PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN.
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT
MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh : Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS
DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
yang diajukan
Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama Tanggal………...
Drs.Ec.Muslimin, MSi
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 030 217 167
(3)
SKRIPSI
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
yang diajukan
Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama Tanggal………...
Drs.Ec.Muslimin, MSi
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 030 217 167
(4)
SKRIPSI
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
yang diajukan
Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama Tanggal………...
Drs.Ec.Muslimin, MSi
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030 194 437
(5)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul ”Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
4. Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Drs. Ec. Muslimin, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Kedua Orang Tuaku, kakak, dan adikku yang telah memberikan banyak semangat dan dukungan baik moril maupun materiil.
7. Para Auditor di Kantor Akuntan Publik Surabaya yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner, sebagai instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini.
(6)
Tentunya dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kesalahan baik dari segi kosakata maupun dari segi pengertian. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar di masa mendatang dapat lebih baik.
Surabaya, Februari 2010
(7)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Landasan Teori ... 17
2.2.1. Profesionalisme ... 17
2.2.1.1. Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional ... 19
2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Profesionalisme Auditor ... 19
(8)
2.2.3.2. Faktor-faktor yang menentukan Tingkat Materialitas ... 28
2.2.4. Teori yang melandasi Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ... 30
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.4. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36
3.1.1. Definisi Operasional ... 36
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 38
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.3.1. Jenis Data ... 41
3.3.2. Sumber Data ... 42
3.3.3. Pengumpulan Data ... 42
3.4. Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas ... 43
3.4.1. Uji Validitas ... 43
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 43
3.4.3. Uji Normalitas ... 44
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44
3.5.1. Metode Analisis Data ... 44
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 45
(9)
3.5.3.1. Uji t ... 47
3.5.3.2. Uji F ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...49
4.1.1 Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 49
4.2 Deskripsi Responden ... 50
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 51
4.3.1 Hasil Jawaban dari Responden mengenai Profesionalisme Auditor ... 52
4.3.2 Hasil Jawaban dari Responden mengenai Kualitas Audit ... 54
4.3.3 Hasil Jawaban dari Responden mengenai Tingkat Materialitas ... 55
4.4 Uji Analisis Data ... 58
4.4.1 Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas ... 58
4.4.1.1 Uji Validitas ... 58
4.4.1.2 Uji Reliabilitas ... 62
4.4.1.3 Uji Normalitas ... 62
4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 63
4.4.2.1 Multikolinieritas ... 63
4.4.2.2 Heteroskedastisitas ... 64
(10)
4.4.4.1 Uji Simultan ... 67
4.4.4.2 Uji Parsial ... 68
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
4.5.1 Implikasi Penelitian ... 70
4.5.2 Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian... 74
4.5.3 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ... 74
4.5.4 Keterbatasan Penelitian ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
5.1 Kesimpulan ... 79
5.2 Saran ... 80 Daftar Pustaka
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Deskripsi Responden ... 47
4.2 Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Profesionalisme Auditor(X)... 48
4.3 Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Kualitas Audit (X2) ... 51
4.4 Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Tingkat Materialitas (Y)... 52
4.5 Nilai Uji Validitas untuk (X) ... 55
4.6 Nilai Uji Validitas untuk (X2) ... 56
4.7 Nilai Uji Validitas untuk (Y) ... 56
4.8 Nilai Uji Reliabilitas ... 57
4.9 Hasil Uji Normalitas ... 58
4.10 Hasil Uji Multikolinieritas ... 59
4.11 Hasil Uji Park ... 59
4.12 Persamaan Regresi ... 60
4.13 Hasil Uji Simultan (F) ... 62
4.14 Hasil Uji F antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat ... 62
4.15 Hasil Uji t antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat ... 63
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Lampiran 2 : Skor Variabel
Lampiran 3 : Uji Validitas Profesionalisme Auditor (X) Lampiran 4 : Uji Validitas Kualitas Audit (X2)
Lampiran 5 : Uji Validitas Tingkat Materialitas (Y) Lampiran 6 : Uji Reliabilitas (X), (X2), dan (Y) Lampiran 7 : Uji Normalitas
Lampiran 8 : Analisis Regresi Linier Berganda Lampiran 9 : Uji Heteroskedastisitas (Uji Park)
Lampiran 10: Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya
(Data directory Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2009) Lampiran 11: Daftar KAP di Surabaya yang menjadi obyek Penelitian
(14)
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT
MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
Oleh :Milka Martiyani Abstraksi
Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat materialitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor dan kualitas audit sebagai variabel independen dengan variabel dependen yaitu tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat profesionalisme (lima dimensi) dan juga kualitas audit terhadap tingkat materialitas. Temuan tersebut menunjukkan jika profesionalisme auditor meningkat, maka tingkat materialitasnya juga cenderung meningkat; tetapi jika profesionalisme auditor menurun, maka tingkat materialitasnya juga cenderung menurun. Kualitas audit juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat materialitas. Hal ini menunjukkan jika kualitas audit meningkat, maka tingkat materialitasnya juga cenderung meningkat; tetapi jika Kualitas audit menurun, maka tingkat materialitasnya juga cenderung menurun.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang untuk dapat meletakkan kepercayaan sebagai pihak yang bisa melakukan audit atas laporan keuangan dan dapat bertanggung jawab atas pendapat yang diberikan. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seorang auditor eksternal. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni: (1) Standar umum, (2) Standar Pekerjaan Lapangan, dan (3) Standar pelaporan. Dimana standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.
Dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor bertujuan untuk memperoleh bukti yang obyektif sehingga auditor tersebut dapat
(16)
yang berisi tentang kewajaran suatu laporan keuangan yang diaudit oleh auditor. Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan perlu diaudit oleh auditor eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen, antara lain karena: (1) Laporan keuangan ada kemungkinan mengandung salah saji baik yang disengaja ataupun tidak, (2) Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified (Wajar Tanpa Pengecualian) diharapkan oleh pemakai laporan keuangan dapat memberi keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut dapat terhindar dari salah saji yang material. Artinya, walaupun di dalam laporan keuangan tersebut terdapat salah saji (tetapi tidak terlalu berpengaruh) maka salah saji tersebut dianggap wajar sehingga dapat disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang dapat diterima oleh umum (Arrens dan Loebbecke, 1996).
Hasil audit yang telah dilakukan oleh auditor dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai (Herawaty dan Susanto, 2008).
(17)
Pada saat ini kebutuhan akan adanya jasa auditor sebagai pihak yang dianggap independen tidak dapat dielakkan lagi, justru menjadi kebutuhan utama bagi para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan. Gambaran terhadap seseorang yang profesional dalam profesi eksternal auditor oleh Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006) dicerminkan oleh lima hal yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengabdian pada profesi dengan tingkat materialitas menurut Hastuti, Indarto, Susilawati (2003) dimana pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.
