Implikasi Tindakan DK PBB Menyikapi Kasus Nuklir Iran Terhadap

C. Implikasi Tindakan DK PBB Menyikapi Kasus Nuklir Iran Terhadap

Perdamaian Dunia Adanya berbagai hambatan yang dialami oleh DK PBB dalam menyikapi kasus nuklir tersebut menjadikan kasus ini akan semakin rumit dan menambah daftar panjang permasalahan global khususnya di kawasan Timur Tengah yang selama ini sering bergejolak. DK PBB semakin dihadapkan pada kondisi yang sulit terlebih bila permasalahan tersebut justru sering diakibatkan oleh ulah dari anggotanya sendiri. Pada awalnya, kasus nuklir Iran menggambarkan konflik dan pergolakan antara Iran dan negara-negara Barat mengenai dugaan pembuatan senjata nuklir yang dihasilkan melalui program nuklir Iran. Namun sesungguhnya, kasus ini berakar pada perbedaan yang sangat tajam dan serius menyangkut kepentingan Iran dan Amerika Serikat. Setelah meletusnya Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, Iran memiliki kebijakan Islam yang radikal dan berusaha menjadi pusat kekuatan di kawasan Timur Tengah. Tentu saja kebijakan tersebut mempengaruhi kepentingan utama dan merusak startegi Amerika Serikat di kawasan. Menurut Xu Lingen 2005 dalam makalahnya berjudul Awal Mula dan Perkembangan Masalah Nuklir Iran dan Prospek Penyelesaiannya, ada 5 alasan utama kebijakan pemerintah Amerika Serikat terhadap Iran, yaitu: 1. Menjaga strategi geopolitik Amerika Serikat. 2. Menjaga kepentingan minyak Amerika Serikat yang besar di Timur Tengah. 3. Melanjutkan perang melawan teror 4. Mengejar inisiatif besar timur tengah 5. Menghadapi kekacauan di Irak saat ini Kelima alasan utama menurut Xu Lingen tersebut dianalisis Penulis sebagai berikut: 1. Menjaga strategi geopolitik Amerika Serikat Pasca Revolusi Islam, Iran menjelma sebagai salah satu kekuatan utama di Timur Tengah dengan didukung oleh loyalitas seluruh rakyatnya dibawah kepemimpinan para Mullah Islam Syiah. Posisi geografis Iran juga sangat strategis karena terletak bersebelahan dengan kawasan Asia Tengah dan Asia Selatan. Iran juga berada diantara negara-negara kaya minyak dan juga dekat dengan benua Eropa yang hanya dipisahkan oleh Laut Kaspia. Kondisi inilah yang membuat Amerika Serikat dapat mengontrol Iran karena hal tersebut secara efektif juga akan dapat mengontrol Timur Tengah yang terhubung dengan wilayah Eurasia dan membantu memperkuat hegemoni globalnya. 2. Menjaga kepentingan minyak Amerika Serikat yang besar di Timur Tengah Iran merupakan negara penghasil minyak mentah terbesar keempat di dunia, terhubung dengan dua tempat persediaan global, yaitu Teluk Persia dan Laut Kaspia. Jika Amerika Serikat memperoleh kontrol atas Iran, Amerika Serikat tidak hanya mengontrol sumber minyak di wilayah teluk, tapi juga memuluskan jalan untuk menguasai sumber minyak di Laut Kaspia. Sebelumnya, Amerika Serikat berhasil menguasai Irak melalui invasi militernya dimana Irak merupakan negara penghasil minyak terbesar keempat dunia. Perusahaan-perusahaan multinasional minyak Amerika Serikat juga sudah banyak bekerja sama dan menguasai hampir seluruh negara-negara Arab di Timur Tengah. 3. Melanjutkan perang melawan Teror Pasca 11 September, kawasan Timur Tengah menjadi kawasan utama Amerika Serikat dalam perang melawan teror dimulai dengan serangan Amerika Serikat ke Afghanistan berbatasan dengan Iran di sebelah timur dengan dalih untuk menumpas kelompok teroris Al Qaeda. Selanjutnya, serangan tersebut meluas ke Irak berbatasan dengan Iran di sebelah barat. Amerika Serikat juga menuduh bahwa Iran memiliki hubungan dengan Hizbullah di Lebanon yang dapat mengancam eksistensi Israel di Timur Tengah. Selama ini Iran dan Suriah diyakini memang sebagai pendukung utama Hizbullah baik dari segi moril maupun material terlebih Hizbullah sama-sama merupakan pengikut Syiah yang juga mayoritas diikuti rakyat Iran dan Suriah. Sewaktu kampanye pemilihan presiden AS tahun 2004 lalu, pada tanggal 19 Juli 2004, George W Bush sempat mengeluarkan pernyataan kontroversial dengan menegaskan pemerintahannya akan tetap menggali kenyataan, apakah Iran terlibat dalam serangan teroris