kegiatan mengukur bahan yang akan dipotong dengan posisi tubuh yang terlalu membungkuk dan berjongkok.
2. Pada elemen kegiatan mengunci bahan ke mesin terdapat penilaian tindakan dalam
waktu dekat 56, hal ini dikarenakan posisi tubuh operator terlalu membungkuk dan berjongkok serta usaha kerja untuk mengunci bahan juga besar.
3. Pada elemen kegiatan menghidupkan mesin penilaian tindakan dalam kondisi aman
26, hal ini dikarenakan tidak diperlukannya tenaga yang berlebihan dalam menghidupkan mesin walaupun posisi operator masih belum ergonomis yaitu
keadaan jongkok. 4.
Pada elemen kegiatan memotong bahan terdapat penilaian tindakan dalam waktu dekat 63, hal ini dikarenakan posisi tubuh operator yang membungkuk dan
berjongkok dalam memotong bahan. Selain itu operator juga memerlukan usaha kerja yang lebih pada tangan kanan karena harus menarik tuas yang bebannya berat
dalam waktu tertentu. Dari hasil analisis postur kerja tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
beberapa postur kerja yang tidak ergonomis, sehingga diperlukan perancangan terhadap fasilitas kerja untuk memperbaiki postur kerja yang tidak ergonomis
tersebut
6.2. Analisa Perancangan Fasilitas Kerja Usulan
Data antropometri digunakan untuk menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat dengan peralatan yang dirancang dan manusia yang akan
mengoperasikanmenggunakan peralatan tersebut. Penerapan data antropometri akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dapat digunakan jika tersedia nilai mean rata-rata dan SD Standard Deviasi dari suatu distribusi normal.
Pekerjaan yang dilakukan oleh operator bagian pemotongan adalah dengan posisi berjongkok dan membungkuk dimana dengan posisi tersebut pekerja mengalami
banyak keluhan oleh sebab itu akan dirancang kursi operator dan meja tempat meletakkan mesin potong sehingga pekerja nanti bekerja dalam posisi duduk.
Dari hasil pengukuran dan pengujian antropometri dengan persentil yang didapat sangat signifikan. Alat ini berfungsi mempermudah dan memperingan operator dalam
melakukan saat melakukan aktifitas pemotongan. Manfaat dari kursi ini adalah operator tidak lagi membungkuk dan berjongkok untuk mengukur bahan, mengunci bahan,
menghidupkan mesin dan memotong bahan.
a b
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
c d
Gambar 6.1. Kegiatan Setelah Perbaikan a Mengukur bahan yang akan dipotong, b Mengunci Bahan, c Menghidupkan Mesin, dan d Memotong
Bahan
Gambar 6.2. Kursi Operator
Kursi diatas adalah kursi usulan yang dirancang dengan spesifikasi sebagai berikut. Lebar sandaran kursi
= 44 cm
Tinggi sandaran = 42 cm
Tinggi kursi dari dudukan ke bawah = 40 cm
Lebar Kursi
= 44
cm Kursi terbuat dari bahan besi dan diberi alas dudukan dari busa
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 6.3. Meja Pemotongan
Meja diatas adalah meja usulan yang dirancang dengan spesifikasi sebagai berikut. Tinggi
meja =
66 cm
Tebal Meja
= 13
cm Panjang
meja =
315 cm
Lebar Meja
= 60
cm Meja operator terbuat dari batu bata yang diplester, penyangga terbuat dari plat besi.
6.3. Perbandingan Kondisi
Kerja Aktual dengan Usulan
Dari hasil perancangan fasilitas kerja maka akan diperoleh kondisi yang baru pada proses pemotonganan sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah. Adanya beberapa
perbaikan kondisi kerja antara lain pada Tabel 6.2 sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 6.2. Kondisi Kerja No
Kondisi Awal Kondisi Usulan
1 Operator bagian pemotongan harus
mengukur bahan, mengunci bahan, menghidupkan mesin, dan
memotong bahan dengan kondisi berjongkok dan membungkuk
Operator bagian pemotongan tidak lagi mengukur bahan, mengunci bahan,
menghidupkan mesin, dan memotong bahan dengan kondisi berjongkok dan
membungkuk
2 Bahan sebelum dipotong diletakan
berserakan Bahan tidak lagi berserakan karena
diletakan di atas meja
3 Bahan yang telah dipotong akan
diletakan di bawah dan berserakan Bahan setelah dipotong akan masuk ke
bak sehingga tidak berserakan dan operator tinggal memindahkannya nanti
4 Operator mengalami keluhan
karena posisi bekerja yang tidak nyaman
Keluhan telah berkurang karena posisi bekerja sudah dalam keadaan duduk
5 Banyak energi yang dikeluarkan
dalam dan waktu yang terbuang bekerja karena posisi yang tidak
ergonomis Energi yang dikeluarkan lebih sedikit
dan waktu pekerjaan lebih cepat
Perbandingan kondisi kerja aktual dan kondisi kerja usulan setelah perbaikan dapat dilihat pada perbedaan skor perhitungan QEC di Tabel 6.3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 6.3. Perbandingan Level Exposure Kondisi Aktual dan Kondisi Setelah Perbaikan dengan Metode QEC
Kondisi Aktual Kondisi Setelah Perbaikan
No Uraian Elemen
Kegiatan Exposure
Kriteria Tindakan
No Uraian Elemen
Kegiatan Exposure
Kriteria Tindakan
1 Mengukur bahan
yang akan dipotong 54
Tindakan dalam waktu
dekat 1
Mengukur bahan yang akan dipotong
34 Aman
2 Mengunci bahan ke
mesin 56
Tindakan dalam waktu
dekat 2
Mengunci bahan ke mesin
35 Aman
3 Menghidupkan
mesin 26
Aman 3
Menghidupkan mesin
14 Aman
4 Memotong bahan
63 Tindakan
alam waktu dekat
4 Memotong bahan
35 Aman
Dari perbandingan pada Tabel 6.3 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan resiko dan perubahan kategori tindakan setelah menggunakan perbaikan rancangan fasilitas.
6.4. Rancangan Biaya untuk Fasilitas Kerja Usulan