Kewajiban sosial didefinisikan sebagai suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut menurut Hastuti, Indriarto, Susilawati (2003). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kewajiban sosial berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas. Sedangkan untuk kemandirian, keyakinan, dan hubungan dengan rekan seprofesi juga menunjukkan hasil yang signifikan dengan tingkat materialitas (Hastuti et al., 2003) dimana
(18)
profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota seprofesi). Keyakinan terhadap profesi didefinisikan sebagai suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan. Sedangkan hubungan dengan rekan seprofesi diartikan dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Dengan banyaknya tambahan masukan akan menambah pengetahuan auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga kini telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan akuntan publik (AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen Keuangan dalam pengumuman yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Salah satu dari Akuntan Publik (AP) yang terkena sanksi adalah Drs. Hans Burhanuddin Makarao. Yang bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
(19)
dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. (www.antara.co.id)
Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Akuntan Publik harus mematuhi norma-norma yang berlaku untuk semua auditor. Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh para auditor adalah kemampuan untuk memenuhi kepuasan klien dengan meningkatkan mutu auditnya. Hal ini perlu dilakukan karena menurut Widagdo et al (2000) ada 12 aspek yang menjadi perhatian dalam mutu audit yang dikaitkan dengan kepuasan klien. Klien akan puas dengan pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik memiliki pengalaman melakukan audit, responsif, dan melakukan pekerjaan dengan tepat waktu. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.
Tanggung jawab inilah yang menuntut auditor harus bisa memeriksa dengan teliti laporan keuangan kliennya, tentunya berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum. Contoh kasus yang terjadi adalah kasus yang menimpa Bank Century, kasus yang terjadi adalah penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century terhadap Laporan Keuangan yang dikeluarkan. Laporan Keuangan yang
(20)
berisi banyak sekali kesalahan material. Disini peran auditor sangat dibutuhkan untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang Century dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan memuat "dosa" LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang belum secara resmi menetapkan perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal tersebut dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau adanya pernyataan fakta material yang salah. (www.antara.co.id)
Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat materialitas. Tingkat materialitas yang ditetapkan oleh auditor mempunyai peranan terhadap hasil pemeriksaan. Penetapan materialitas membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika auditor menetapkan jumlah yang rendah, maka akan lebih banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan.
Materialitas pada tingkat laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji bisa diakibatkan oleh penerapan prinsip akuntansi secara keliru, tidak sesuai dengan fakta, atau karena hilangnya informasi penting (Haryono,
(21)
2001). Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp 100.000.000,00 akan memberi pengaruh material terhadap pos pendapatan, namun baru akan mempengaruhi neraca secara material apabila mencapai angka Rp 200.000.000,00 adalah tidak memadai baginya untuk merancang prosedur audit yang diharapkan dapat untuk mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp 200.000.000,00 saja (Hastuti et al., 2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (1997), menjelaskan bahwa penelitiannya menggunakan dimensi profesionalisme yaitu dedikasi terhadap profesi dan afiliasi dengan sesama serta dimensi pendidikan. Sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan lima dimensi profesionalisme berdasarkan Hall (1968) yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi. Penelitian oleh Mock dan Slamet (1982), Schroder (1986), Corcello (1992), Suton (1993), serta Sutton dan Lampe (1991) (Wiedhani, 2004) telah menguji profesionalisme auditor mengenai kualitas audit yang ada. Namun hasil penelitian-penelitian tersebut tidak menjelaskan pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas. Dibandingkan dengan beberapa penelitian di atas maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu dengan menggabungkan variabel kualitas audit sebagai variabel independen, sedangkan sampel
(22)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP di Surabaya.
Penelitian ini dimotivasi dengan masih banyaknya kasus yang terjadi pada auditor KAP, baik itu mengenai profesionalisme maupun kualitas audit. Skandal di dalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran, menyusul keberatan pemerintah atas sanksi berupa peringatan plus yang telah diberikan. Sepuluh Kantor Akuntan Publik tersebut diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oelh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan, 2002:82).
Dalam konteks berbagai skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahannya adalah kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dalam bentuk laporan audit (audit report) yang berisi tentang kewajaran suatu laporan keuangan yang
(23)
telah diaudit. Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, maka inti permasalahannya adalah sikap profesionalisme auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat profesionalisme auditor dan kualitas audit yang dihasilkan dan apakah sikap profesional auditor dan kualitas audit tersebut berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaaan laporan keuangan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan?
2. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan?
(24)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor dan kualitas audit terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi Akademisi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta sebagai Dharma Bakti Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis yaitu sebagai wahana untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang telah penulis miliki ke dalam kondisi yang nyata atau riil.
3. Bagi Praktisi
a. Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan referensi perpustakaan untuk menjadi landasan penelitian berikutnya di bidang yang sama di masa mendatang.
(25)
c. Dapat memberikan bukti empiris profesionalisme ekternal auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas serta memiliki kualitas audit yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai jasa audit.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
a. Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008) Judul:
“Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi Kekeliruan, Etika Profesi dan Perkembangan Tingkat Materialitas”
Permasalahan:
1. Apakah profesionalisme berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan?
2. Apakah pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan?
3. Apakah etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan?
Hipotesis:
1. Diduga profesionalisme berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
(27)
2. Diduga pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
3. Diduga etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
Kesimpulan:
Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan publik, pengetahuannya dalam mendeteksi kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan keuangan.
b. Sekar Mayangsari (2003) Judul:
”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen”
Permasalahan:
1. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan independen dengan auditor yang hanya memiliki satu
(28)
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua karakteristik tersebut?
2. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor yang ahli dan auditor tidak ahli?
Hipotesis:
1. Diduga auditor yang memiliki keahlian audit dan independen akan memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak memiliki keduanya.
2. Diduga kuantitas informasi yang diinginkan dipengaruhi oleh jenis informasi. Auditor yang ahli lebih banyak mengingat jenis informasi atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih banyak mengingat informasi typical.
Kesimpulan:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut. Pendapat auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi yang lebih baik dibandingkan pada kelompok yang lain. Simpulan ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen, rata-rata pendapat yang diberikan menunjukkan pendapat mereka
(29)
lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan tersebut sedangkan pada kelompok yang lain cenderung memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Padahal sudah disebutkan semula bahwa kasus yang diberikan adalah benar-benar laporan keuangan dari suatu perusahaan yang sudah dilikuidasi. Atau dengan kata lain pendapat auditor yang ahli dan independen cenderung benar dibandingkan ketiga kelompok yang lain.
c. Hastuti, Indarto, Susilawati (2003) Judul:
”Hubungan antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan” Permasalahan:
Bagaimanakah hubungan antara profesionalisme eksternal auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas untuk tujuan audit laporan keuangan klien?
Hipotesis:
Diduga eksternal auditor yang mempunyai dimensi profesionalisme pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi yang lebih tinggi akan mempunyai pertimbangan tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit laporan keuangan
(30)
Kesimpulan:
Tingkat profesionalisme mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat pertimbangan materialitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profesionalisme auditor (dalam 5 dimensi), maka akan semakin baik pula tingkat pertimbangan materialitas. Seorang auditor yang memiliki dedikasi yang tinggi terhadap profesi dan pekerjaannya, memiliki kesadaran yang tinggi bahwa profesi auditor adalah profesi kepercayaan masyarakat, memiliki sikap mental mandiri, tidak dibawah tekanan dalam membuat pertimbangan, memiliki keyakinan penilaian tentang kualitas dirinya akan selalu dilakukan oleh rekan seprofesinya yang sama-sama tahu dan paham tentang pekerjaan pengauditan, dan memiliki relasi dengan sesama profesi yang luas, akan berusaha untuk menunjukkan kinerja yang baik, yang ditunjukkan dengan ketepatan dalam menentukan materialitas, selalu mempertimbangkan risiko audit, serta selalu membuat perencanaan audit dalam setiap penugasan yang dilakukan.
d. Rury Diah Puspita (2009) Judul:
”Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)” Permasalahan:
(31)
1. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
2. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?
Hipotesis:
1. Diduga kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit. 2. Diduga independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Kesimpulan:
1. Bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, yang membuktikan bahwa pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor dapat menciptakan audit yang berkualitas. 2. Bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit,
karena seorang auditor mempunyai kewajiban menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka sendiri dimana auditor mempunyai tanggung jawab menjadi independen untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang maksimal.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau
(32)
publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawaty dan Susanto,2008). Standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI bagi auditor, antara lain:
a) Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi.
b) Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan. c) Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para
praktisi harus memahaminya, dan
d) Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.
(33)
2.2.1.1. Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berwenang menetapkan standar (yang merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota termasuk setiap kantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor independen. Terdapat lima standar profesional yang merupakan standar teknis yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu: (1) Standar Auditing, (2) Standar Atestasi, (3) Standar Jasa Akuntansi dan Review, (4) Standar Jasa Konsultasi, (5) Standar Pengendalian Mutu.
Kemudian Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan aturan moral yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik. Keenam tipe standar profesional tersebut disusun untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik bagi masyarakat. Berbagai tipe standar profesional tersebut diklasifikasikan dan dikumpulkan dalam suatu buku yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) 1 Januari 2001.
2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Profesionalisme Auditor
Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur profesionalisme dari profesi eksternal auditor yang tercermin dari sikap dan perilaku
(34)
timbal balik antara sikap dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme adalah refleksi dari sikap profesionalisme dan demikian sebaliknya. Konsep profesionalisme tersebut dicirikan oleh adanya lima faktor yaitu: (1) Pengabdian pada profesi, (2) Kewajiban sosial, (3) Kemandirian, (4) Keyakinan terhadap profesi, dan (5) Hubungan dengan rekan seprofesi (Hall, 1968 dalam Wahyudi dan Mardiyah, 2006).
1. Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dan profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrensik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan bukan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru kemudian materi.
2. Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
(35)
3. Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan sebagai adanya suatu pandangan seseorang profesional yang harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanandari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang bersangkutan.
4. Keyakinan terhadap profesi
Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan rekan seprofesi
Hubungan rekan seprofesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan melalui ikatan profesi.
(36)
2.2.2. Kualitas Audit
Kualitas memiliki banyak definisi untuk hal yang berbeda, dan bagi orang yang berbeda. Auditor sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan. De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981); Goldman & Barlev (1974); Nichols & Price (1976) umumnya mengasumsikan bahwa auditor dengan kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.
AAA Financial Accounting Standards Committee (2000) dalam penelitian Christiawan (2002) menyatakan bahwa ”Kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi”. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Kualitas adalah sesuatu standar yang ditetapkan oleh suatu organisasi profesi dan wajib dipatuhi oleh setiap anggota profesi agar terdapat suatu keseragaman dalam hal jasa yang dihasilkan profesi dan untuk
(37)
memperoleh kepercayaan masyarakat terhadap jasa profesi yang diserahkan (Mulyadi, 2002).
Kualitas audit tentu saja mengacu pada standar yang berkenaan dengan kriteria, atau ukuran mutu serta dikaitkan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Di Indonesia pengendalian mutu kualitas audit yang digunakan adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam SPAP menyatakan bahwa kriteria atau ukuran mutu mancakup professional auditor. Kriteria mutu profesional auditor seperti yang diatur dalam Standar Auditing (SPAP : IAI, 2001; 150: 1) meliputi:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
(38)
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.
(39)
Manajemen atau klien akan puas jika audit yang dilakukan oleh akuntan publik memiliki kualitas yang baik. Terdapat 7 kualitas audit yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu: (1) atribut pengalaman melakukan audit, (2) atribut memahami industri klien, (3) atribut responsif terhadap kebutuhan klien, (4) atribut pemeriksaan sesuai dengan standar umum audit, (5) atribut komitmen kuat terhadap kualitas audit, (6) atribut keterlibatan pimpinan audit terhadap pemeriksaan, dan (7) atribut melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat menurut Widagdo dkk (2002) dalam penelitian Christiawan (2002)). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen memiliki harapan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan publik. Klien akan puas dengan pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik memiliki pengalaman melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan dengan tepat dan sebagainya. Di sisi lain pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan.
2.2.3. Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai: “Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya, memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh
(40)
dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut”. Definisi tersebut mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan (Haryono, 2001) :
1. Lingkungan yang menyangkut perusahaan klien
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan suatu perusahaan tertentu, mungkin tidak material bagi laporan keuangan perusahaan lain yang mempunyai ukuran dan sifat berbeda. Selain itu apa yang material bagi laporan keuangan suatu perusahaan, bisa berubah dari periode ke periode.
2. Informasi yang diperlukan oleh pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yang diaudit.
Dalam mempertimbangkan informasi yang dibutuhkan pemakai laporan keuangan, idealnya auditor harus mempunyai pengetahuan mengenai pihak-pihak pemakai laporan keuangan klien dan keputusan yang akan dibuat oleh para pemakai tersebut.
Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu materialitas merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu audit atas laporan keuangan. PSA No.25 dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP:IAI, 2001) yang menerangkan tentang ”Resiko audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit” menyatakan bahwa auditor harus mempertimbangkan materialitas dalam:
(41)
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.2.3.1. Pertimbangan awal tingkat materialitas
Idealnya auditor menentukan pada awal audit jumlah gabungan dari salah saji. Dalam laporan keuangan yang akan dipandang material. Hal ini disebut pertimbangan awal tingkat materialitas karena menggunakan unsur pertimbangan professional, dan masih dapat berubah jika sepanjang audit yang akan dilakukan ditemukan perkembangan yang baru.
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan professional, tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan sama tergantung pada ukuran laporan keuangan tersebut. Pertimbangan awal tingkat materialitas adalah jumlah maksimum salah saji dalam laporan keuangan yang menurut pendapat auditor, tidak mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai. Penentuan jumlah ini adalah salah satu keputusan terpenting yang diambil oleh auditor, yang memerlukan pertimbangan professional yang memadai.
Tujuan penetapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika
(42)
yang harus dikumpulkan daripada jumlah yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Seringkali mengubah jumlah materialitas dalam pertimbangan awal ini selama audit. Jika ini dilakukan, jumlah yang baru tadi disebut pertimbangan yang direvisi mengenai materialitas. Sebab-sebabnya antara lain perubahan faktor-faktor yang digunakan untuk menetapkannya, atau auditor berpendapat jumlah dalam penetapan awal tersebut terlalu kecil atau besar. (Wahyudi dan Mardiyah, 2006)
2.2.3.2. Faktor-faktor yang menentukan tingkat materialitas
Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA no.25): Resiko audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit memberikan arahan bagi auditor dalam mempertimbangkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif dalam menentukan materialitas suatu item. Kemudian dijelaskan juga dalam SA Seksi 312, 10 “Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, mungkin
(43)
dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif”.
Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil yang ditemukan oleh auditor dapat berdampak material terhadap laporan keuangan. Sebagai contoh, suatu pembayaran yang melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan kewajiban bersyarat yang material atau hilangnya pendapatan yang material (SA Seksi 312,11).
Kemudian di dalam SPAP pada Standar Umum ketiga dinyatakan “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional auditor harus membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan laporan keuangan. Perencanaan yang dibuat di dalamnya juga menyangkut penentuan
(44)
2.2.4.Teori yang melandasi Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan
a. Teori pendukung Profesionalisme Auditor
Profesionalisme merupakan kualitas diri yang harus dipertahankan oleh auditor terutama dalam melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan pertimbangan profesional. Untuk dapat selalu menjaga profesionalisme auditor perlu pengembangan kualitas atau potensi diri secara emosional maupun spiritual dengan melakukan pelatihan maupun keteladanan (Rifqi, 2008). Hastuti et al., (2003) menyatakan bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai akuntan publik. Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu pertama, pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Kedua, kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional lainnya. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap ada campur tangan dari
(45)
luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional. Keempat, keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi di bidang ilmu dan pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Teori pendukung Kualitas Audit
Dalam meningkatkan kualitas audit, dalam hal ini pertimbangan materialitas, maka auditor sebaiknya selalu mengikuti perkembangan peraturan, hukum maupun kasus-kasus yang terjadi di dalam dan di luar negeri. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup mutu profesional (profesional qualities) auditor independen, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor. Dimana (1) Standar Umum menyatakan auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran
(46)
pekerjaan lapangan yang berisi tentang perencanaan dan supervisi audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan bukti audit yang cukup dan kompeten, dan (3) Standar pelaporan menjelaskan pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Di samping indikator kualitas audit dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), seorang auditor juga harus memiliki sikap kompetensi dan independensi (Christiawan, 2002) yang akan menentukan kualitas audit. Dimana kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan siapapun serta jujur kepada semua pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik.
c. Teori pendukung Tingkat Materialitas
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) no.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam
(47)
mempertimbangkan resiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (Hastuti et al., 2003):
1. Risiko Audit dan materialitas perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan yang keliru prinsip akuntansi tersebut, penyimpangan fakta, atau dihilangkan informasi yang diperlukan.
3. Dalam mengambil kesimpulan mengenai materialitas dampak suatu salah saji, secara individual atau keseluruhan, auditor umumnya harus mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam hubungan dengan sifat dan nilai pos laporan keuangan yang sedang diaudit.
4. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang
(48)
Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diambil premis yang kemudian dari premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam mengemukakan hipotesis.
Adapun premis-premis yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: Premis 1: Tingkat profesionalisme mempunyai hubungan yang
signifikan dengan tingkat pertimbangan materialitas. Semakin tinggi tingkat profesionalisme auditor (dalam 5 dimensi), maka akan semakin baik pula tingkat pertimbangan materialitas.
(Hastuti, Indarto, Susilawati, 2003)
Premis 2: Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal, yaitu kompetensi dan independensi. (Christiawan, 2002)
Premis 3: Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam hal
(49)
semua yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
(SPAP:IAI, 2001)
Gambar 2-1 Kerangka pikir
Uji statistik Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti dan masih harus dibuktikan secara empiris yaitu:
H: Diduga bahwa profesionalisme auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan H2: Diduga bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap tingkat Profesionalisme
auditor (X1)
Kualitas audit (X2)
Tingkat Materialitas (Y)
(50)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang pernyataan pengoperasian atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukuran variabelnya (Anonim, 2008 : 4-10).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Profesionalisme Auditor (X)
2) Kualitas Audit (X2)
3) Tingkat Materialitas (Y)
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
(51)
1. Variabel Bebas
a) Profesionalisme Auditor (X)
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawaty dan Susanto, 2008).
b) Kualitas Audit (X2)
Menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum.
2. Variabel Terikat
a) Tingkat Materialitas (Y)
Tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan adalah tingkat pertimbangan materialitas yang dilakukan oleh
(52)
nilai kuantitatif yang penting dari beberapa informasi keuangan, dalam konteks pembuatan keputusan (Frishkoff, 1970 dalam Hastuti et al., 2003).
3.1.2. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel bebas maupun variabel terikat adalah menggunakan ukuran Interval dengan menggunakan teknik pengukuran skala Likert. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono 2006:107). Responden diminta memberikan jawaban atas pertanyaan yang tersedia dengan pola jawaban sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Dimana nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, 5 = sangat setuju. Pertanyaan pada kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan dari variabel tersebut, kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel dengan indikatornya, yaitu:
1. Profesionalisme Auditor (X)
(53)
Indikator yang digunakan untuk mengukur profesionalisme auditor ini adalah sebagaimana yang pernah digunakan oleh Hall (1968) yaitu: (a) pengabdian profesi (b) kewajiban sosial (c) keyakinan (d) kemandirian (e) hubungan dengan rekan seprofesi.