Al Qaeda ke New York dan Washington tanggal 11 September 2001 78 4. Mengejar inisiatif besar timur tengah . Pernyataan yang dikeluarkan tanggal 19 Juli 2004 lalu tersebut jelas memperlihatkan Bush ingin mencitrakan diri sebagai kampiun gerakan perlawanan terhadap bahaya terorisme. Amerika Serikat pernah mempertimbangkan rencana perubahan demokrasi Timur Tengah Raya sebelum dan sesudah Perang Irak tahun 2003, rencana itu dikemukakan secara resmi oleh Presiden George W. Bush dalam pidato kenegaraannya pada tahun 2004. Inti dari konsep tersebut adalah mengubah Timur Tengah dengan cara demokrasi dan mewujudkan perdamaian di bawah pimpinan AS di Timur Tengah, guna menjamin strategisnya dan kepentingan minyaknya di Timur Tengah. Namun pasca perang Hizbullah dengan Israel pada Juli-Agustus 2006 lalu yang diakhiri dengan kememangan Hizbullah, Amerika Serikat, melalui Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice, mengemukakan konsep “Timur Tengah Baru” sebagai pengganti konsep “Timur Tengah Raya” sebelumnya. Menurut rancangan Timur Tengah Baru , AS berkeinginan mewujudkan tujuannya untuk memukul Hizbullah, memperlemah Suriah, mengisolasi Iran melalui Israel dan menyingkirkan rintangan utama dalam upaya merealisasi “Timur Tengah Raya” 79 Pernyataan tersebut secara jelas mengindikasikan bahwa tidak ada iktikad baik dari Pemerintah Amerika Serikat untuk berdamai dengan Iran sebelum terwujudnya konsep “Timur Tengah Raya” yang telah direncanakan semula. Iran . 78 http:kompas.comkompas-cetak040722opini1163511.htm 79 http:indonesian.cri.cn120060801147417.htm dianggap sebagai penghalang yang harus segera disingkirkan. Oleh sebab itulah Amerika Serikat menyebut Iran sebagai salah satu negara Poros Setan dan mengambil kesempatan untuk memperbesar masalah nuklir Iran, mencoba untuk menekan Iran bukan hanya agar meninggalkan program nuklirnya namun juga melemahkan kekuatannya. 5. Menghadapi kekacauan di Irak saat ini Pasca invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003 lalu, situasi di Irak justru menjadi semakin kacau. Pemerintahan boneka Irak buatan Amerika Serikat pada akhirnya tidak mampu untuk mencegah pecahnya perang saudara dan etnis khususnya antara Syiah melawan Sunni di Irak. Dunia internasional bahkan rakyat Amerika Serikat sendiri mulai mengecam kebijakan George Bush menginvasi dan mengirim pasukannya ke Irak yang pada akhirnya menewaskan 3.000 lebih tentaranya. Di tengah kecaman tesebut, pemerintah Amerika Serikat mencoba mengalihkan perhatian dunia melalui isu nuklir Iran dan menuduh Iran berada di balik perang saudara Irak dengan mendukung sepenuhnya kaum Syiah di Irak. Di dalam laporan Departemen Pertahanan AS kepada Kongres pada hari Senin tanggal 25 Desember 2006, disebutkan bahwa Iran bersama dengan Suriah telah mengganggu proses politik Irak dengan mendukung kekuatan antipemerintah dan antikoalisi. Laporan tertulis Pentagon itu tersebut menyebutkan bahwa tugas penting dan tantangan terbesar saat ini adalah menghentikan penyelundupan materi dan anggota kelompok perlawanan asing ke dalam wilayah Irak 80 Pada tanggal 11 Februari 2007, pakar pertahanan, pejabat pertahanan, dan seorang ahli bahan peledak Amerika Serikat memberikan keterangan kepada wartawan bahwa 170 anggota tentara koalisi tewas akibat bom di pinggir jalan buatan Iran yang dikenal sebagai Explosively Formed Penetrators EFP yang diselundupkan ke Irak. Jenis EFP itu sanggup menembus tank jenis Abraham. Selain EFP, ketiga sumber itu juga menunjukkan daftar senjata dan sisa-sisa senjata buatan Iran lainnya yang ditemukan, seperti sisa ekor bom mortir sepanjang 81 milimeter dan 60 milimeter . 81 Pada tanggal 16 Februari 2007, George Bush menyebutkan bahwa Iran memasok persenjataan bagi kelompok perlawanan di Irak untuk menyerang pasukan AS. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates bahwa Pasukan Qods, cabang elite dari Garda Revolusi, telah melatih kelompok perlawanan Irak dan memasok mereka dengan persenjataan . 