Timbal Pb bagi Ternak
Plumbum . Ciri-ciri Pb diantaranya: memiliki tampilan bluish white, massa atom
207,2 gmol, densitas pada suhu kamar 11,34 gcm
3
, densitas cair pada titik lebur 10,66 gcm
3
, titik lebur 327,46
o
C, titik didih 1.749
o
C, kalor peleburan 4,77 kJmol, kalor penguapan 179,5 kJmol dan kapasitas kalor pada suhu 25
o
C sebesar 26,65 Jmol.K Wikipedia Indonesia, 2006.
Dalam pertambangan, Pb berbentuk sulfida logam PbS, yang sering disebut galena. Senyawa galena banyak ditemukan dalam pertambangan-pertambangan di
seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb yaitu dapat menye- babkan keracunan, yang kebanyakan disebabkan oleh pencemaran udara, terutama di
kota-kota besar Darmono, 1995. Pb terdapat dalam dua bentuk, yaitu anorganik dan organik. Dalam bentuk anorganik, Pb bisa digunakan untuk industri: baterai,
cat, percetakan, gelas, polivinil, plastik, pelapis kabel dan mainan anak-anak. Dalam bentuk organik Pb digunakan dalam industri perminyakan, berupa Lead Alkyl
Compound, seperti Tetra Methyl Lead TML dan Tetra Ethyl Lead TEL Komite Penghapusan Bensin Bertimbal, 1999.
Timbal Pb merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat masuk dan terakumulasi dalam tubuh manusia ataupun hewan, sehingga bahayanya
terhadap tubuh semakin meningkat Lu, 1995 dan Kusnoputranto, 2006. Menurut Underwood dan Suttle 1999, Pb biasanya dianggap sebagai racun yang bersifat
akumulatif dan akumulasinya tergantung levelnya. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada ternak jika terdapat pada jumlah di atas batas ambang.
Lebih lanjut Underwood dan Suttle 1999 mencantumkan batas ambang untuk ternak unggas dalam pakannya, yaitu: batas ambang normal sebesar 1 – 10 ppm,
batas ambang tinggi sebesar 20 – 200 ppm dan batas ambang toksik sebesar lebih dari 200 ppm. Disisi lain Darmono 1995 mencantumkan dosis keracunan Pb pada
beberapa ternak, seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Dosis Keracunan Timbal pada Beberapa Ternak Jenis Ternak
Toksik dalam Pakan mg
Babi 1.000
Pedet 200 – 400
Domba ` 200 – 400
Sumber: Darmono 1995 Timbal Pb menurut Lu 1995 dapat diserap dari usus dengan sistem
transport aktif. Transport aktif melibatkan carrier untuk memindahkan molekul melalui membran berdasarkan perbedaan kadar atau jika molekul tersebut
merupakan ion. Pada saat terjadi perbedaan muatan transport, maka terjadi pengikatan dan membutuhkan energi metabolisme. Pengikatan tersebut dapat
dihambat oleh racun yang mengganggu metabolisme sel. Laju ekskresi Pb oleh tubuh sangat rendah Rahde, 1991. Timbal terutama
diekskresikan melalui urine, yaitu mencapai 75 dari ekskresi harian, 16 diekskresikan lewat saluran gastrointestinal dan 8 diekskresikan melalui rambut,
kuku, keringat Rahde, 1991. Toksisitas merupakan sifat bawaan suatu zat yang bentuk dan tingkat
manifestasi toksiknya pada suatu organisme bergantung pada berbagai jenis faktor. Faktor yang nyata adalah dosis dan lamanya pemberian, sedang faktor yang kurang
nyata, yaitu: spesies dan strain, jenis kelamin, umur, status gizi dan hormonal Lu, 1995.
Saeni 1989, menyatakan bahwa terdapat tiga mekanisme penting pada kerja toksikan: 1. Pengaruhnya terhadap enzim yang terlibat dalam aktifitas organ. 2.
Penggabungan langsung zat kimia dengan zat-zat penyusun sel. 3. Kerja sekunder sebagai konsekuensi keberadaannya dalam sistem tersebut.
Mekanisme proteksi sementara terhadap toksisitas logam mungkin disebabkan karena tersedianya kapasitas pengikatan logam yang lebih banyak pada
organisme tertentu seperti: protein, polisakarida dan asam amino Darmono, 1995. Menurut Lu 1995 mekanisme toksikan dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat
kimia berbagai molekul sasaran yang berupa protein, koenzim, lipid dan asam-asam nukleat, sedangkan karbohidrat sangat jarang terpengaruhi oleh toksikan
Studi mengenai pengurangan kadar Pb pada cangkang kepiting dengan perlakuan kondisi asam dan basa telah diteliti oleh Kim 2004. Kim 2004
menyatakan bahwa pengurangan kadar Pb pada perlakuan penambahan asam
khlorida HCl lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan alkali. Perlakuan alkali yang dimaksud menggunakan kalium hidroksida KOH dan natrium hidroksida
NaOH. Pengurangan kadar Pb yang rendah pada kondisi asam berkaitan dengan ketersediaan Pb dalam cangkang kepiting yang berada dalam bentuk terlarut. Disisi
lain tingginya kadar Pb dalam cangkang kepiting dikarenakan pada kondisi alkali, Pb terdapat dalam bentuk endapan, sehingga mudah diekresikan ke luar tubuh. Hal
tersebut seiring dengan pendapat Nur et al. 1989 yang menyatakan bahwa pada pH 7 atau lebih protein umumnya bermuatan negatif, sehingga penambahan ion logam
positif akan menetralkan muatan ini. Pengendapan dengan logam berat sangat efektif pada pH netral atau sedikit alkali. Larutan tidak boleh sangat alkalis oleh
karena akan terjadi resiko pengendapan hidroksi logam. Endapan sering kali larut dalam larutan ion logam berat berlebihan oleh karena ion berlebihan akan
mengakibatkanmemberikan muatan positif yang stabil pada partikel-partikel. Penelitian lain sehubungan dengan penggunaan asam anorganik terhadap
konsumsi pakan dan kecernaan zat makanan dari domba betina periode pertumbuhan telah dilakukan oleh Wolf et al. 1994. Wolf et al. 1994 menambahkan asam
khlorida HCl sebanyak 2 – 10 pada ransum yang mengandung kertas koran. Lebih lanjut dinyatakan bahwa penambahan asam khlorida HCl sebesar 2 pada
ransum yang mengandung kertas koran akan meningkatkan konsumsi bahan kering dan kecernaan zat makanan. Penambahan HCl lebih besar dari itu akan
mengakibatkan penurunan kecernaan zat makanan. Penggunaan HCl pada konsentrasi yang sama akan meningkatkan konsumsi bahan kering lebih banyak
dibandingkan dengan penggunaan asam sulfat H
2
SO
4
. Penelitian lain yang mempelajari interaksi antara logam, protein dan derajat keasaman dilakukan oleh
Tripathi et al. 2001. Perlakuan penambahan asam khlorida HCl dan suplemen- tasi cuprum Cu dan iodium I dapat meningkatkan konsumsi protein kasar dan
energi metabolis dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan asam khlorida dan suplementasi cuprum dan iodium.