Kerangka Konsep Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak.

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan toeritis, tinjauan penelitian terdahulu dan relevan dengan latar belakang, perumusan msalah dan tujuan dalam penelitian dimuka, maka hubungan variabel penelitian yang digunakan dlaam penelitian ini ditunjukkan melalui gambar kerangka konseptual berikut ini: PROFESIONALISME AUDITOR X 1 Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor selalu dihadapkan dengan berbagai keterbatasan seperti waktu, sumber daya manusia, dan biaya sehingga pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan bagi pemeriksa untuk mempertimbangkan materialitas dalam pemeriksaan. TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PENGALAMAN AUDITOR X 2 Universitas Sumatera Utara Pertimbangan pemeriksa tentang materialitas merupakan pertimbangan yang bersifat profesional dan dipengaruhi oleh persepsi yang wajar tentang keandalan kepercayaan atas laporan keuangan yang diperiksa. Materialitas mengandung unsur subjektivitas tergantung pada sudut pandang, waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan. Namun, penilaian subjektivitas yang sama dari banyak pihak dapat mengarah pada suatu objektivitas. Alasan yang mendasari diperlakukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Jika pemakai jasa tidak memiliki keyakinan pada auditor, kemamupuan para profesional itu untuk memberikan jasa kepada masyarakat dan investor secara efektif berkurang. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN mensyaratkan pemeriksaan untuk merencanakan pemeriksaan sebaik-baiknya, menguji pengendalian intern, dan memperoleh bukti yang kompeten. Untuk melaksanakan SPKN tersebut, pemeriksaan dilakukan dengan mempertimbangkan konsep materialitas. Fungsi materialitas dan risiko bawaan diterapkan secara spesifik untuk tiap siklus, setiap akun bahkan setiap tujuan audit, jadi tidak untuk audit secara keseluruhan, juga cenderung berbeda untuk tiap siklus, akun dan tujuan audit dalam sebuah audit yang sama. Pengendalian intern mungkin lebih efektif untuk akun-akun yang berhubungan dengan persediaan, daripada yang berkaitan dengan akun aktiva tetap. Risiko pengendalian dengan sendirinya akan berbeda bagi tiap akun, tergantung efektifitas pengendaliannya. Risiko audit yang dapat diterima biasanya ditetapkan auditor untuk keseluruhan audit dan konstan untuk setiap siklus dan akun utama. Risiko penegndalian dan risiko dan bawaan Universitas Sumatera Utara bervariasi untuk tiap siklus, akun, dan tujuan audit, maka risiko penemuan dan bahan bukti audit yang diperlukan juga bervariasi. Situasi dalam tiap penugasan audit berbeda, dan luas bahan bukti yang diperlukan akan bergantung pada situasi masing-masing secara spesifik. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesional yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin meluas auditor eksternal harus mempunyai wawasan yang luas tentang materi-materi yang harus dikembangkan sehubungan dengan kompleksitas organisasi dan transaksi yang akan diaudit, agar mampu mendapat gambaran yang selengkapnya tentang kondisi dan keadaan klien yang akan diauditnya. Risiko audit dan materialitas perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi prosedur audit. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemerisan diwajibkan untuk menggunakan dnegan cermat dan sekasama keahliankemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional auditor harus membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan laporan keuangan. Perencanaan yang dibuat di dalamnya juga menangkut penentuan tingkat materialitas. Lima dimensi profesionalisme yakni pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. Universitas Sumatera Utara

3.2 Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh profesionalisme dan pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan

0 7 64

PENGARUH PROFESIONALISME TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI EMPIRIS: BPK-RI PERWAKILAN SUMATERA UTARA.

0 5 21

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR, ETIKA PROFESI DAN PENGALAMAN AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS PADA AUDITOR DI BPKP PERWAKILAN PROVINSI SUMATERA UTARA.

0 3 27

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN (Survey pada Auditor di KAP Wila

0 0 18

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN: Studi Kasus Pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

0 1 41

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN.

1 2 102

AUDI01. PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

1 1 26

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

0 0 17

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PROFESIONALISME AUDITOR dan ETIKA PROFESI TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

0 0 18

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN SKRIPSI

0 0 25