e. Ransum ternak yang tinggi kandungan timbalnya tidak akan
meningkatkan kandungan timbal Pb dalam feses, tetapi akan terakumulasi pada darah, hati, ginjal dan daging ternak domba lokal
jantan. f.
Kandungan timbal Pb dalam ransum ternak yang tinggi akan menurunkan produksi ternak khususnya mengurangi pertambahan bobot
badan ternak domba lokal jantan.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi awal pengaruh pencemaran logam berat terhadap
metabolisme dan pertambahan bobot badan domba, sehingga penelitian lanjutan dapat dilaksanakan tentang upaya meminimalkan dampak
pencemaran logam berat terhadap pertambahan bobot badan dan mengurangi akumulasi logam berat dalam tubuh ternak.
b. Untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran logam berat dalam rangka
upaya peningkatan produksi ternak khususnya, dan umumnya untuk pengembangan peternakan.
c. Sebagai informasi tentang pencemaran logam berat sehubungan dengan
kesehatan penduduk di Bogor khususnya dan umumnya untuk kehidupan manusia.
d. Sebagai masukan bagi instansi-instansi terkait termasuk dalam hal ini
bagi Dinas Pertanian, sub Dinas Peternakan dan Perikanan Laut di Bogor dan secara umum Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan.
1.7. Novelty Kebaruan
Penelitian tentang hujan asam termasuk juga penelitian tentang pencemaran timbal Pb terhadap tanaman sudah dilakukan, akan tetapi penelitian pencemaran
timbal sebagai akibat dari adanya hujan asam dan kaitannya dengan pencemaran timbal dalam ransum ternak, dan akumulasinya dalam tubuh ternak serta bagaimana
pencemaran timbal mempengaruhi proses metabolisme dan pertambahan bobot badan ternak domba belum dilakukan. Untuk itu penelitian tentang pencemaran
timbal dalam ransum ternak terhadap produksi ternak domba perlu untuk diteliti.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logam Berat dan Pencemarannya
Logam berasal dari bumi yang bisa berupa bahan organik dan bahan anorga- nik Diantara sekian banyak logam, ada yang keberadaannya di dalam tubuh mahluk
hidup baik pada tanaman, hewan atau ternak dan manusia merugikan bahkan beracun. Logam yang dimaksud umumnya digolongkan pada logam berat.
Menurut Saeni 1989 bahwa yang dimaksud dengan logam berat adalah unsur yang mempunyai bobot jenis lebih dari 5 gcm
3
yang biasanya terletak di bagian kanan bawah sistem periodik diantaranya: ferum Fe, timbal Pb, krom Cr, kadmium
Cd, seng Zn, tembaga Cu, air raksa Hg, mangan Mn dan arsen As. Pencemaran logam-logam berat diawali dari proses pertambangan yang
kemudian dicairkan dan dimurnikan menjadi logam-logam murni. Pertambangan logam dilakukan, karena pada dasarnya logam sangat diperlukan dalam proses
produksi dari suatu pabrik, baik pabrik cat, aki atau baterai, pabrik percetakan sampai pabrik alat-alat listrik. Limbah proses produksi dari beberapa pabrik tersebut
menyebabkan pencemaran logam berat baik pencemaran di air, udara, dan tanah. Pencemaran di air, lebih banyak berdampak pada hewan-hewan air, sedang ternak
dan manusia tercemar logam berat dari air melalui air yang diminum. Udara yang tercemar dengan logam berat akan terakumulasi dalam tanaman baik melalui udara
maupun dari tanah yang terlarut logam berat yang kemudian terserap oleh tanaman. Ternak dan manusia tercemar logam berat disamping dari air yang diminum juga
dari tanaman tercemar yang dikonsumsi oleh ternak dan manusia serta dari udara melalui pernafasannya. Dari sekian banyak logam berat, seperti yang diutarakan
oleh Saeni 1989 seperti: Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Mn dan As, empat logam berat diantaranya bersifat merugikan dan beracun baik bagi ternak maupun bagi
manusia diantaranya: As, Cd, Pb dan Hg, sehingga Pacyna 1987 dalam Darmono 1995 meneliti kandungan keempat logam berat tersebut dalam pembuangan limbah
sehubungan dengan penggunaan energi batubara dan minyak bumi di Eropa tahun 1979 seperti tercantum dalam Tabel 1.
Menurut Saeni 1997, Pb merupakan logam berat yang paling berbahaya kedua setelah Hg, karena racun Hg bersifat akut, sedang Pb bersifat akumulatif, akan
tetapi limbah pembuangan Pb paling banyak jika dibandingkan Hg yang paling