82 Berbagai penjelasan mengenai kebijakan Amerika Serikat terhadap Iran di atas setidaknya dapat menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan Amerika Serikat akan mengulangi kesekian kalinya untuk menyerang negara lain dengan dalih tertentu apalagi jika Iran menolak menghentikan program nuklirnya seperti yang diperintahkan dalam Resolusi 1737. Akhir-akhir ini muncul bocoran . 80 http:www.kompas.comkompas-cetak061227ln3198449.htm 81 http:www.kompas.com 82 Logcit http:www.kompas.com informasi mengenai persiapan AS untuk menyerang Iran. Hal itu dianggap sebagai bagian dari perang urat saraf yang digencarkan AS terhadap Iran. Pakar strategi Mesir, Letjen purnawirawan Talaat Musallam, mengatakan, Amerika Serikat bisa melakukan serangan udara, laut, dan operasi pasukan khusus didukung peralatan elektronik canggih. Amerika Serikat dapat menggunakan kapal induk dan kapal selam untuk meluncurkan rudal. Israel dalam batas tertentu kemungkinan juga akan ikut dalam serangan. Ia menegaskan bahwa serangan Amerika Serikat harus bisa melumpuhkan senjata antiserangan udara dan pusat komando Iran. Pemimpin redaksi Arab Times, Ahmad al-Jarallah dalam artikelnya yang dimuat situs CounterCurrents.org edisi hari Senin tanggal 15 Januari 2007 mengutip seorang sumber yang bisa dipercaya, yang mengungkapkan bahwa baru- baru ini Presiden Bush melakukan pertemuan dengan wakil presiden Dick Cheney, Menteri Pertahanan Robert Gates, Menlu Condoleezza Rice dan sejumlah asistennya di Gedung Putih, untuk membahas detil rencana serangan ke Iran. Amerika Serikat rencananya akan melakukan serangan ke Iran dari laut dan menyiapkan rudal-rudal Patriotnya untuk menjaga negara-negara penghasil minyak yang bertetangga dengan Iran 83 Ancaman serangan militer terhadap Iran tidak hanya datang dari Amerika Serikat saja, namun juga Israel sebagai sekutu terdekat Amerika Serikat di Timur Tengah. Pada hari Selasa tanggal 13 Februari 2007 Menteri Urusan Strategis Israel Avigdor Lieberman menyatakan dalam sebuah wawancara radio bahwa . 83 http:ressay.wordpress.com20070115as-akan-serang-iran-sebelum-april-2007 Israel tidak tertutup kemungkinan menyerang fasilitas nuklir Iran karena Tel Aviv tak bisa bersabar dan berdiam diri menyaksikan Iran membangun persenjataan nuklir. Ia juga mengatakan bahwa Israel akan menghadapi Iran sendirian karena Israel tak mungkin berpangku tangan menunggu Iran mengembangkan senjata nonkonvensional 84 Di sisi lain, kemenangan Hizbullah dalam pertempuran tersebut membawa efek domino yang memberi inspirasi dan memacu semangat baru pada musuh- musuh Amerika Serikat dan Israel di Timur Tengah. Iran yang muncul sebagai kekuatan baru menggantikan Irak pasca tumbangnya Saddam Husein mengalami . Pasca kekalahan Israel pada perang melawan Hizbullah di Lebanon bulan Juli-Agustus 2006 lalu, Israel justru semakin berkeinginan menyerang Iran. Alasan rencana penyerangan tersebut tentu saja didasarkan pada ketakutan Israel pada kekuatan Iran yang dapat mengancam keberadaan Israel. Negara ini memang telah merasakannya secara tidak langsung melalui kekuatan Hizbullah yang mampu menahan gempuran Israel selama 34 hari berlangsungnya perang. Hizbullah mampu membuat pasukan Israel gugup ketika harus menghadapi serangan roket dan rudal milik Hizbullah yang menjadi andalannya dalam peperangan tersebut. Kegagalan serbuan Israel menumpas gerilyawan Hizbullah membuat Israel dan Amerika Serikat sebagai pendukung setia Israel semakin gamang. Kedua negara tersebut langsung menuding Iran dan juga Suriah sebagai pendukung utama bagi persenjataan dan keuangan sehingga Hizbullah sanggup menghadapi serbuan Israel. 84 http:www.kompas.com eforia dan secara psikis menjadi modal bagi Iran melawan Amerika Serikat dan sekutunya. Iran secara terang-terangan menyatakan bersemangat untuk menerus program nuklirnya dan menyatakan tidak gentar dengan ancaman negara Barat. Pamor Iran semakin berkibar di kawasan Timur Tengah menggantikan pamor Irak dan Afghanistan. Selama ini Iran memang negara yang paling bersemangat terutama dalam memerangi Israel. Presiden Mahmoud Ahmadinejad pernah mengatakan bahwa ia ingin menghapus Israel dari peta dunia dan peristiwa Holocaust hanyalah mitos belaka. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan keseimbangan militer di Timur Tengah 2005: Tabel 3: Keseimbangan Militer di Timur Tengah 2005 85 Negara Tentara Biasa Tentara Cadangan Total Kendaraan Tank Pesawat Terbang Israel 186.500 445.000 631.500 3.930 798 Mesir 450.000 254.000 704.000 3.000 518 Yordania 100.700 60.000 160.700 970 106 Lebanon 61.400 61.400 350 Palestina 45.000 45.000 Iran 518.000. 350.000 868.000 1.700 335 Suriah 289.000 132.500 421.500 3.700 510 85 Kusnanto Anggoro.Iran’s Nuclear Capability and Stability in the Middle East.dalam Indriana Kartinied.Jakarta:LIPI Press.hlm:55 Arab Saudi 171.500 20.000 191.500 750 345 Berdasarkan tabel di atas, kekuatan Iran bisa diperhitungkan dari segi kuantitasnya. Kemajuan teknologi dan adanya kebutuhan untuk pertahanan diri sebagai negara di wilayah rawan konflik-lah yang mendorong Iran terus mengembangkan kekuatan militernya. Iran sendiri mampu memproduksi beragam rudal seperti Fajr-3 dan Fajr-5. kemampuan rudal-rudal Iran cukup dahsyat karena Fajr-3 yang berkaliber 240 mm dan mengangkut 40 kg bahan peledak bisa menjangkau jarak 45 km. Sedangkan Fajr-5 lebih dahsyat lagi. Rudal berkaliber 333 mm dan berisi 90 kg bahan peledak ini sanggup melabrak sasaran sejauh 75 km. Selain rudal jenis Fajr, saat ini Iran sudah punya rudal yang lebih ampuh dan canggih, Zelzal 2. Rudal ini mampu melesat sejauh 200 km. Zelzal-2 tersebut berkaliber 610 mm dan mampu membawa 600 kg bahan peledak 86 Bila program nuklir Iran selama ini mendapat kecurigaan dari negara- negara Barat khususnya Amerika Serikat untuk pengembangan persenjataan yang bersifat dekstruktif, di sisi lain Israel yang secara terang-terangan mengembangkan persenjataan nuklirnya tidak mendapat reaksi keras dari Amerika Serikat bahkan DK PBB. Dalam wawancara yang disiarkan televisi Jerman hari Selasa 12 Desember 2006, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert secara tidak sengaja mengakui Israel sebagai salah satu negara pemilik senjata nuklir selain Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat . 87 86 Majalah edisi koleksi Angkasa, 2007.Hal:67-68 87 http:indonesian.irib.irarsip_beritadesember06141206.htm . Tidak adanya tindakan tegas terhadap kepemilikan nuklir oleh Israel tersebut mengindikasikan adanya penerapan standar ganda yang dilakukan oleh negara-negara Barat mengenai pengembangan dan kepemilikan senjata nuklir suatu negara. Selama ini kepemilikan senjata nuklir oleh Israel selalu lolos dari perhatian internasional. Padahal Israel telah lama memproduksi dan memiliki senjata nuklir. Publik internasional pun juga tahu bahwa melalui persenjataan Israel tersebut, negara Yahudi ini telah mengakibatkan kerusakan yang luas dan membunuh ribuan nyawa penduduk, baik di Palestina, Lebaon dan negara di kawasan Timur Tengah lainnya. Rencana pengembangan nuklir Israel sebenarnya telah dikemukakan Perdana Menteri pertama David Ben-Gurion pada awal 1950-an. Tak lama setelah itu, Israel membangun sebuah pangkalan nuklir rahasia di Dimona bagian selatan Israel untuk secara khusus melakukan penelitian dan pengembangan senjata nuklir. Pada tahun 1986, seorang teknisi yang bekerja di Dimona mengumumkan bahan intern dan foto pangkalan nuklir itu kepada Harian Thames Inggeris sehingga dunia luar memastikan Israel memiliki senjata nuklir 88 Pada 1995, Michael Mandelbaum, Kepala Proyek Amerika dalam Hubungan Timur-Barat di Washington, mencoba meramalkan masa depan dengan menulis Lesson of the Next Nuclear War Bertrand Russell, 2000:xxiv Mandelbaum berpendapat ada 3 kategori negara yang bisa menjadi kandidat pemilik persenjataan nuklir. Kelompok pertama adalah negara-negara yang berpengaruh besar terhadap kebijakan internasional. Kelompok kedua adalah . 88 http:indonesian.cri.cn12004042918936.htm kelompok “yatim piatu” yang bisa menjadi calon kekuatan nuklir dunia. Kelompok ketiga adalah “sang anak nakal”. Kelompok ini menurut Mandelbaum harus dilakukan penghancuran program nuklir negara-negara kelompok ini secara paksa untuk mencegah penambahan nuklir. Pemerintah Israel selalu berdalih bahwa kepemilikan senjata nuklir tersebut adalah untuk pertahanan diri dari ancaman musuh mengingat eksistensi Israel di kawasan Timur Tengah yang masih menimbulkan gejolak. Alasan inilah yang dimaksud oleh Mandelbaum sebagai “anak yatim piatu”. Israel berdalih bahwa negaranya memiliki senjata nuklir untuk menangkal serangan dari negara lainnya yang menentang keberadaan negara Yahudi tersebut di tanah Palestina. Israel tidak hanya terancam oleh kekuatan Hamas di Palestina maupun kekuatan Hizbullah di Lebanon Selatan saja, namun juga kekuatan Iran yang sedang mengalami kemajuan yang pesat di bidang IPTEK maupun militer. Fakta lain mengenai nuklir Israel adalah sejauh ini tetap menolak menandatangani Perjanjian Non-proliferasi Senjata Nuklir. Selain itu, Israel juga bersikap dingin terhadap usul pembentukan Kawasan Bebas Nuklir Timur Tengah. Berikut ini adalah tabel perbandingan komitmen antara Iran dengan Israel terhadap Perjanjian dan Aturan Internasional tentang Nuklir. Tabel 4 : Komitmen Antara Iran Dengan Israel Terhadap Perjanjian dan Aturan Internasional Tentang Nuklir. 89 89 Kusnanto Anggoro,Op.cit,hlm:55 Perjanjian dan Kesepakatan IRAN ISRAEL Nuclear Non Proliferation Treaty Negara Peserta - Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty CTBT Negara Penandatangan Negara Penandatangan Partial Test Ban Treaty PTBT Negara Peserta Negara Peserta IAEA Safeguards Agreement Ya INFIRC 214 Ya INFIRC 249Add 1 IAEA Additional Protocol - - Nuclear Safety Convention - Negara Penandatangan Joint Spent Fuel Management Convention - - Convention on Physical Protection of Nuclear Material - Negara Peserta Tabel diatas menunjukkan bahwa Iran maupun Israel belum sepenuhnya berkomitmen terhadap perjanjian-perjanjian internasional anti senjata nuklir karena kedua negara tersebut belum semuanya menjadi negara peserta perjanjian. Secara politis, masing-masing negara mempunyai hak untuk menyatakan komitmennya terhadap aturan internasional karena berkaitan dengan kebijakan masing-masing negara mengenai teknologi nuklirnya. Namun secara moril, tindakan yang dilakukan Iran maupun Israel dan juga calon-calon negara bersenjata nuklir lainnya akan selalu menjadi ancaman serius bagi perdamaian dunia. Jika aktivitas nuklir Israel dan Iran tidak segera dicegah, maka negara- negara lainnya termasuk negara-negara di kawasan Timur Tengah akan memiliki keinginan melakukan aktivitas serupa yang dilakukan oleh Iran dan Israel. Mengenai berbagai macam perjanjian internasional pengurangan senjata nuklir, Bertrand Russell berpandangan bahwa persoalan yang sudah berjalan lama untk menyelamatkan umat manusia dari kepunahan akibat nuklir hanya bisa ditunda, tidak terselesaikan oleh perjanjian meninggalkan senjata nuklir. Perjanjian tersebut tidak akan mencegah perang, dan jika perang besar harus pecah, masing-masing pihak tidak akan memperdulikan keterikatan dan kewajiban mematuhi perjanjian sebelumnya, serta masing-masing akan membuat bom nuklir secepat mungkin. Berbagai indikasi akan pecahnya perang dengan adanya perlombaan uji coba senjata dan suatu serangan militer terhadap Iran tersebut tentu saja menjadi pekerjaan berat bagi DK PBB. Sejak Perang Dunia ke II berakhir dan didirikannya PBB berdasarkan piagam, sejarah membuktikan bahwa ancaman perang yang melibatkan kekuatan bersenjata yang dilakukan oleh negara-negara di dunia tidak pernah berhenti. Berbagai macam persenjataan lahir melalui proses yang berlangsung secara mutakhir dan modern dari masa ke masa dan semakin mempunyai daya jangkau dan daya rusak yang luas. Senjata nuklir merupakan satu-satunya persenjataan yang mempunyai daya rusak yang hebat dan hal tersebut sudah dibuktikan dengan adanya peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945. Pasca peristiwa tersebut, muncul suatu persepsi bahwa negara yang menguasai nuklir dapat menguasai dunia dan hal tersebut menjadi sesuatu yang bersifat sensitif. Kekhawatiran masyarakat internasional mengenai pengembangbiakan nuklir di suatu negara dapat berubah menjadi ketegangan yang lebih mengancam perdamaian. Bahaya