Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi dasar-dasar teori yang terkait kajian dan analisa dalam penelitian, yakni teori magnet secara umum, klasifikasi
material magnet serta sifat-sifat bahan magnet. Bab 3
Metodologi Penelitian Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian meliputi
bahan dan peralatan yang digunakan serta diagram alir penelitian.
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Bab ini mencakup hasil penelitian berupa hasil pengukuran sifat fisis magnet bonded densitas, struktur kristal dan struktur
mikro dan sifat magnetnya kuat medan magnet dan kurva histerisis.
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari bab sebelumnya yaitu hasil dan pembahasan terkait tujuan dari penelitian. Dan
juga saran yang diberikan untuk kajian lebih lanjut dari skripsi ini.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Magnet Secara Umum
Magnet adalah suatu benda yang mempunyai medan magnet dan mempunyai gaya tolak menolak dan tarik menarik terhadap benda-benda tertentu. Efek tarik
menarik dan tolak menolak pada magnet disebut dengan magnetisme. Kata magnet berasal dari bahasa Yunani yaitu Magnitis Lithos yang berarti batu
Magnesian. Magnesian adalah nama sebuah wilayah Yunani pada masa lalu, dimana terdapat batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah
tersebut. Setiap magnet mempunyai dua kutub yang terletak dibagian ujung- ujungnya yaitu kutub selatan dan kutub utara. Material magnet adalah salah satu
komponen yang banyak digunakan pada peralatan elektronika, telekomunikasi dan otomotif, dan sampai saat ini komponen tersebut sebagian besar masih diimpor.
Material magnet dibagi menjadi dua jenis yaitu material magnet lunak dan material magnet keras. Material magnet lunak dapat diaplikasikan pada sirkulator
dan pada transformator. Sedangkan, material magnet keras dapat diaplikasikan pada motor DC, kWh meter, meteran air dan lain-lainnya.
2.2 Klasifikasi Material Magnet
Berdasarkan sifat medan magnet atomis, bahan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu diamagnetik, paramagnetik dan ferromagnetik. Bahan Diamagnetik adalah
bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom atau molekulnya
nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol. Bahan diamagnetik tidak mempunyai
momen dipole magnet permanen. Permeabilitas bahan diamagnetik adalah µ µ dan suseptibilitas magnetiknya χ
m
0 Halliday and Resnick, 1989. Bahan Paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom atau molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis total seluruh atau molekul dalam bahan adalah nol. Hal ini disebabkan
karena gerakan atom atau molekul acak, sehingga resultan medan magnet atomis
masing-masing atom saling meniadakan. Permeabilitas bahan paramagnetik adalah µ µ
dan suseptibilitas magnetiknya χ
m
0 Halliday and Resnick, 1989. Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan
atomis besar Halliday and Resnick, 1989. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah
spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnet
yang dihasilkan oleh sutu atom lebih besar. Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi antara atom
tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok. Bahan ferromagnetik jika diberi medan magnet
dari luar, maka domain-domain ini akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet luar. Semakin kuat medan magnetnya semakin banyak domain-domain
yang mensejajarkan dirinya. Akibatnya medan magnet dalam bahan ferromagnetik akan semakin kuat. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan
magnet luat tidak memberikan pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan keadaan jenuh atau saturasi.
Permeabilitas bahan ferromagnetik adalah µ µ dan suseptibilitas
magnetiknya χ
m
0. Cullity Graham, 2009
a b Gambar 2.1. Pembagian bahan menurut sifat magnet.
a Paramagnetik b Ferromagnetik Sumber: Rolf E. Hummel, 1998
2.3 Magnet Permanen
Suatu magnet permanen harus mampu menghasilkan densitas fluks, B magnet yang tinggi dari suatu volume magnet tertentu, stabilitas magnetik yang