Pengertian Magnet Secara Umum Klasifikasi Material Magnet

masing-masing atom saling meniadakan. Permeabilitas bahan paramagnetik adalah µ µ dan suseptibilitas magnetiknya χ m 0 Halliday and Resnick, 1989. Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis besar Halliday and Resnick, 1989. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnet yang dihasilkan oleh sutu atom lebih besar. Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi antara atom tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok. Bahan ferromagnetik jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet luar. Semakin kuat medan magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan dirinya. Akibatnya medan magnet dalam bahan ferromagnetik akan semakin kuat. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luat tidak memberikan pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan keadaan jenuh atau saturasi. Permeabilitas bahan ferromagnetik adalah µ µ dan suseptibilitas magnetiknya χ m 0. Cullity Graham, 2009 a b Gambar 2.1. Pembagian bahan menurut sifat magnet. a Paramagnetik b Ferromagnetik Sumber: Rolf E. Hummel, 1998

2.3 Magnet Permanen

Suatu magnet permanen harus mampu menghasilkan densitas fluks, B magnet yang tinggi dari suatu volume magnet tertentu, stabilitas magnetik yang baik terhadap efek temperatur dan waktu, serta memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh demagnetisasi. Pada prinsipnya, suatu kemagnetan permanen haruslah memiliki karakteristik minimal dengan sifat kemagnetan remanen Br dan koersivitas intrinsik J Hc serta temperatur curie Tc yang tinggi. Pada tahun 1950-an, dikembangkan magnet permanen kelas keramik dengan formula MOFe 2 O 3 6 dimana M adalah Barium atau Stronsium yang kemudian dikenal sebagai magnet ferit. Bila dibandingkan dengan magnet Alnico, magnet ferit memiliki energi dan remanen yang lebih rendah tetapi memiliki koersivitas yang jauh lebih tinggi. Pada tahun 1970-an untuk pertama sekali ditemukan magnet kelas logam tanah jarang rare earth permanent magnets. Fasa magnetik SmCo 5 dan Sm 2 Co 17 memiliki polarisasi total J s dan medan anisotropi H A yang sangat tinggi sehingga berpeluang memiliki remanen dan koersivitas yang tinggi, sebagai keharusan untuk mendapatkan magnet permanen dengan nilai BH max yang tinggi. Beberapa sifat kemagnetan dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Sifat kemagnetan intrinsik fasa magnetik dari magnet Fasa Temperatur Curie � � ℃ Polarisasi Total � T Medan Anisotropi � � ��. � −1 Energi Produk Maksimum BH max kJ.m -3 BaFe 12 O 19 450 0,50 1,10 50 Sr Fe 12 O 19 450 0,48 1,50 46 SmCo 5 720 1,14 20-35 260 Sm 2 Co 17 840 1,25 5,20 312 Nd 2 Fe 14 B 312 1,60 5,40 512 Sumber: Azwar Manaf, 2013 Perkembangan magnet kelas ini mengalami kesulitan dikarenakan harga Co yang sangat mahal seperti ketersediaan unsur Sm yang terbatas dibumi sehingga popularitas magnet ini pada kalangan industri pemakaian menjadi menurun.Namun ditahun 1980-an, ditemukan magnet permanen logam tanah jarang baru berbasis fasa magnetik RE 2 Fe 14 B. Unsur RE dapat membentuk fasa