Standard Nordic Questionnaire SNQ Alat Ukur

Tabel 3.5. Nilai Level Tindakan QEC Persentase Skor Total Skor Exposure Level Tinda kan Tindakan 0-40 32-70 1 Aman 41-50 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan 51-70 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat 71-100 124-176 4 Tindakan sekarang juga

3.5. Standard Nordic Questionnaire SNQ

Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Questionnaire SNQ. Gambar 3.3 berikut adalah bentuk dari SNQ. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA N JENIS KELUHAN TINGKAT KELUHAN Tidak Sakit Agak S a k i t Sakit Sanga t Sakit Sakit kaku di leher bagian atas 1 Sakit kaku di leher bagian bawah 2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah kiri 13 Sakit pada lengan bawah kanan 14 Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan Sumber : Gempur Santoso, Ergonomi : Manusia, Peralatan dan Lingkungan Gambar 3.3. Standard Nordic Questionnaire UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.6. Rumus Pengujian Data

10

3.6.1. Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

Adapun yang dicari dengan melakukan pengukuran pengukuran ini adalah waktu yang sebenarnya dibutuhkan untuk meyelesaikan suatu pekerjaan. Karena waktu penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus diadakan pengukuran pengukuran. Idealnya dilakukan pengukuran pengukuran yang sangat banyak, karena dengan demikianlah diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika hanya dilakukan beberapa kali pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga dan biaya yang besar, tetapi hasilnya dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali, tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja. Dengan tidak dilakukannya pengukuran yang banyak sekali ini, pengukuran akan hilangan sebagian kepastian akan ketetapanrata rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh pengukur. Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari. Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang 10 Sutaklaksana, Ifitkar Z.Anggawisastra, Ruhana dan Jann H.Tjakraatmadja.2005.Teknik Perancangan Sistem Kerja. Departemen Teknik Industri ITB. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 10 dan tingkat keyakinan 95 memberi arti bahwa pengukur memberoleh rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauhnya 10 dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95. Dengan lain perkataan jika pengukuran sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang menyimpang lebih dari 10 seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan kemungkinan 5 = 100-95. Sebagai contoh, katakanlah rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan adalah 100 detik. Harga ini tidak pernah diketahui kecuali jika dilakukan tak terhingga kali pengukuran. Paling jauh yang didapat dilakukan adalah memperkirakannya dengan melakukan sejumlah pengukuran. Dengan pengukuran yang tidak sebanyak itu maka rata-rata yang diperoleh, mungkin tidak 100 detik, tetapi suatu harga yang lain, misalnya 88, 96, atau 105 detik. Katakanlah rata-rata pengukuran yang didapat 96 detik. Walaupun rata rata sebenarnya =100 detik tidak diketahui, jika jumlah pengukuran yang dilakukan memenuhi untuk ketelitian 10 dan tingkat keyakinan 95, maka pengukuran mempunyai keyakinan 95 bahwa 96 detik itu terletak pada interval harga rata rata sebenarnya dikurangi 10 dari rata rata ini, dan harga rata rata sebenarnya ditambah 10 dari rata rata ini. Mengenai pengaruh tingkat tingkat ketelitian dan keyakinan terhadap jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dipelajari secara statistik. Tetapi secara intuitif hal ini dapat diduga yaitu bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan, maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3.6.2. Uji Keseragaman Data

11 Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap perhitungan yaitu: a. Membagi data ke dalam suatu sub grup kelas Penentuan jumlah sub grup dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: k = 1 + 3 , 3 log N dimana N = jumlah data. b. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan : Dimana k = jumlah subgrup yang terbentuk X i = harga rata-rata dari subgrup ke-i c. Menghitung standar deviasi SD, dengan: Untuk sampel : Untuk populasi : 11 Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. ”Teknik Tata Cara Kerja”. Bandung. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dimana: N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah dilakukan Xi = data amatan yang didapat dari hasil pengukuran ke-i d. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup dengan rumus: Dimana n = ukuran rata-rata satu sub grup e. Menentukan Batas Kontrol Atas BKA dan Batas Kontrol Bawah BKB dengan rumus:

3.6.3. Uji Kecukupan Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data anthropometri yang telah diperoleh dari pengukuran sudah mencukupi atau belum. Uji ini dipengaruhi oleh: a. Tingkat Ketelitian dalam persen, yaitu penyimpangan maksimum dari hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya. b. Tingkat Keyakinan dalam persen, yaitu besarnya keyakinanbesarnya probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rumus uji kecukupan data: Keterangan: N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan Jika N’ N, maka data pengamatan cukup Jika N’ N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data.