2. Kualitas Audit (X2)
Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah (a) sistem yang digunakan auditor (b) masukan terhadap sistem (c) memenuhi standar auditor (d) mengadakan pendidikan profesi bagi auditornya.
3. Tingkat Materialitas (Y)
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat materialitas adalah (a) kebijakan auditor (b) permasalahan auditor (c) pendapat auditor (d) konsep vital materialitas (e) pertimbangan laporan (f) pengetahuan dalam audit (g) ketepatan penentuan materialitas.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek/obyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004:44).
(54)
yang bekerja pada 43 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang beroperasi di Surabaya (sesuai dengan data directory Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2009), yang diasumsikan masing-masing KAP memiliki 5 auditor. Jadi populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 215 auditor yang bekerja di seluruh KAP yang beroperasi di Surabaya.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004:44). Pengambilan sampel ini menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu cara pengambilan sampel dari anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Sugiyono, 2006:93). Namun sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan rumus:
n = N ...(Umar, 2002:78) 1 + N(e)²
Keterangan: n = ukuran sampel
(55)
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat diinginkan, yaitu 10% Maka,
n = 215
1 + 215(0,1)² = 68, 2539 = 68 auditor
Sehingga penelitian ini jumlah anggota sampel yang dibutuhkan sebanyak 68 auditor yang bekerja di seluruh KAP yang beroperasi di Surabaya yang telah terdaftar di IAPI.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu atau perseorangan, seperti: hasil wawancara, pengisian kuesioner, atau bukti transaksi, seperti tanda bukti pembelian barang dan karcis parkir (Umar, 2004). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner dimana kuesioner ini merupakan kuesioner yang diadopsi dari kuesioner yang pernah digunakan oleh peneliti-peneliti
(56)
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya, sehingga lebih informatif untuk digunakan pihak lain (Umar, 2004). Data sekunder dalam peneletian ini diperoleh dari artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu.
3.3.2. Sumber Data
Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya. Dipilih Surabaya karena propinsi ini merupakan kota yang mempunyai jumlah penduduk yang padat dan memiliki industri yang cukup berkembang yang sangat membutuhkan jasa akuntan publik.
Di samping itu, KAP yang berdomisili di Surabaya sudah cukup representatif untuk menjadi responden penelitian dengan kriteria KAP yang tidak terlalu besar. Dimana penelitian ini akan mengarahkan pada KAP yang berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya.
3.3.3. Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner). Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
(57)
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono 2006, 162).
3.4. Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas 3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid/sah tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor total seluruh butir pertanyaan dalam satu variabel. Perhitungan korelasi yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson. Dimana suatu butir adalah valid jika terdapat korelasi yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai signifikan yang kurang dari nilai α = 0,05 antara butir pertanyaan yang diukur validitasnya dengan skor total butir pertanyaan (Ghozali, 2001:136-137).
3.4.2. Uji Reliabilitas
Sebelum digunakan dalam penelitian untuk mengambil data, terlebih dahulu kuesioner akan diuji reliabilitasnya. Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan stabilitas dan konsistensi suatu alat ukur (Sekaran, 2006). Penelitian ini uji reliabilitasnya
(58)
internal dengan cara Cronbach Alpha yaitu membandingkan antara koefisien alpha dengan standar alpha kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Jika nilai alpha > 0,60 berarti pertanyaan reliabel. b. Jika nilai alpha ≤ 0,60 berarti pertanyaan tidak reliabel.
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004:40). Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah:
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini khususnya yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah analisis regresi linier berganda. Adapun model regresi linier berganda tersebut adalah sebagai berikut:
(59)
Yi = βο + β Xi + β2 X2i + ℮i ...(Anonim, 2008: L-21) Dimana:
Y = Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan X =Profesionalisme Auditor
X2 = Kualitas Audit ℮ = residual
i = observasi ke i (1,2,3,……….,n)
Sebelum hasil analisis regresi linier berganda tersebut dapat digunakan untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu harus dipastikan bahwa model regresi tersebut memenuhi asumsi klasik yang melandasi analisis regresi. Oleh karena data yang dianalisis dalam penelitian bukan data timeseries, maka uji asumsi klasik yang dilakukan hanya uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan cara melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF). VIF dapat dihitung dengan rumus:
(60)
VIF = 1 Tolerance
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang lain. Nilai tolerance yang umum dipakai adalah 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2001: 136-137).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan melihat apakah pada scattterplot terbentuk pola-pola tertentu. Jika tidak terbentuk pola yang tidak jelas, menyebar tidak beraturan diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, dan sebaliknya.
Pengujian Heteroskedastisitas juga dapat diolah dengan uji Park, dengan ketentuan jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti dalam model regresi tersebut tidak terjadi Heteroskedastisitas.
(61)
3.5.3. Pengujian Hipotesis 3.5.3.1. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen. Uji t dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis yang dipakai, dimana:
1) Ho : βj = 0 (tidak terdapat pengaruh X atau X2 terhadap Y)
2) Ha : βj ≠ 0 (terdapat pengaruh X atau X2 terhadap Y)
b. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n:jumlah pengamatan, dan k:jumlah variabel.
c. Dengan nilai t hitung:
t hit = bj ...(Anonim, 2008: L-21) se (bj)
Keterangan:
t hitung = t hasil perhitungan bj = Koefisien regresi se (bj) = Standar error
d. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji t: Ho diterima jika – t tabel≤ t hitung≤ t tabel
(62)
3.5.3.2. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis yang dipakai, dimana: 1) Ho : β = β2 = ...= βj ≠ 0
(X, X2 tidak berpengaruh terhadap Y)
2) Ha = salah satu dari βj ≠ 0 (X, X2 berpengaruh terhadap Y)
b. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan derajat
bebas [n-k], dimana n:jumlah pengamatan, dan k:jumlah variabel. c. Menentukan F hitung dengan rumus:
F hit = R² / ( k –1 ) ...(Anonim, 2008:L-22) ( 1 – R² ) / ( n – k )
Keterangan:
F hitung = Hasil F hitung
k = Banyaknya variabel bebas dalam model n = Banyaknya sampel
R² = Koefisien determinasi
d. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji F adalah: Ho diterima jika Fhit ≤ Ftabel
(63)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik.
Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh UU No. 34 Tahun 1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya seperti:
1) Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.
2) Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut. 3) Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor
akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang akuntan.
Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang tidak memihak untuk
(64)
menilai keandalan pertanggung jawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen didalam laporan keuangan.
4.2. Deskripsi Responden
Deskripsi profil responden terdiri dari jabatan, pengalaman kerja, keahlian khusus, dan jenjang pendidikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan profil responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.1 Deskripsi Responden
Karakteristik Kategori Jumlah Persentase
Jabatan Partner 0 0%
Senior Auditor 26 38%
Yunior Auditor 42 62%
Lain-lain 0 0%
Total 68 100%
Pengalaman Kerja
Kurang dari 5 tahun
43 63% 5 s/d 10 tahun 16 24%
Lebih dari 10 tahun
9 13%
Total 68 100%
Keahlian Khusus
Analis Sistem 12 18%
Konsultan Pajak 48 70%
Konsultan Manajemen
8 12%
Total 68 100%
Jenjang Pendidikan
(65)
S1 47 70%
S2 3 4%
S3 0 0%
Total 68 100%
(Sumber: Data kuesioner yang telah diolah)
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada umumnya setiap KAP dalam menjalankan aktivitasnya didasarkan pada tujuan yang dicapai. Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik yang ada di Surabaya dan tercatat 43 KAP yang sudah terdaftar di IAPI, dimana jumlah data yang diasumsikan setiap KAP memiliki 5 auditor dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 68 auditor yang bekerja di seluruh KAP di Surabaya, sehingga teknik penentuan sampel yang digunakan adalah simple random sampling.
Kuesioner yang disebarkan terdiri dari 48 pernyataan yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai Profesionalisme Auditor yang terdiri dari 26 pernyataan, untuk Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai Kualitas Audit yang terdiri dari 4 pernyataan, sedangkan bagian III berkaitan dengan pernyataan mengenai Tingkat Materialitas yang terdiri dari 18 pernyataan.
(66)
Tabel 4.2
Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Profesionalisme Auditor (X)
A Profesionalisme Auditor (X) Skor
1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5 To tal 1 .
Saya menggunakan segenap pengetahuan kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan
0 10 10 36 12 68
2 .
Saya akan teguh profesi sebagai auditor meskipun saya mendapat tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih besar
2 6 16 24 20 68
3 .
Saya mendapat kepuasan batin dengan profesi sebagai auditor
8 10 14 18 18 68 4
.
Pekerjaan sebagai auditor sudah menjadi cita-cita saya sejak dulu dan sampai nanti
4 18 10 28 8 68
5 .
Saya mau bekerja di atas batas normal untuk membantu KAP dimana saya bekerja, agar saya sukses
10 8 8 36 6 68
6 .
Saya merasa terlalu riskan untuk meninggalkan pekerjaan saya sekarang ini
2 14 26 18 8 68
7 .
Saya ikut memiliki organisasi dimana saya bekerja
10 10 20 18 10 68 8
.
Saya berlangganan dan membaca secara rutin majalah dan jurnal tentang eksternal audit dan publikasi profesi lainnya
8 8 12 36 4 68
9 .
Dalam bekerja seringkali saya menghindari tugas-tugas yang harus saya kerjakan
6 8 20 30 4 68
1 0
Profesi eksternal auditor adalah profesi yang penting di masyarakat
4 4 14 26 20 68
1 1
Dalam menjalankan pekerjaan saya selalu mendukung prinsip transparansi
4 6 20 22 16 68
1 2
Profesi eksternal auditor mampu
menjaga kekayaan negara/masyarakat
2 6 6 46 8 68
(67)
dijadikan dasar kepercayaan masyarakat terhadap
pengelola kekayaan negara
6 2 6 46 8 68
1 4
Profesi eksternal auditor merupakan satu-satunya
profesi yang menciptakan transparansi dalam masyarakat
2 10 30 20 6 68
1 5
Jika ada kelemahan independensi eksternal auditor
akan merugikan masyarakat
2 10 18 32 6 68 1
6
Jika orang/masyarakat memandang saya tidak independen
terhadap suatu penugasan, saya akan menarik diri
dari penugasan tersebut
2 16 16 30 4 68
1 7
Saya ikut terlibat secara emosional terhadap KAP dimana saya bekerja
8 8 22 24 6 68 1
8
Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran laporan keuangan hanya dapat
dilakukan oleh eksternal auditor
6 10 10 22 20 68
1 9
Eksternal auditor mempunyai cara yang dapat diandalkan
untuk menilai kompetensi eksternal auditor lain
8 8 18 20 14 68
2 0
Ikatan eksternal auditor harus mempunyai cara dan kekuatan untuk pelaksanaan standar untuk eksternal auditor
2 10 12 22 22 68
2 1
Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya
berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan
4 8 8 26 22 68
2 2
Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya
tidak berada dibawah tekanan manajemen
4 8 2 34 20 68
2 3
Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya
tidak berada dibawah tekanan
(68)
para eksternal auditor 2
5
Saya sering mengajak rekan-rekan seprofesi untuk bertukar
pendapat tentang masalah yang ada baik dalam satu
organisasi maupun organisasi lainnya
8 2 22 26 10 68
2 6
Saya mendukung adanya organisasi ikatan eksternal auditor
8 8 12 36 4 68 Rata-rata 5,1 8,7 14,9 28,1 11,1
(Sumber: Lampiran 2)
Berdasarkan dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) tertinggi berada pada skor 4 atau jawaban setuju sebesar 28,1% yang artinya bahwa Profesionalisme Auditor yang dimiliki oleh 68 auditor di KAP Surabaya cukup tinggi.
4.3.2. Hasil Jawaban dari Responden mengenai Kualitas Audit (X2)
Tabel 4.3
Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Kualitas Audit (X2)
B Kualitas Audit (X2) Skor
1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5 To tal 1. Sebelum melakukan audit, auditor
harus memperoleh pengetahuan tentang sistem yang digunakan oleh auditan
0 10 30 18 10 68
2. Selain melakukan audit saya juga memberikan masukan dan perbaikan terhadap sistem yang ada
0 6 18 28 16 68
3. Dalam melakukan proses pengauditan saya telah memenuhi
standar audit dan sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan
4 8 8 24 24 68
4. Auditor eksternal perlu terus mengadakan program
pendidikan profesi bagi
(69)
auditornya
Rata-rata 1,5 7,5 17 26 16 (Sumber: Lampiran 2)
Berdasarkan dari tabel 4.3, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (mean) tertinggi berada pada skor 4 atau jawaban setuju yaitu sebesar 26% yang artinya bahwa Kualitas Audit yang dimiliki oleh 68 auditor di KAP Surabaya cukup tinggi.
4.3.3. Hasil Jawaban dari Responden mengenai Tingkat Materialitas (Y)
Tabel 4.4
Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Tingkat Materialitas (Y)
C Tingkat Materialitas (Y) Skor
1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5 To tal 1. Materialitas adalah suatu konsep
yang vital dalam proses pengauditan
0 6 12 38 12 68
2. Materialitas berhubungan dengan karakteristik suatu statement, fakta, item yang diungkapkan atau metode berekspresi yang berpengaruh pada judgement seorang auditor
0 6 12 32 18 68
3. Saya merasa kesulitan dalam
menentukan tingkat materialitas
suatu transaksi
8 10 12 24 14 68
4. Dalam menyusun rencana audit saya akan mempertimbangkan resiko yang akan ditemui selama proses audit
2 14 12 36 4 68
5. Saya akan selalu membuat perencanaan audit yang akan datang
8 8 12 38 2 68 6. Materialitas menurut saya bukan
(70)
subyektif masing-masing auditor
8. Materialitas suatu rekening akuntansi salah saji menjadi faktor pertimbangan utama dalam menentukan kewajaran laporan keuangan
4 6 16 42 0 68
9. Dalam menentukan suatu transaksi itu material atau tidak saya
menggunakan dasar pengalaman dalam proses audit
4 8 20 32 4 68
10. Dalam menentukan ketepatan tingkat materialitas saya menggunakan
dasar pengetahuan dan kecakapan dalam pelaksanaan pekerjaan audit
0 6 12 30 20 68
11. Dalam menentukan suatu transaksi/saldo itu material saya sering menggunakan dasar sesuai dengan petunjuk manajemen
0 6 14 32 16 68
12. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak dapat ditentukan oleh profesional tidaknya eksternal auditor
0 4 6 52 6 68
13. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh
kemampuan auditor membuat keputusan sendiri tanpa tekanan pihak lain
4 0 8 52 4 68
14. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak ditentukan
oleh sikap yang dimiliki oleh akuntan sehubungan dengan imbalan yang diperolehnya dalam memeriksa laporan keuangan
0 8 32 26 2 68
15. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh komitmen auditor terhadap pekerjaannya
2 4 22 36 4 68
(1)
pengelola kekayaan negara 1 2 3 4 5 14. Profesi eksternal auditor merupakan satu-satunya
profesi yang menciptakan transparansi dalam masyarakat 1 2 3 4 5 15. Jika ada kelemahan independensi eksternal auditor
akan merugikan masyarakat 1 2 3 4 5
16. Jika orang/masyarakat memandang saya tidak independen terhadap suatu penugasan, saya akan menarik diri
dari penugasan tersebut 1 2 3 4 5
17. Saya ikut terlibat secara emosional terhadap KAP
dimana saya bekerja 1 2 3 4 5
18. Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan hanya dapat
dilakukan oleh eksternal auditor 1 2 3 4 5 19. Eksternal auditor mempunyai cara yang dapat diandalkan
untuk menilai kompetensi eksternal auditor lain 1 2 3 4 5 20. Ikatan eksternal auditor harus mempunyai cara dan kekuatan
untuk pelaksanaan standar untuk eksternal auditor 1 2 3 4 5 21. Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya
berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan 1 2 3 4 5 22. Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya
tidak berada dibawah tekanan manajemen 1 2 3 4 5 23. Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya
tidak berada dibawah tekanan siapapun 1 2 3 4 5 24. Saya selalu berpartisipasi dalam pertemuan
para eksternal auditor 1 2 3 4 5
25. Saya sering mengajak rekan-rekan seprofesi untuk bertukar pendapat tentang masalah yang ada baik dalam satu
organisasi maupun organisasi lainnya 1 2 3 4 5 26. Saya mendukung adanya organisasi ikatan eksternal auditor 1 2 3 4 5
(2)
Kuesioner Tentang Kualitas Audit
27.Sebelum melakukan audit, auditor harus memperoleh
pengetahuan tentang sistem yang digunakan oleh auditan 1 2 3 4 5 28. Selain melakukan audit saya juga memberikan masukan
dan perbaikan terhadap sistem yang ada 1 2 3 4 5 29. Dalam melakukan proses pengauditan saya telah memenuhi
standar audit dan sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan 1 2 3 4 5 30. Auditor eksternal perlu terus mengadakan program
pendidikan profesi bagi auditornya 1 2 3 4 5
Kuesioner Tentang Materialitas
31. Materialitas adalah suatu konsep yang vital dalam
proses pengauditan 1 2 3 4 5
32. Materialitas berhubungan dengan karakteristik suatu statement, fakta, item yang diungkapkan atau metode berekspresi
yang berpengaruh pada judgement seorang auditor 1 2 3 4 5 33. Saya merasa kesulitan dalam menentukan tingkat materialitas
suatu transaksi 1 2 3 4 5
34. Dalam menyusun rencana audit saya akan mempertimbangkan
resiko yang akan ditemui selama proses audit 1 2 3 4 5 35. Saya akan selalu membuat perencanaan audit yang akan datang 1 2 3 4 5 36. Materialitas menurut saya bukan sesuatu yang harus
dipermasalahkan 1 2 3 4 5
37. Materialitas merupakan pendapat subyektif masing-masing auditor 1 2 3 4 5 38. Materialitas suatu rekening akuntansi salah saji menjadi faktor
pertimbangan utama dalam menentukan kewajaran
laporan keuangan 1 2 3 4 5
39. Dalam menentukan suatu transaksi itu material atau tidak
saya menggunakan dasar pengalaman dalam proses audit 1 2 3 4 5 40. Dalam menentukan ketepatan tingkat materialitas saya
(3)
menggunakan dasar pengetahuan dan kecakapan dalam
pelaksanaan pekerjaan audit 1 2 3 4 5
41. Dalam menentukan suatu transaksi/saldo itu material saya sering
menggunakan dasar sesuai dengan petunjuk manajemen 1 2 3 4 5 42. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak dapat
ditentukan oleh profesional tidaknya eksternal auditor 1 2 3 4 5 43. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh
kemampuan auditor membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan pihak lain 1 2 3 4 5
44. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas tidak ditentukan oleh sikap yang dimiliki oleh akuntan sehubungan dengan imbalan
yang diperolehnya dalam memeriksa laporan keuangan 1 2 3 4 5 45. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan
oleh komitmen auditor terhadap pekerjaannya 1 2 3 4 5 46. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh
tingkat kesadaran akuntan terhadap pentingnya peran dan manfaat
profesi akuntan bagi masyarakat 1 2 3 4 5 47. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan oleh
tingkat kepercayaan akuntan terhadap peraturan profesi 1 2 3 4 5 48. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas ditentukan
(4)
DAFTAR KANTOR AKUNTAN PUBLIK SURABAYA
Nama Alamat Telp
(031) KAP. Supoyo, Eddy &
Rekan
Andhika Plaza Blok C 3-4 Jl. Simpang Dukuh no.38-40 Surabaya 60275
5314505, 5473585, 5341286 KAP. Agus & Muratno Komplek Deltasari Indah
Blok BH-50 Waru, Sidoarjo
8533923
KAP. Agus Iwan Sutanto Kusuma
Gedung Medan Pemuda 4th Floor Jl. Pemuda no.27-31
Surabaya 60271
5477225
KAP. Aryanto Amir Jusuf
& Mawar
Jl. Mayjend Sungkono
Komplek Darmo Park I Blok III B 17 Surabaya 60256
5668437
KAP. Bambang, Sutjipto Ngumar & Rekan
Jl. Kertajaya no.136 Surabaya 60282
5018735 KAP. Budiman, Wawan,
Pamudji & Rekan
Medokan Ayu I Blok D-16 Surabaya 60295
8706347, 5936666 KAP. Didy, Tjiptohadi
& Rekan
Regency Kuda Dua Blok A-14 Komplek Mangga Dua
Jl. Jagir Wonokromo no.100 Surabaya 60244
8411289
KAP. Dra. Dian Hajati D.
Komplek Ruko Rungkut Megah Raya
Blok Q-6
Jl. Raya Kalirungkut no.1-3 Surabaya 60293
8781491
KAP. Drs. Bambang Siswanto
Jl. Rungkut Asri Tengah III No.7-9 Surabaya 60293
8701593, 8702210 KAP. Drs.Basri
Hardjosumarto, MSi. Ak & Rekan
Jl. Gubeng Kertajaya III F No.10 Surabaya 60281
5046348, 70741992 KAP. Drs.Buntaran &
Buntaran
Jl. Sidosermo Indah V no.12 (Kav.210)
Surabaya 60239
8470662, 8435064 KAP. Drs. Chandra
Dwiyanto
Jl. Musi no.41 Surabaya 60275
5676758, 5684126 KAP. Drs. Gunardi
Noerwono
Jl. Merak No.20 Lantai 3 Surabaya
3520338, 3523741 KAP. Drs.Hadi A.Hamid Jl. Ngagel Jaya Utara No.6
Surabaya
5677945 KAP. Drs.Hanny, Jl. Raya Gubeng No.56 5035046,
(5)
Wolfrey & Rekan Surabaya 60281 5032289, 5016879 KAP. Drs. Hermawan
Subekti
Jl. Panjang Jiwo No. 58 Surabaya 60293
8433166 KAP. Drs. J. B.
Waworuntu
Koko Perdana Bulding Lantai 2, R. 110
Jl. Basuki Rachmat no.105-107 Surabaya 60271
5346847, 5341454, 5341455, ext. 22 KAP. Drs. J. Tanzil &
Rekan
Jl. Mayjend. Sungkono
Darmo Park II Blok III No.19-20 Surabaya 60227
5671713
KAP. Drs. Johan, Malonda, Astika & Rekan
Jl. Manyar Kertoarjo V No. 20 Surabaya 60285
5947939
KAP. Drs. Mudjianto, Soenaryo, Ginting
Jl. Dukuh Kupang Barat XV No.19 Surabaya 60255
5664923, 5622964 KAP. Drs. Robby
Bumulo
Jl. Raya Kalirungkut 5
Pertokoan Rungkut Megah Raya Blok L-39
Surabaya 60293
8795255
KAP. Drs. Ventje Jansen
Ruko 21 Klampis Kav. A-16 Jl. Arief Rachman Hakim No.51 Surabaya 60111
5947351
KAP. Drs.Veto, Benny & Rekan
Jl. Manyar Jaya III No.10 Surabaya 60118
5924286 KAP. Drs. Widartoyo Jl. Taman Kendangsari no.7
Surabaya 60292
70594688, 8496920 KAP. Gunawan &
Rekan
Jl. Barata Jaya III No.38 Surabaya 60284
5014162
KAP. Haryono, Adi & Agus
Komplek Ruko Rungkut Megah Raya Blok M-27
Jl. Raya Kalirungkut 1-3 Surabaya 60293
8715497, 8715507, 8715901 KAP. Hasnil, M. Yasin
& Rekan
Jl. Kayun no.38-40 Blok B 8 Ruko Landmark
Surabaya 60271
5322339, 5490676 KAP. Junaedi, Chairul,
Labib, Subyakto & Rekan
Gedung Wika Lantai 3 Jl. A yani no.176-178 Surabaya 60235
8270989
KAP. Kanto, Tony, Frans
& Darmawan
Jl. Raya Darmo Permai I No.39 Surabaya 60226
7313939, 7318139 KAP. Lisawati Jl. Undaan Wetan no.66 5471886
(6)
Surabaya 60273 KAP. Made Sudarma,
Thomas & Dewi
Jl. Kayoon no.20 J Surabaya
5325753
KAP. Osman Bing Satrio & Rekan
Gedung Bumi Mandiri 10th Floor Jl. Jend. Basuki Rachmat no.129-137 Surabaya 60271
5324342, 5460888 KAP. Paul Hadiwinata,
Hidajat, Arsono & Rekan
Jl. Ngagel Jaya No.90 Surabaya 60283
5012161
KAP. Purwantono, Sarwoko & Sandjaja
Plaza BRI Lantai 9
Jl. Jend. Basuki Rachmat no.122 Surabaya 60271
5325577
KAP. Richard Risambessy & Rekan
Jl. Tenggilis Timur Dalam No. 12 Surabaya 60295
8499150, 8499151 KAP. Santoso & Rekan Jl. Simpang Darmo Permai Selatan
XVI No.32 Surabaya
7313218
KAP. Sasongko & Sidharta
Jl. Undaan Wetan no.66 Surabaya 60273
5471886 KAP. Setijawati Jl. Kutisari Indah Utara II No. 85
Surabaya 60291
8435798 KAP. Soebandi &
Rekan
Jl. Pucang Anom No.108 Surabaya 60282
5029243
KAP. Subagyo & Luthfi Ruko Sentral Jenggolo Blok C 8 Jl. Jenggolo no.9 Pucang, Sidoarjo Surabaya 61219
8959434, 8959435 KAP. Sugeng &
Hamzens
Jl. Ngagel Kebonsari No.19 Surabaya 60245
5044684, 5043434, 70418434, 8297513 KAP. Sugeng, Sjahriar
& Rekan
Jl. Progo no.10 Surabaya 60227
5682215, 5623334 KAP. Tjahjadi,
Pradhono & Teramihardja
Jl. Ngagel Tama Tengah A-6 Pucang Sewu, Gubeng Surabaya 60283