nuklir memang mempengaruhi semua umat manusia sehingga menjadi perhatian semua umat manusia juga. Hampir tiga perempat abad ini dunia internasional dihadapkan pada situasi bahaya baru yang lebih nyata. Meskipun perang dingin telah berakhir, pertumbuhan nuklir terus melaju. Perkembangan bom dan persenjataan Israel membawa dimensi baru kekuatan di kawasan Timur Tengah. Daftar negara yang mempersiapkan diri menguji nuklir mereka sendiri semakin meningkat dalam jumlah yang sangat mengkhawatirkan termasuk Israel, Iran, Korea Utara. Permasalahan di Iran sebenarnya bukan merupakan satu-satunya permasalahan di kawasan Timur Tengah yang ditangani oleh DK PBB. Kasus nuklir Iran justru menambah daftar panjang berbagai permasalahan yang kini melanda kawasan yang kaya akan minyak tersebut. Selain kasus nuklir Iran, konflik Israel-Palestina, kondisi Irak pasca invasi AS, dan juga konflik Israel- Lebanon juga masih menjadi polemik yang dapat mempengaruhi stabilitas keamanan di Timur Tengah. Sepanjang tahun 2006, DK PBB telah mengeluarkan resolusi sebanyak 12 resolusi untuk permasalahan di Timur Tengah. Dewan Keamanan yang merupakan organ dari PBB dibentuk berlandaskan pada Piagam PBB 1945 yang berisi kesepakatan untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan internasional. Menurut Loekito Santoso, kesepakatan yang dicapai oleh negara-negara penandatangan Piagam PBB 1945 hanya mengarah kepada damai negatif atau semata-mata untuk mencegah perang 90 Sebagai salah satu anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia berada dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, Indonesia sebagai negara muslim terbesar dunia . Perang yang dimaksud oleh Loekito Santoso disini adalah perang di era nuklir. Oleh karena tujuan PBB itulah, maka jika suatu saat terjadi suatu konfrontasi yang mengarah kepada perang nuklir, maka kredibilitas DK PBB dalam menjalankan fungsi dan tugasnya akan selalu dipertanyakan untuk menyelesaikannya. Masyarakat internasional selama ini cenderung bersikap skeptis terhadap upaya yang dilakukan oleh DK PBB dalam menangani segala permasalahan dan menciptakan perdamaian di Timur Tengah. Hal tersebut tercermin dengan adanya berbagai usulan yang mengarah pada reformasi DK PBB. Jika usulan reformasi selama ini hanya mengarah kepada perluasan komposisi keanggotan saja, namun menurut Penulis, masalah pemberian hak veto juga harus menjadi bahan pertimbangan upaya reformasi agar DK PBB bebas dari segala macam kepentingan beberapa negara yang berada di belakangnya. Kekuatan veto merupakan alat yang selama ini sering merusak citra DK PBB karena negara-negara anggota tetap tidak segan-segan mempergunakan hak vetonya apabila mereka menganggap bahwa kepentingan-kepentingan vital mereka terancam. Hal sebaliknya terjadi pada negara-negara anggota tidak tetap yang tidak mempunyai hak veto. Dalam beberapa kasus, para anggota tidak tetap lebih memilih bersikap abstain dalam pemungutan suara daripada memberikan suara negatif yang akan menghalangi DK PBB mengambil suatu keputusan. 90 Loekito Santoso,Op.cit,hlm:76 sehingga mempunyai pengaruh yang besar dan ikatan hubungan yang erat dengan negara-negara muslim lainnya khususnya negara di kawasan Timur Tengah. Namun di sisi lain, Indonesia tidak mempunyai hak veto untuk menghalangi penentuan keputusan masalah ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran terhadap perdamaian atau tindakan agresi apapun yang dilakukan oleh suatu negara termasuk negara anggota tetap sekalipun. Kegagalan DK PBB dalam mempertahankan perdamaian dunia ditunjukkan pada saat meletusnya serangan militer pasukan Amerika Serikat ke Irak. Tindakan Amerika Serikat terhadap Iran saat ini sebenarnya hampir sama dengan yang dilakukan oleh negara Paman Sam tersebut terhadap Irak. Sebelum AS menginvasi Irak dan menumbangkan rezim Saddam Hussein, AS memulainya dengan menuduh Irak memiliki Senjata Pemusnah Massal Weapons of Mass Destruction yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Dalam menangani kasus Irak tersebut, DK PBB juga telah mengeluarkan berbagai macam resolusi diantaranya Resolusi 1441 pada tahun 2002 yang berisi perintah perlucutan senjata pemusnah massal kepada Irak. Namun peran DK PBB dalam menangani kasus Irak mulai dipertanyakan ketika Presiden George Bush mengumumkan serangan militer Amerika Serikat untuk menginvasi Irak pada tanggal 20 Maret 2003. Hasil penelitian Lancet di Irak menunjukkan korban tewas akibat invansi hingga Juli 2006, mencapai 655 ribu orang dan lebih dari 3.000 nyawa tentara Amerika Serikat juga ikut melayang di Irak 91 . 91 http:opini.wordpress.comtagirak Pada akhirnya, tuduhan mengenai kepemilikan senjata pemusnah massal tersebut tidak terbukti sama sekali. DK PBB tidak berupaya untuk mencegah bahkan memberi sanksi kepada Amerika Serikat atas kebijakannya yang menghancurkan Irak. Ketidakberdayaan tersebut tidak lain karena kepemilikan veto Amerika Serikat di DK PBB yang menyebabkan selalu gagalnya pembahasan mengenai invasi Amerika Serikat tersebut. Amerika Serikat justru semakin memperparah situasi di Irak yang mengarah kepada konflik etnis dan menyebabkan Irak mengalami kemunduran jauh sebelum rezim Saddam Hussein berdiri. Dalam situasi perpecahan tersebut, Amerika Serikat justru berencana akan menambah lagi pasukannya ke Irak. Amerika Serikat telah menyiagakan 20 ribu personel tambahan untuk disebarkan di beberapa wilayah di Irak. Namun, penambahan pasukan tersebut akan dilakukan secara bertahap 92 Irak memang saat ini sudah jatuh ke tangan Amerika Serikat dengan pemerintahan bonekanya hasil bentukan Amerika Serikat. DK PBB terbukti tidak dapat berbuat apa-apa untuk mempertahankan perdamaian dan keamanan di Irak. Amerika Serikat tidak pernah bisa terjerat oleh sanksi DK PBB dikarenakan status keanggotaan tetapnya. Sebagai anggota tetap yang memiliki hak veto, Amerika . Amerika Serikat justru menuduh Iran memperparah gejolak kekerasan di Irak dengan memasok senjata buatan Iran kepada berbagai kelompok bersenjata di Irak. Pemerintah Iran kemudian membantah keras tuduhan Amerika Serikat tersebut dan menganggap tuduhan Amerika Serikat telah melancarkan propaganda agar dunia internasional berbalik mengecam Iran. 92 http:www.metrotvnews.comberita.asp?id=31343 Serikat selalu menggunakan hak tersebut dalam setiap pengambilan keputusan mengenai Irak. Dalam hal iuran keanggotaan PBB, Amerika tercatat sebagai penyumbang terbesar terhadap anggaran PBB. Adanya alasan-alasan tersebut menyebabkan sering munculnya nada skeptis bahwa PBB tidak lebih dari legimitasi terhadap sepak terjang Amerika Serikat. Kesulitan DK PBB juga terjadi ketika menangani krisis Lebanon-Israel. DK PBB terlambat mengatasi serangan tentara Israel ke wilayah Lebanon untuk menumpas gerilyawan Hizbullah yang beraliran Syiah. Resolusi 1701 dikeluarkan DK PBB untuk menghentikan baku tembak antara Israel-Hizbullah, menarik mundur pasukan Israel dan menempatkan pasukan perdamaian PBB ke wilayah Lebanon Selatan pada tanggal 12 Agustus 2006 atau 30 hari sejak pertama kali meletusnya konflik tersebut, yakni pada tanggal 12 Juli 2006. DK PBB baru mengeluarkan Resolusi tersebut setelah ratusan ribu korban penduduk sipil tewas dan ribuan lainnya terluka. Majalah Angkasa 2006 Hal:29 menyebutkan bahwa korban tewas dari pihak Lebanon mencapai 1110 jiwa dan 3700 jiwa luka-luka. Sedangkan korban tewas dari pihak Israel sebanyak 157 jiwa dan 1000 jiwa luka- luka. Resolusi tersebut tidak menyertakan pemberian sanksi terhadap Israel yang telah merusak sejumlah kota Lebanon dan menyebabkan penduduk sipil Lebanon harus mengungsi dan kelaparan. Menurut Penulis, Resolusi 1701 tersebut justru berpotensi memunculkan kekerasan baru antara Hizbullah dengan pemerintah pusat Lebanon yang akan mambawa Lebanon kepada suatu krisis politik dalam negeri. Hal tersebut dikarenakan Resolusi 1701 memberi penekanan luar biasa pada kedaulatan Lebanon atas wilayah Lebanon Selatan. Selama ini wilayah Lebanon Selatan merupakan wilayah yang menjadi basis Hizbullah karena pemerintah pusat Lebanon, yang anti Syiah, lemah dalam mengontrol wilayah tersebut. Pengembalian kontrol kepada pemerintah pusat atas wilayah basis