3.6.4. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov - Smirnov Test

12 Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data 12 Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik, Jakarta, Kencana, 2008, p.307-311 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA normal baku, berarti data tersebut tidak normal, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak Uji Kolmogorov Smirnov merupakan pengujian normalitas yang banyak digunakan. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain, yang sering terjadi pada uji normalitas dengan menggunakan grafik. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya menggunakan non parametric-test. Untuk mengatasi subjaktivitas yang tinggi tersebut maka diciptakan model analisis untuk mengetahui normal tidaknya distribusi serangkaian data. Model analisis yang digunakan adalah tes Kolmogorov-Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data yang akan diuji normalitasnya dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku artinya data yang kita uji normal tidak berbeda dengan normal baku. Adapun yang diperbandingkan dalam suatu uji Kolmogorov-Smirnov adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi kumulatif yang diharapkan actual observed cumulative frequency dengan expected cumulative frequency . UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Langkah- langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah: 1. Susun data dari hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terakhir. 2. Kemudian susunlah distribusi frekuensi kumulatif relatif dari nilai pengamatan tersebut, dan notasikanlah dengan Fa X. 3. Hitunglah nilai Z dengan rumus : Dimana : Z = satuan baku pada distribusi normal X = nilai data X = mean σ = standar deviasi 4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis berdasarkan area kurva normal dan notasikan dengan Fe X. 5. Hitung selisih antara Fa X dengan Fe X. 6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D. D = Max |Fa X - Fe X| 7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan D α, maka kriteria pengambilan keputusannya adalah: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ho diterima apabila D ≤ Dα ; Ho ditolak apabila D ≥ Dα Ho diterima artinya data berdistribusi normal.

3.6.5. Penggunaan Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil

Penerapan data anthropometri akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean rata-rata dan SD standar deviasi dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean rata-rata dan SD standar deviasi. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya : 95 populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil, 5 dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari Tabel distribusi normal pada Gambar 3.4. Gambar 3.4. Distribusi Normal UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sedangkan Tabel macam perhitungan persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal Persentil Perhitungan 1 X - 2,325  2,5 X - 1,96  5 X - 1,645  10 X - 1,28  50 X 90 X + 1,28  95 X + 1,645  97,5 X + 1,96  99 X + 2,325  Sumber : Nurmianto, Eko. 2008. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya

3.7. Alat Ukur

Body Martin Model YM-1 13 Adapun Bagian-bagian dari Alat Ukur Body Martin Model YM-1 adalah 1. Martin Statute-Meter Meter Pengukur tinggi Panjang 2 meter, dapat dipisah menjadi empat bagian. Untuk mengukur tinggi, tinggi duduk, tungkai dan lengan dan lain-lain. 13 Laboratorium Core Inti, Modul dan Intruksi Kerja Alat Ukur Laboratorium,Medan,2008. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Alat ini bukan hanya untuk tinggi tubuh manusia tetapi juga untuk panjang atau diameter bagian tubuh lain. Skala pipa baja adalah dari 0 – 200 mm dan dapat dipisah sesuai dengan keinginan. 2. Skala Pengukur Lurus Alat ini dirakit dengan meter pengukur tinggi. Dapat digunakan dengan 1 atau 2 potong, tergantung bagian mana yang diukur. 3. Skala Pengukur Kurva Alat ini juga dirakit dengan meter pengukur tinggi. Untuk mengukur lebar tubuh dan bagian yang relatif pendek seperti leher, diameter kepala dan panjang kaki. 4. Martin Goniometer Dua kurva tangan yang disambung pada satu ujung yang dapat dibuka dan ditutup, dilengkapi dengan skala yang digunakan untuk mengukur dari 1 mm – 450 mm. Alat ini digunakan untuk mengukur kepala, lipatan lemak atau bagian kecil tubuh. 5. Metak Penggaris Metak penggaris berukuran 150 mm dengan minimum skala 1 mm untuk mengukur bagian secara linier. 6. Martin Caliper Untuk mengukur bagian kecil dari telinga, wajah, jari kaki, atau sudut-sudutnya. Skala samping adalah tetap pada satu sisi dengan ukuran 200 mm x 1 mm dan pada sisi lain skala dapat digeser. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Caliper mempunyai skala 250 mm di depan dan belakang. Panjang sisi lengan adalah tetap pada sudut kanan ke titik nol dan panjangnya 120 mm. Satu ujung dari sisi lengan adalah tajam dan di sisi lain adalah tumpul UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian