sengketa internasional
13
Ibid.hlm:131-134
perselisihan yang tidak secara eksklusif melibatkan negara, dan memiliki konsekuensi pada lingkup internasional
14
Menurut Mahkamah Internasional, sengketa internasional adalah suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang bertentangan
mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam perjanjian
15
a. Macam-macam sengketa internasional
. Sengketa antar negara internasional dapat merupakan sengketa yang tidak dapat mempengaruhi kehidupan internasional dan dapat
pula merupakan sengketa yang mengancam perdamaian dan ketertiban internasional.
Sengketa internasional ada dua macam, diantaranya
16
1 Sengketa politik
:
Sengketa politik adalah sengketa ketika suatu negara mendasarkan tuntutan tidak atas pertimbangan yurisdiksi melainkan atas dasar
politik atau kepentingan lainnya. Sengketa yang tidak bersifat hukum ini penyelesaiannya secara politik. Keputusan yang diambil
dalam penyelesaian politik hanya berbentuk usul-usul yang tidak mengikat negara yang bersengketa. Usul tersebut tetap
14
Jawahir Tantowi dan Pranoto Iskandar.Hukum Internasional Kontemporer.Bandung:PT.RefikaAditama.hlm:224
15
Huala Adolf.Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional.Jakarta:Sinar Grafika.hlm:2
16
Boer Mauna2003.Pengertian,Peranan dan Fungsi Hukum Internasional dalam era Dinamika Global.Bandung:PT.Alumni.hlm:188-189
mengutamakan kedaulatan negara yang bersengketa dan tidak harus mendasarkan pada ketentuan hukum yang diambil.
2 Sengketa hukum
Sengketa hukum yaitu sengketa dimana suatu negara mendasarkan sengketa atau tuntutannya atas ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam suatu perjanjian atau yang telah diakui oleh hukum internasional. Keputusan yang diambil dalam penyelesaian
sengketa secara hukum punya sifat yang memaksa kedaulatan negara yang bersengketa. Hal ini disebabkan keputusan yang
diambil hanya berdasarkan atas prinsip-prinsip hukum internasional.
b. Mekanisme penyelesaian sengketa internasional
J.G Starke menggolongkan mekanisme penyelesaian sengketa ke dalam dua kategori;
1 Cara-cara penyelesaian damai, yaitu apabila para pihak telah dapat
menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat.
Cara-cara penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan, yaitu apabila solusi yang dipakai atau dikenakan adalah melalui kekerasan
17
Adapun di bawah ini akan dibahas mesing-masing golongan tersebut diatas:
17
J.G Starke,2001.Pengantar Hukum Internasional 2,terjemahaan dari Bambang Iriana Djajaatmadja dari Inroduction to International Law1989.Jakarta:Sinar Grafika.hlm:646
1 Cara-cara penyelesaian secara damai:
Pada Piagam PBB Pasal 3 1 mengatakan bahwa: “Pihak-pihak yang tersangkut dalam suatu sengketa yang terus
menerus yang mungkin membahayakan terpeliharanya perdamaian dan keamanan internasional, pertama-tama harus
mencari penyelesaian melalui negosiasi, penyidikan, dengan peraturan, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian menurut hukum,
melalui badan-badan atau perjanjian setempat, atau dengan cara damai lain yang dipilih sendiri.”
Berdasarkan Piagam PBB tersebut diatas, maka penyelesaian sengketa secara damai dapat dibagi menjadi 3:
i. Melalui jalur diplomatik non yurisdiksional
a Negosiasi
Menurut Huala Adolf, negosiasi adalah perundingan yang diadakan secara langsung antara para pihak dengan tujuan untuk mencari penyelesaian
melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga. Dialog tersebut biasanya lebih banyak diwarnai pertimbangan politis atau argumen hukum. Namun demikian,
dalam proses negosiasi atau dialog tersebut, adakalanya argumen-argumen hukum cukup banyak berfungsi memperkuat kedudukan para pihak. Manakala
proses ini berhasil, hasilnya biasanya dituangkan dalam suatu dokumen yang
memberinya kekuatan hukum. Misalnya hasil kesepakatan negosiasi yang dituangkan dalam bentuk suatu dokumen perjanjian perdamaian.
18
Konsiliasi menurut The Institue of International Law melalui Regulations on the Procedure of International Concilition yang diadopsi pada
tahun 1961 dalam Pasal 1 dinyatakan sebagai suatu metode penyelesaian pertikaian bersifat intenasional dalam suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-
pihak, baik sifatnya permanen atau sementara berkaitan dengan proses penyelesaian pertikaian
b.Konsiliasi
19
Mediasi atau perantaraan merupakan negosiasi tambahan, tapi dengan mediator atau perantara sebagai pihak yang aktif, mempunyai wewenang, dan
memang diharapkan, untuk mengajukan proposalnya sendiri dan menafsirkan, juga menyerahkan, masing-masing proposal satu pihak pada pihak lain
.
c. Mediasi
20
18
Huala Adolf,Op.Cit.hlm:26-27
19
Jawahir Tantowi dan Pranoto Iskandar.Op.Cit.hlm:229
20
J.GMerrills.Penyelesaian Sengketa Internasional.Terjemahan Achmad FauzanInternasional Dispute Settlement.Bandung:Trasito.hlm:21
.
d Organisasi internasional PBB
Menurut Huala Adolf, S.H ada 4 kelompok tindakan PBB dalam menciptakan perdamaian dan keamanan internasional. Keempat
kelompok tindakan tersebut adalah sebagai berikut: 1
Preventive Diplomacy Adalah suatu tindakan untuk mencegah timbulnya
suatu sengketa di antara para pihak, mencegah meluasnya suatu sengketa, atau membatasi perluasan suatu sengketa.
Cara ini dapat dilakukan oleh sekjen PBB, DK, Majelis Umum, atau oleh organisasi-organisasi internasional
bekerja sama dengan PBB. 2
Peace Making Adalah tindakan untuk membawa para pihak yang
bersengketa untuk saling sepakat, khususnya melalui cara-cara damai seperti terdapat dalam Bab VI Piagam
PBB. Tujuan PBB dalam hal ini berada di antara tugas mencegah konflik dan menjaga perdamaian.
3 Peace Keeping
Adalah tindakan untuk mengerahkan kehadiran PBB dalam pemeliharaan perdamaian dengan
kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Biasanya
PBB mengirimkan personel militer, polisi PBB, dan personel sipil.
4 Peace Building
Adalah tindakan untuk mengidentifikasi dan mendukung struktur-struktur yang ada guna memperkuat
perdamaian untuk mencegah suatu konflik yang telah didamaikan berubah kembali menjadi konflik. Cara ini
bisa berupa proyek kerja sama konkret yang menghubungkan dua atau lebih negara yang
menguntungkan di antara mereka. Disamping keempat hal tersebut, ada istilah
Peace Enforcement penegakan perdamaian. Yang dimaksud dengan istilah ini adalah wewenang DK
berdasarkan Piagam untuk menentukan adanya suatu tindakan yang merupakan ancaman terhadap perdamaian
atau adanya suatu agresi. Dalam menghadapi situasi seperti ini, Dewan berwenang memutuskan penerapan
sanksi ekonomi, politik, atau militer.
Loekito Santoso berpendapat bahwa pada taraf perdamaian, maka jalan terbaik adalah melibatkan PBB sebagai forum perdamaian
internasional serta memberikan kesempatan untuk menjadi penengah
21
ii. Melalui jalur litigasi yurisdiksional
.
a Arbitrase internasional
Arbitrase merupakan cara penyelesaian yang telah dikenal jauh di masa lampau. Pengaturan arbitrase baru mulai pada tahun 1794, yakni
ketika ditetapkan Perjanjian internasional Jay antara Amerika Serikat dan Inggris. Arbitrase adalah suatu cara penyelesaian sengketa dengan
cara mengajukan sengketa kepada orang-orang tertentu, yang dipilih secara bebas oleh pihak-pihak yyang bersengketa untuk memutuskan
sengketa tersebut
22
Arbitrase bisa mendasarkan keputusannya pada ketentuan hukum atau juga mendasarkan pada kepantasan dan kebaikan. Pihak yang diberi
kepercayaan untuk menyelenggarakan ini disebut arbitator, yang bisa dibentuk berdasarkan persetujuan khusus dari pihak-pihak yang
bersengketa atau melalui perjanjian arbitrase yang ada. Kesepakatan arbitrase lazim disebut compromis
.
23
21Loekito Santoso.1986.Orde Perdamaian Memecahkan Masalah Perang Penjelajah Polemologik.Jakarta:UI Pres.hlm:29
F.Sugeng Istanto.Hukum Internasional.Yogyakarta:Universitas Atmadjaya Yogyakarta.hlm:92
23
Soemaryo Suryokusumo.OpCit.hlm :10
.
a Pengadilan internasional
Pengadilan internasional yaitu penyelesaian masalah dengan menerapkan ketentuan hukum oleh badan-badan
pengadilan internasional yang dibentuk secara teratur. Pengadilan internasional dapat dilakukan oleh Mahkamah
Internasional karena merupakan satu-satunya pengadilan tetap yang dapat digunakan dalam masyarakat internasional.
Pengadilan internasional juga dapat digunakan oleh badan lain berdasar persetujuan pihak-pihak yang bersengketa.
Pengadilan internasional merupakan sebuah lembaga hukum yang sebelumnya suatu negara dapat dengan permohonan secara unilateral
membawa persengketaannya dengan negara lain dan memangggilnya untuk hadir di depan pengadilan tanpa terlebih dulu mencapai persetujuan
tentang susunan pengadilan dan masalah yang akan diajukan dan menyatakan bahwa negara lain telah menerima yurisdiksi dari pengadilan
yang bersangkutan
24
iii.Melalui Organisasi internasional regional .
Organisasi-organisasi atau Badan-Badan regional yang berfungsi memelihara perdamaian dan keamanan di wilayah tertentu umumnya
24
Rebecca M.M.Wallace.Hukum Internasional,terjemahan Bambang Arumnadi International Law.Semarang:IKIP Semarang.hlm:281
memiliki mekanisme tersendiri dalam menyelesaikan sengketa internasional di antara para anggotanya.
2 Cara-cara penyelesaian secara kekerasan
Prinsip-prinsip cara penyelesaian melalui kekerasan menurut JG. Starke adalah:
a Perang dan tindakan bersenjata non perang
Keseluruhan tujuan dari perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat
penyelesaian di mana negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternatif lain selain mematuhinya.
b Retorsi
Retorsi adalah istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan tidak pantas atau tidak
patut dari negara lain, balas dendam tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat di dalam
konferensi negara yang kehormatannya dihina; misalnya merenggangnya hubungan diplomatik, pencabutan privilege-
privilege diplomatik, atau penarikan diri dari konsesi-konsesi fiskal dan bea.
c Tindakan pembalasan
Pembalasan adalah metode-metode yang dipakai oleh negara- negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti rugi dari
negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya pembalasan.
d Blokade damai
Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai. Kadang-kadang digolongkan sebagai suatu pembalasan,
tindakan itu pada umumnya ditujukan untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk menaati permintaan ganti rugi kerugian
yang diderita oleh negara yang memblokade
25
e Intervensi
.
Menurut piagam PBB Pasal 2 ayat 4, intervensi tidak boleh berkembang menjadi ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap
intergrasi teritorial atau kemerdekaan politik negara-negara manapun
26
Berdirinya PBB diawali dengan kegagalan Liga Bangsa-Bangsa mencegah Perang Dunia Ke-2. Kegagalan tersebut mendorong negara-
negara sekutu pada tahun 1941 membentuk suatu organisasi publik negara- negara untuk mencapai suatu sistem kolektif yang dapat melindungi
masyarakat internasional dari bencana perang. Organisasi tersebut diberi nama “The United Nations” dan pada tahun 1943 Deklarasi Moskow
.
C . Tinjauan Tentang PBBPerserikatan Bangsa - Bangsa
1. Sejarah berdirinya PBB
25
J.G Starke.Op.Cit,hlm:679-683
26
Ibid.hlm:137
mengakui “perlunya mendirikan suatu organisasi internasional publik yang dapat bekerja dalam waktu segera, yang didasarkan atas prinsip persamaan
kedaulatan dari seluruh negara cinta damai, besar maupun kecil, untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional”. Formulasi suatu
rencana pasti bagi sebuah organisasi diperbaharui dalam beberapa tahap, di Teheran tahun 1943, di Dumbarton Oaks tahun 1944, di Yalta tahun 1945
dan akhirnya dalam Konferensi San Fransisco tanggal 25 April sampai 26 Juni tahun 1945 dimana 50 pemerintah, dengan dasar proposal Dumbarton
Oaks yang dipersiapkan oleh empat negara sponsor, bersama-sama menyusun Charter of The United NationsPiagam PBB
27
27
D.W.Bowett.Hukum Organisasi Internasional,terjemahan:Bambang Irianan DjajaatmadjaThe Law Of International Instituonal.Jakarta:Sinar Grafika.hlm:30
.Piagam tersebut dirancang atas usul yang disusun oleh wakil-wakil dari Tiongkok,
Perancis, Uni Sovyet, Inggris Raya, dan Amerika Serikat. Dengan berdirinya PBB, maka muncullah satu kerangka kerja untuk
kerjasama internasional dalam satu skala yang belum pernah ada sebelumnya dalam sejarah. Lima dasawarsa kemudian keanggotaan
organisasi dunia tersebut telah menjadi tiga kali lipat. Untuk merayakan berdirinya PBB pada tahun 1945, hari PBB diperingati setiap tahun pada
tanggal 24 Oktober, ketika piagam PBB telah diratifikasi oleh Tiongkok, Perancis, Uni Sovyet, Inggris Raya, Amerika Serikat dan negara-negara
penting lainnya.
b. Dasar dan tujuan PBB
Dasar dan tujuan PBB tercantum dalam Pasal 1 Piagam PBB, yaitu:
1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional dan untuk
tujuan itu diadakan tindakan-tindakan bersama yang tepat untuk mencegah dan melenyapkan ancaman-ancaman bagi perdamian,
dan meniadakan tindakan-tindakan penyerangan ataupun tindakan lainnya yang mengganggu perdamian, dan akan menyelesaikannya
dengan jalan damai, dan sesuai dengan asas-asas keadilan dan hukum internasional, mengatur atau menyelesaikan pertikaian-
pertikaian internasional atau keadaan-keadaan yang dapat mengganggu perdamaian;
2. Memajukan hubungan persahabatan
antara bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas asas-asas persamaan hak dan hak
bangsa-bangsa untuk menentukan nasib sendiri dan mengambil tindakan-tindakan lain yang tepat untuk memperteguh perdamaian
dunia; 3.
Mewujudkan kerjasama internasional dalam memecahkan persoalan-persoalan internasional di lapangan ekonomi, sosial,
kebudayaan, atau yang bersifat kemanusiaan, dan berusaha serta menganjurkan adanya penghargaan terhadap hak-hak manusia dan
kebebasan-kebebasan dasar bagi semua umat manusia tanpa membedakan bangsa, jenis, bahasa, atau agama; dan
4. Menjadi pusat bagi menyelaraskan segala tindakan-tindakan
bangsa-bangsa dalam mencapai tujuan bersama tersebut. c.
Prinsip-Prinsip PBB dalam pemeliharaan perdamaian Dalam kaitannya dengan usaha-usaha pemeliharaan
perdamaian dan keamanan internasional, PBB telah meletakkan lima prinsip dalam piagamnya:
1 Prinsip untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara
damai Piagam PBB memberikan ketentuan-ketentuan mengenai langkah-
langkah apa yang harus diikuti oleh negara, baik sebagai negara maupun bukan anggota PBB apabila terlibat di dalam suatu perselisihan. Apabila
perselisihan itu sedemikian rupa tidak dapat diselesaikan, maka pihak yang bersengketa atau setiap anggota PBB ataupun Sekjen PBB dapat membawa
masalahnya kepada DK atau Majelis Umum PBB. 2
Prinsip untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan Pasal 2 ayat 4 Piagam PBB meletakkan salah satu prinsip dasar
PBB. Sebagai organisasi yang dibentuk untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, keberhasilan PBB sangat tergantung dari sejauh
mana para anggotanya menjunjung tinggi prinsip dasar tersebut dan sejauh
mana pula badan-badannya berfungsi secara efektif dalam memikul tangung jawab untuk untuk mencapai tujuan itu.
3 Prinsip mengenai tanggung jawab untuk menentukan adanya
ancaman Piagam PBB dalam pengenaan sanksi-sanksi lebih selektif dan
lebih bersifat politis, di mana Piagam menempatkan DK sebagai suatu badan politik. Ini tercermin di dalam tanggung jawabnya dalam
menentukan, apakah sesuatu keadaan merupakan ancaman bagi perdamaian, pelanggaran perdamaian atau memang agresi, di mana DK akan menentukan
langkah-langkah yang akan diambilnya. 4
Prinsip mengenai pengaturan persenjataan Salah satu tanggung jawab yang diletakkan oleh piagam adalah
bagaimana merumuskan rencana membuat suatu sistem untuk mengatur persenjataan yang dapat dipertimbangkan oleh para anggota PBB, dengan
Komisi Staf Militer dalam rangka Pasal 26. Masalah persenjataan diangggap oleh penyusun piagam sebagai salah satu pendekatan subsider untuk
pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. 5
Prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan dan kerjasama internasional
Bagian pokok dari kegiatan keseluruhan PBB di bidang perdamian dan keamanan telah menimbulkan pengembangan terhadap prinsip-prinsip
umum, aturan dan tata cara. Kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab
khusus dan sumbangan Majelis Umum PBB, yang menurut ketentuan piagam merupakan badan yang diberikan tanggung jawab untuk menangani
“prinsip-prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan dan perdamaian internasional”, “meningkatkan kerjasama internasional di
bidang politik”, dan “mendorong perkembangan kemajuan hukum internasional beserta kodifikasinya”
28
d. Dewan Keamanan DK sebagai salah satu organ PBB
.
Safril Djamain dalam bukunya berjudul “Mengenal Lebih Jauh PBB dan Negara-Negara di Dunia” menjelaskan bahwa DK adalah
badan pelaksana yang bertanggung jawab atas keamanan dan perdamaian dunia.
• Anggota DK
Anggota DK semula terdiri dari atas lima anggota tetap Amerika Serikat, Uni Sovyet, Inggris, Perancis,
Cina dan enam anggota tidak tetap. Anggota tak tetap dipilih oleh Majelis Umum. Dengan amandemen yang
mulai berlaku 31 Agustus tahun 1965, jumlah anggota DK diubah menjadi lima anggota tetap Amerika Serikat, Uni
Sovyet, Inggris, Perancis, Cina dan sepuluh anggota tidak tetap. Jadi, sampai sekarang jumlah anggota DK seluruhnya
ada 15 negara.
28
Soemaryo Suryokusumo,Op.Cit.hlm:9-19
• Masa jabatan DK
Anggota tidak tetap DK dipilih untuk masa jabatan dua tahun. Ketua DK dijabat bergilir oleh anggota untuk
masa jabatan masing-masing satu bulan. •
Hak dan kewajiban DK 1
Menyelidiki perselisihan atau ketegangan yang terjadi antara negara-negara yang berselisih.
2 Membuat keputusan-keputusan yang sesuai dengan
Piagam PBB harus dipatuhi oleh seluruh anggota, karena para anggota telah mempercayakan sepenuhnya
perdamaian dan keamanan dunia kepada DK. 3
Mengupayakan penyelesaian perselisihan dengan cara damai melalui:
o Perundingan, dalam hal ini biasanya ditempuh
dengan jalan diplomasi. o
Panitia penyelidik, untuk menetapkan kemungkinan menghilangkan sebab-sebab pertikaian.
o Panitia perdamaian, dibentuk oleh panitia
internasional yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang bersengketa untuk menghasilkan persetujuan yang
dapat diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
o Perantaraan atau jasa-jasa baik, yaitu suatu negara
atau komisi atau tokoh yang ditunjuk dan disetujui kedua pihak yang bersengketa untuk mempercepat
tercapainya perdamaian. 4
Penyelesaian perselisihan dengan cara paksaan hukum atas persetujuan yang telah dicapai.
Perwasitan atau arbitase: masing-masing pihak menyatakan kesediaan untuk melaksanakan keputusan
perdamaian melalui arbitration atau pengadilan arbitrase.
5 Mengambil tindakan-tindakan terhadap ancaman
perdamaian.
Mengeluarkan perintah penghentian tembak- menembak bila sengketa telah menjurus kepada
peperangan dan mencegah kemungkinan meluasnya ke daerah lain.
Melakukan tindakan-tindakan atau langkah-langkah
pemaksaan berupa tindakan militer, pengenaan sanksi ekonomi, embargo atau lainnya.
Mengirimkan pasukan pemelihara perdamaian ke
daerah sengketa. 6
Bersama majelis umum PBB, DK memilih anggota hakim-hakim Mahkamah Internasional.
• Dalam melaksanakan tugasnya, DK dibantu oleh:
1. Panitia staf militer
2. Panitia perlucutan senjata
3. Pasukan PBB
• Hak istimewa
Anggota tetap DK mempunyai hak istimewa, yaitu hak veto hak menolakmembatalkan keputusan. Dalam sidang dewan kemanan berlaku
ketentuan bahwa setiap anggota mempunyai satu suara. Keputusan diambil berdasarkan sekurang-kurangnya sembilan suara setuju dari 15 anggota.
Untuk keputusan-keputusan yang penting berlaku pula ketentuan seperti tersebut di atas dengan catatan bahwa dari sembilan suara termasuk suara
setuju kelima anggota tetap. Kalau salah satu dari kelima anggota tetap tidak setuju, maka keputusan tiak dapat dibuat. Hak kelima anggota tetap
tersebut disebut hak veto. Bila salah satu anggota tetap bersikap abstain atau tidak memberikan suara, berarti tidak mendukung tetapi juga tidak
menghalangi pelaksanaan keputusan DK dengan hak vetonya
29
Menurut D.W. Bowett Q.C.LL.D., dalam memberikan kepada DK “tanggung jawab untuk memelihara perdamaian dan keamanan
internasional”, para anggota organisasi bersepakat bahwa Dewan “bertindak atas nama mereka”. Karenanya Dewan bertindak sebagai wakil
seluruh anggota dan tidak terbebas dari kehendak-kehendak mereka; .
29
Safril Djamin.Mengenal Lebih Jauh PBB dan Negara – Negara di Dunia.Klaten:PT.Intan Pariwara.hlm:18-20
selanjutnya ia pun terikat oleh tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip organisasi, sehingga pada prinsipnya, ia pun dapat bertindak sewenang-wenang dan
tidak terkekang oleh pembatasan-pembatasan
30
30
D.W.Bowett.Op.Cit.hlm:41-42
.
BAB III GAMBARAN UMUM
A. SejarahGambaran Umum tentang Badan Atom InternasionalIAEA dan Gambaran Umum tentang Nuklir