BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Setiap perusahaan memiliki tujuan utama yaitu memperoleh laba atau profit dari seluruh kegiatan produksi dan bisnisnya. Menurut Brigham 2006:107,
“hasil akhir dari serangkaian kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan adalah profitabilitas”. Tanpa diperolehnya laba maka perusahaan tidak
dapat memenuhi tujuan lainnya seperti pertumbuhan terus-menerus. Dengan hal tersebut maka perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Perusahaan dituntut untuk mampu memilih strategi yang tepat sehingga dapat mengungguli persaingan dalam pertumbuhan dan memperoleh laba serta mampu
bertahan dalam siklus kehidupan bisnis dalam jangka waktu yang cukup panjang. Telah ditunjukkan oleh banyak studi kasus, bahwa perusahaan memperoleh
banyak keuntungan bila keberadaan jangka panjangnya terjamin. Kegagalan perusahaan untuk mempertahankan tingkat laba investasi di atas biaya modal
dapat membawa perusahaan pada kesulitan keuangan dan terancam bangkrut. Oleh karena itu, profitabilitas merupakan proksi yang relevan untuk
memprediksikan kelangsungan hidup perusahaan. Keberlangsungan perusahaan erat berkait dengan pemenuhan akan dana atau
modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering dihadapkan pada masalah penentuan sumber dana. Sumber dana perusahaan dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu sumber dana intern dan ekstern. Sumber dana
internal perusahaan berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau keuntungan yang ditahan di dalam perusahaan yang tercermin pada lembar saham atau
persentasi kepemilikan. Sementara sumber dana eksternal perusahaan merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan, misalnya penjualan obligasi dan
hutang atau kredit bank. Kedua sumber dana ini tertuang dalam neraca pada sisi kewajiban. Penelitian ini berfokus pada sumber dana eksternal yaitu yang berasal
dari pihak luar perusahaan, dalam hal ini adalah hutang. Kebanyakan perusahaan memiliki ketergantungan pada hutang dalam melakukan pembiayaan aktivitas
perusahaan termasuk pembiayaan pengungkapan laporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Laporan pertanggungjawaban ini sering disebut dengan
Corporate Social Responsibility CSR, dan hutang di sini sering digambarkan dalam tingkat leverage.
Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aset dan sumber dana sources of founds oleh perusahaan untuk menutup biaya tetap atau
membayar beban tetap. Kalau pada “operating leverage” penggunaan aktiva dengan biaya tetap adalah dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh
penggunaan aktiva itu akan cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel, maka pada “financial leverage” penggunaan dana dengan beban tetap itu adalah
dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lebar saham biasa EPS = Earning Per Share. Jika semua biaya bersifat variabel, maka akan memberikan
kepastian bagi perusahaan dalam menghasilkan laba. Tapi karena sebagai biaya perusahaan bersifat biaya tetap, maka untuk menghasilkan laba diperlukan tingkat
penjualan minimum tertentu.
Leverage keuangan merupakan tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Sebuah perusahaan dengan signifikan lebih banyak
hutang daripada ekuitas adalah dianggap sangat leverage www.investopedia.comterm1leverage.asp
. Leverage ini merupakan instrumen penting yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan karena resiko yang
cukup besar apabila penggunaan dana yang tidak sesuai. Perusahaan yang memiliki cukup aktiva atau kekayaanya dalam hal pembayaran hutang-hutangnya
maka disebut leveraged, namun jika aktiva atau kekayaannya lebih kecil daripada total hutangnya atau dengan kata lain tidak cukup maka disebut unleveraged.
Leverage dalam hal ini menggunakan rasio hutangekuitas atau yang dikenal dengan Debt to Total Equity Ratio yang merupakan total hutang yang dimiliki di
bagi dengan total modal sendiri. Apabila perusahaan mempunyai rasio hutang yang tinggi dan menghadapi kerugian tetapi pada pengembalian yang tinggi maka
akan sangat mempengaruhi keuangan perusahaan. Sebaliknya, perusahaan dengan hutang yang kecil memilki resiko yang kecil juga. Ketika pada posisi tersebut para
debtholderskreditorinvestor akan mempertimbangkan dalam melakukan penanaman modal baik dari pinjaman maupun investasi. Oleh karena itu,
perusahaan perlu melakukan penyeimbangan antara pengembalian dengan pinjaman agar dapat memperkirakan resiko. Ketika melakukan pembiayaan
dengan menggunakan hutang, perlu dicermati penggunaannya agar berjalan dengan baik sehingga, dapat memberikan manfaat dalam aktivitas bisnis. Tetapi
ketika keberadaan hutang di perusahaan cukup tinggi dan tidak disertai dengan kehati-hatian dalam pengelolaannya maka akan mengakibatkan kebangkrutan. Hal
tersebut mengharuskan perusahaan untuk meyeimbangkan kekayaan yang dimiliki yaitu berupa aset dan hutang yang dimiliki.
Brigham dan Houston 2001:197 menyatakan bahwa, “profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan”. Sartono 2001:119
berpendapat bahwa, “profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri”.
Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio
profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.
Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan.
Kinerja perusahaan ditinjau dari perspektif internal dapat diukur dari rasio profitabilitas dan rasio pertumbuhan. Rasio profitabilitas mengukur efisiensi
perusahaan berdasarkan nilai laba yang diperoleh dibagi dengan komponen internal lain dalam perusahaan, seperti aktiva dan modal perusahaan
Ketidakseimbangan finansial dapat terjadi apabila jumlah uang yang tersedia atau tertanam dalam perusahaan kurang cukup untuk memenuhui
kebutuhannya, atau dengan kata lain jumlah modal yang tersedia tidak cukup untuk membelanjai usaha-usahanya, misal terlalu sedikit persediaan bahan
mentah, barang dalam proses, dan barang jadi yang terdapat dalam gudang sehingga tidak dapat memenuhui pesanan pelanggan.
1.2 Perumusan Masalah