BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan toeritis, tinjauan penelitian terdahulu dan relevan dengan latar belakang, perumusan msalah dan tujuan dalam penelitian dimuka, maka hubungan variabel
penelitian yang digunakan dlaam penelitian ini ditunjukkan melalui gambar kerangka konseptual berikut ini:
PROFESIONALISME AUDITOR
X
1
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor selalu dihadapkan dengan berbagai keterbatasan seperti waktu, sumber daya manusia, dan biaya sehingga pemeriksa tidak mungkin melakukan
pengujian atas seluruh transaksi dalam suatu entitas yang diperiksa. Keterbatasan-keterbatasan tersebut menimbulkan kebutuhan bagi pemeriksa untuk mempertimbangkan materialitas dalam
pemeriksaan.
TINGKAT MATERIALITAS
DALAM PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PENGALAMAN AUDITOR X
2
Universitas Sumatera Utara
Pertimbangan pemeriksa tentang materialitas merupakan pertimbangan yang bersifat profesional dan dipengaruhi oleh persepsi yang wajar tentang keandalan kepercayaan atas laporan
keuangan yang diperiksa. Materialitas mengandung unsur subjektivitas tergantung pada sudut pandang, waktu, dan kondisi pihak yang berkepentingan. Namun, penilaian subjektivitas yang
sama dari banyak pihak dapat mengarah pada suatu objektivitas. Alasan yang mendasari diperlakukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Jika pemakai jasa tidak memiliki keyakinan pada
auditor, kemamupuan para profesional itu untuk memberikan jasa kepada masyarakat dan investor secara efektif berkurang.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN mensyaratkan pemeriksaan untuk merencanakan pemeriksaan sebaik-baiknya, menguji pengendalian intern, dan memperoleh bukti
yang kompeten. Untuk melaksanakan SPKN tersebut, pemeriksaan dilakukan dengan mempertimbangkan konsep materialitas.
Fungsi materialitas dan risiko bawaan diterapkan secara spesifik untuk tiap siklus, setiap akun bahkan setiap tujuan audit, jadi tidak untuk audit secara keseluruhan, juga cenderung
berbeda untuk tiap siklus, akun dan tujuan audit dalam sebuah audit yang sama. Pengendalian intern mungkin lebih efektif untuk akun-akun yang berhubungan dengan persediaan, daripada
yang berkaitan dengan akun aktiva tetap. Risiko pengendalian dengan sendirinya akan berbeda bagi tiap akun, tergantung efektifitas pengendaliannya.
Risiko audit yang dapat diterima biasanya ditetapkan auditor untuk keseluruhan audit dan konstan untuk setiap siklus dan akun utama. Risiko penegndalian dan risiko dan bawaan
Universitas Sumatera Utara
bervariasi untuk tiap siklus, akun, dan tujuan audit, maka risiko penemuan dan bahan bukti audit yang diperlukan juga bervariasi. Situasi dalam tiap penugasan audit berbeda, dan luas bahan bukti
yang diperlukan akan bergantung pada situasi masing-masing secara spesifik. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesional yang tinggi akan memberikan
kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk menjalankan perannya yang menuntut tanggung jawab yang semakin meluas auditor eksternal harus mempunyai
wawasan yang luas tentang materi-materi yang harus dikembangkan sehubungan dengan kompleksitas organisasi dan transaksi yang akan diaudit, agar mampu mendapat gambaran yang
selengkapnya tentang kondisi dan keadaan klien yang akan diauditnya. Risiko audit dan materialitas perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan
lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi prosedur audit. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara pada standar umum pemeriksaan yang pertama menyatakan bahwa pemerisan diwajibkan
untuk menggunakan dnegan cermat dan sekasama keahliankemahiran profesionalnya dalam melakukan pemeriksaan. Standar ini menghendaki pemeriksa keuangan harus memiliki keahlian
di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang diperiksa.
Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional auditor harus membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan laporan keuangan. Perencanaan yang dibuat di dalamnya
juga menangkut penentuan tingkat materialitas. Lima dimensi profesionalisme yakni pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan
dengan rekan seprofesi.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Hipotesis