Hizbullah tersebut dapat memunculkan konflik terbuka antara pemerintah Lebanon dengan Hizbullah dan membuka kemungkinan adanya kekerasan berlatar belakang konflik politik yang dapat merusak upaya perdamaian di Lebanon. Kasus nuklir Iran merupakan salah satu permasalahan yang memiliki potensi implikasi besar terhadap stabilisasi kawasan dan masa depan perdamian dunia. Bila Iran memang memiliki senjata nuklir, negara ini tidak hanya akan menggunakannya untuk pertahanan dan penagkalan saja namun juga melakukan ancaman dan tekanan langsung maupun tekanan tidak langsung sebagaimana yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Israel selama ini. Pemberian sanksi baik sanksi embargo ekonomi maupun militer dari DK PBB tidak selalu merupakan solusi yang efektif yang dijatuhkan kepada sebuah negara yang berkemauan keras seperti Iran yang menerima ancaman tersebut dalam Resolusi 1696 maupun 1737. Hal tersebut justru akan membuat negara tersebut menolak kerjasama dan membuat situasi bertambah buruk. Sejarah mencatat bahwa pemboikotan terhadap Irak yang diberlakukan oleh DK PBB setelah Perang Teluk 1990 hingga sekarang sebagai akibat dari invasi Irak ke Kuwait, justru telah menimbulkan perbagai masalah sosial. Menurut UNICEF United Nation Children Fund, banyak anak-anak di Irak yang terlantar kekurangan gizi. Kematian anak di bawah umur lima tahun selama 1991-1994 meningkat 600. Jumlah bayi yang lahir dengan berat di bawah normal meningkat 500. Wabah Malaria meningkat dari 95 kasus per 100 ribu penduduk menjadi 2500 kasus. Embargo minyak dan perbagai sanksi ekonomi yang ditimpakan PBB atas irak merupakan sanksi ekonomi yang aling ektrem dalam sejarah PBB. Sanksi ekonomi ini mengakibatkan pengangguran, meroketnya inflasi, dan erbagai kekurangan komoditi impor seperti makanan, obat-obatan, vaksinasi hewan, mesin pertanian, alat energi listrik, dan suplai air minum. Lebih dari 4 juta warga Irak menderita kelaparan, dan hampir seperlima penduduk Irak gagal panen. Demikian pula kondisi kemanusiaan semakin memburuk. Kekurangan gizi pun melanda anak-anak, sehingga menyebabkan angka kematian meningkat hingga lima kali lipat. Setiap bulan, lebih dari 4.200 anak-anak mati sia-sia kini ratusan ribu anak-anak Irak yang masih hidup terserang penyakit beragam, mulai dari gas troenteritis, diarrhoe, leukemia, infeksi bronchotos, dan wabah hodgkin 93 93 ‘Alauddin Al Mudarris.Huru Hara Irak Isyarat Akhir Zaman.Terjemahan Tin Safir Al- Azhar dari tahta Ramaad Al-Harb Al-Ashiifah.Yogyakarta:Penerbit Cahaya Himah.hlm:38-39 . Berbagai krisis yang selama ini telah melanda Timur Tengah juga membawa efek domino bagi perekonomian dunia. Sebagai kawasan penghasil minyak bumi dunia, adanya pertempuran di darat, pengrusakan instalasi minyak, blokade perairan turut mengganggu produksi dan lalu lintas pengangkutan minyak dunia. Bila DK PBB memberlakukan embargo ekonomi termasuk melakukan blokade perairan teluk Persia, maka hal tersebut semakin menambah terganggunya lalu lintas perdagangan di kawasan Timur Tengah. Sebagai akibat dari terganggunya aktivitas tersebut dan diperparah pula dengan semakin menyusutnya cadangan minyak bumi, maka akan membawa dampak terhadap kenaikan harga minyak dunia. Pada tahun pertengah tahun 2006, harga minyak mentah untuk pertama kalinya mencapai lebih dari 72 dolar AS per barel di pasar London dan New York atau naik 16 dibandingkan sebulan sebelumnya, di saat krisis nuklir Iran memburuk 94 . Harga minyak yang tinggi yang dapat berakibat terjadinya krisis ekonomi dunia ditambah lagi dengan meningkatnya krisis kemanusiaan, akan dapat merusak tatanan perdamaian dunia. Bila permasalahan yang terjadi di Iran tidak bisa ditangani oleh DK PBB yang membawa dampak terhadap munculnya peperangan dan segala bentuk konfrontasi militer apapun, maka dapat dipastikan bahwa citra dan eksistensi DK PBB sekali lagi sudah tidak diakui lagi oleh negara-negara karena kegagalannya mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional. 94 http:www.metrotvnews.comberita.asp?id=31343 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan