Pengamatan pH Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

relatif lama dibandingkan dengan tujuh kecamatan lainnya. Jarak hari pangamatan di Kecamatan Ciomas, antara yang pertama ke kedua dan antara kedua ke ketiga melebihi dari 10 hari. Pada contoh pengamatan air hujan pada musim hujan tahun berikutnya di kecamatan Ciomas mempunyai rataan pH 6,21 dengan jarak pengamatan 5 dan 8 hari hujan Tabel 5. Begitu pula untuk data pH air hujan di musim kemarau menunjukkan hampir semua kecamatan mempunyai pH dibawah 5,6 Tabel 5; kecuali Kecamatan Mega Mendung pH = 6. Hal yang sama terjadi pada Kecamatan Mega Mendung yang mempunyai jarak hari pengamatan relatif rebih cepat dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun terjadi pada musim hujan, apabila jarak hari hujan relatif lebih lama, akan mendapatkan pH air hujan relatif lebih rendah. Hal ini terjadi mengingat semakin lama tidak hujan semakin banyak bahan dasar prekursor hujan asam terakumulasi di udara. Begitu pula sebaliknya, walaupun terjadi pada musim kemarau apabila jarak hujan yang teramati relatif lebih cepat akan menunjukkan pH air hujan relatif tinggi atau mendekati ke netral. Dengan kata lain pada musim hujan volume air hujan sangat banyak, sehingga konsentrasi asam menjadi rendah atau mendekati pH netral. Sebaliknya pada musim kemarau volume air sangat sedikit, sehingga konsentrasi asam menjadi tinggi dan menyebabkan pH air hujan menjadi rendah. Sebenarnya bahan prekursor pembentuk asam baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau terkonsentrasi relatif sama, karena jumlah industri dan transportasi sumber pencemar asam relatif sama dan yang membedakan adalah jumlah air hujannya saja. Peningkatan jumlah industri sebanyak 425 buah dan jumlah transportasi 91 buah pada tahun 1988 di Kabupaten Bogor Kantor Statistik Kabupaten Bogor, 1989 hingga menjadi 31.349 buah industri dan 1.762 buah transportasi pada tahun 2007 di kabupaten yang sama Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2007 mempercepat terjadinya hujan asam Data rataan pH air hujan di Kabupaten Bogor pada musim hujan menunjuk- kan angka sebesar 6,05. Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa besarnya pH berbeda nyata dengan batas ambang hujan asam sebesar 5,6. Dengan demikian pada musim hujan di Kabupaten Bogor belum terjadi hujan asam nilai P = 0,0029. Menurut Saeni 1989 bahwa air hujan akan menjadi hujan asam kalau mempunyai pH lebih rendah dari 5,6; sehingga pada musim hujan tidak ada peluang atau peluangnya sangat kecil untuk mendapatkan pH air hujan lebih rendah dari 5,6. Data pH air hujan di Kabupaten Bogor pada musim kemarau menunjukkan angka 5,09. Hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa besarnya pH ini berbeda nyata dengan batas ambang hujan asam sebesar 5,6. Dengan demikian pada musim kemarau sudah terjadi hujan asam di Kabupaten Bogor nilai P = 0,0013, sehingga peluang untuk mendapatkan pH air hujan lebih tinggi dari 5,6 sangat kecil pada musim kemarau di Kabupaten Bogor. Tabel 5. Derajat Keasaman pH Air Hujan Musim Hujan dan Kemarau Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor dan 1 Kecamatan di Depok dan Bekasi Musim Hujan Musim Kemarau Rataan Kecamatan ------------------------------------------------------------------------------------- pH+ Sd pH+Sd pH+Sd Dramaga 6,02+0,34 4,85+0,19 5,44+0,29 Citeureup 7,03+ 0,32 5,37+0,56 6,20+0,60 Bojong Gede 5,76+0,55 4,68+0,30 5,23+0,50 Ciomas 5,38+ 0,59 4,17+0,26 4,78+0,46 Ciawi 6,55+0,35 4,95+0,54 5,75+0,51 Jasinga 6,00+0,52 5,45+0,20 5,70+0,39 Megamendung 6,06+0,20 6,00+0,83 6,02+0,51 Cisarua 5,62+0,34 5,22+0,68 5,48+0,56 Rataan Kab.Bogor 6,05+0,40 5,09 +0.44 5,57 +0,42 Bekasi 7,52+0,20 5,98+020 6,75+0,20 Depok 6,93+0,23 4,40+0,20 5,67+0,21 Rataan Bekasi Depok 7,20+0,21 5,19+0,20 6,20+0,21 Berdasarkan data rataan pH air hujan pada musim hujan dan kemarau sebesar 5,57. dan tidak berbeda nyata dengan batas ambang hujan asam sebesar 5,6 nilai P = 0,4013,. Dengan demikian pada sepanjang tahun di Kabupaten Bogor terjadi hujan asam pada musim kemarau dan tidak terjadi hujan asam pada musim hujan, dan secara rataan antara musim kemarau dan hujan sudah terjadi hujan asam walaupun peluang terjadinya hujan asam pada sepanjang tahun relatif rendah terutama pada musim hujan. Hal ini dimungkinkan mengingat musim hujan yang panjang sampai hampir 9 bulan dalam 1 tahun dengan pH air hujan musim hujan 6,05 dan musim kemarau hanya 3 bulan dalam 1 tahun, dengan rataan pH air hujan musim kemarau 5,09. Dengan kata lain di Kabupaten Bogor sudah terjadi hujan asam apabila sudah terjadi musim kemarau panjang, seperti terjadi beberapa tahun sebelumnya. Secara umum rataan pH air hujan baik pada musim hujan maupun kemarau yang terjadi di Kabupaten Bogor relatif lebih rendah daripada di luar kabupaten Bogor yang dalam hal ini hanya dibandingkan dengan Depok dan Bekasi. Hal ini dimungkinkan karena baik Depok maupun Bekasi merupakan daerah yang berdekatan dengan daerah industri, termasuk pabrik semen sedang Kabupaten Bogor merupakan daerah yang dilalui transportasi lebih dominan dibandingkan dengan daerah industri. Secara umum daerah yang berdekatan dengan pabrik semen akan banyak mengandung kalsium Ca yang menyebabkan pH air hujan meningkat. Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor yang dekat dengan daerah industri hanya Kecamatan Citeureup, sedang kecamatan lainnya seperti: Kecamatan Dramaga, Bojong Gede, Ciomas, Ciawi, Jasinga, Mega Mendung dan Cisarua merupakan daerah yang relatif jauh dari industri. Itulah sebabkan pH air hujan pada musim hujan di Kecamatan Citeureup relatif tinggi yaitu 7,03 atau mendekati netral. Berbeda dengan kecamatan-kecamatan seperti: Ciawi, Mega Medung dan Cisarua merupakan daerah yang lebih banyak dilalui trransportasi. Banyaknya trasportasi yang melalui Kecamatan-kecamatan yang ada dalam Kabupaten Bogor, disebabkan karena Kabupaten Bogor dari segi letak geografisnya merupakan kota penghubung antara kota Jakarta dan Bandung juga antara Jakarta dan Sukabumi. Banyaknya transportasi memungkinkan Kabupaten Bogor cenderung mempunyai hujan yang cenderung lebih asam daripada kota atau Kabupaten yang mempunyai banyak industri. Hal ini bisa dijelaskan karena penentuan rendahnya pH air hujan tidak hanya ditentukan dari banyaknya industri yang ada, akan tetapi ditentukan oleh banyaknya sumber pembentuk gas-gas asam seperti SO X dan NO X serta hidrogen sulfida. Sumber pembentuk gas-gas asam relatif lebih sedikit pada industri apalagi industri yang menggunakan batubara dibandingkan dengan transportasi. Rendahnya gas-gas asam hasil polusi pembakaran industri, disebabkan karena gas-gas yang dihasilkan oleh industri tidak hanya gas karbon monoksida CO, akan tetapi logam- logam kation sepertri As, Cd, Pb dan Hg ion pembentuk basa lebih banyak dihasilkan daripada hasil pembakaran transportasi yang lebih dominan pada produksi gas CO, sedang As, Cd, Pb, dan Hg relatif sedikit. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan industri pabrik dan industri energi listrik yang menggu- nakan batubara menghasilkan As, Cd, Pb dan Hg yang lebih banyak daripada kelompok industri yang menggunakan bahan bakar minyak Darmono, 1995. Dengan kata lain banyaknya industri tidak lebih dominan dalam penentuan hujan asam dibandingkan dengan banyaknya transportasi, sehingga Kota Depok dan Bekasi mempunyai keasaman yang relatif tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Bogor. Seperti halnya Kecamatan Citeureup yang mempunyai pH air hujan baik pada musim hujan maupun kemarau relatif lebih tinggi daripada kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor. Derajat keasaman pH air hujan pada musim hujan di dataran rendah Keca- matan Dramaga, Citeureup, Bojong Gede dan Ciomas tidak menunjukkan perbeda- an yang mencolok, kecuali Kecamatan Ciomas, karena mempunyai pH diatas 5,6. Rendahnya pH air hujan di Kecamatan Ciomas karena jarak hujan pada waktu pengambilan contoh air hujan lebih lama, sehingga prekursor pembentuk hujan asam terkonsentrasi lebih tinggi yang menyebabkan rendahnya pH. Kecamatan Citeureup mempunyai pH air hujan musim hujan relatif lebih tinggi daripada kecamatan lainnya, karena Kecamatan Citeureup berdekatan dengan pabrik semen yang mempunyai cemaran kalsium Ca lebih tinggi. Sifat dari kalsium yang bersifat basa memungkinkan pH air hujan lebih tinggi. Dengan demikian perbedaan topografi di dataran rendah tidak mempenga- ruhi keasaman air hujan baik pada musim hujan maupun musim kemarau, akan tetapi perbedaan musim yang mempengaruhi keasaman air hujan. Bila diperhatikan kecenderungan tingginya diagram batang antara pH air hujan musim hujan di dataran rendah Gambar 5 dan pH air hujan musim kemarau di dataran rendah Gambar 6, seolah-olah ada kemiripan, karena diawali dengan pH rendah di Kecamatan Dramaga, menaik di Kecamatan Citeureup, kemudian menurun di Kecamatan Bojong Gede dan Ciomas. Sebenarnya pH air hujan pada musim hujan dan musim kemarau di Kecamatan Dramaga dan Bojong Gede relatif sama, yang berbeda adalah tingginya pH air hujan di Kecamatan Citeureup dan lebih rendahnya pH air hujan di Kecamatan Ciomas. Hal yang berbeda dengan pH air hujan pada musim hujan di kecamatan dataran tinggi Kecamatan Ciawi, Jasinga, Mega Mendung dan Cisarua. Perbedaan Ketinggian tempat menyebabkan pH air hujan musim hujan menjadi lebih rendah Gambar 7. pH Air Hujan Musim Hujan di Dataran Rendah 6.02 7.03 5.77 5.38 1 2 3 4 5 6 7 8 Dramaga Citeureup Bojong Gede Ciomas Kecamatan pH pH Air M.Hujan Gambar 5. Derajat Keasaman pH Air Hujan pada Musim Hujan di Dataran Rendah pH Air Hujan Musim Kemarau di Dataran Rendah 4.85 5.37 4.68 4.17 1 2 3 4 5 6 Dramaga Citeureup Bojong Gede Ciomas Kecamatan pH pH Air M.Kemarau Gambar 6. Derajat Keasaman pH Air Hujan pada Musim Kemarau di Dataran Rendah. pH Air Hujan Musim Hujan di Dataran Tinggi 6.55 6 6.06 5.62 5 5.5 6 6.5 7 Ciawi Jasinga M.Mendung Cisarua Kecamatan pH Gambar 7. Derajat Keasaman pH Air Hujan pada Musim Hujan di Dataran Tinggi. Urut-urutan topografi dimulai dari daerah kecamatan yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, yaitu Kecamatan Ciawi lebih rendah dari Kecamatan Jasinga, dan Kecamatan Jasinga lebih rendah dari Kecamatan Mega Mendung serta yang paling tinggi adalah Kecamatan Cisarua. Berdasarkan gambar tersebut terlihat semakin tinggi daerah kecamatan semakin rendah pH air hujan pada musim hujan. Hal ini terjadi karena prekursor pembentuk asam pada daerah yang lebih tinggi akan lebih ditahan penyebarannya karena terbentur dengan kondisi gunung yang menghalanginya, sehingga konsentrasi prekursor hujan asam akan lebih banyak dan menyebabkan pH air hujan menjadi lebih rendah. Hal yang berbeda bila terjadi pada musim kemarau. Pada musim hujan jarak waktu hari hujan ke hujan berikutnya relatif lebih cepat sehingga penyebaran prekursor hujan asam terhalang gunung dan lebih cepat terlarut keasaman air hujan, akan tetapi pada musim kemarau jarak waktu hari hujan lebih lama, sehingga prekursor hujan asam masih sempat menyebar dan menghindari gunung dan menyebabkan konsentrasinya lebih sedikit yang membuat pH-nya lebih tinggi. Hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 8 yang mem- perlihatkan pH air hujan pada musim kemarau tidak semakin menurun dengan semakin tingginya tempat. Kecamatan Jasinga dan Mega Mendung pH-nya lebih tinggi dari Kecamatan Ciawi, padahal Kecamatan Jasinga dan Mega Mendung lebih tinggi dari Kecamatan Ciawi, begitu pula Kecamatan Mega Mendung pH-nya lebih tinggi dari Kecamatan Jasinga, padahal Kecamatan Mega Mendung lebih tinggi dari Kecamatan Jasinga. Dengan demikian pada musim kemarau di dataran tinggi pH air hujan tidak dipengaruhi oleh perbedaan topografi. pH Air Hujan Musim Kemarau di Dataran Tinggi 4.95 5.45 6 5.22 1 2 3 4 5 6 7 Ciawi Jasinga M.Mendung Cisarua Kecamatan pH Gambar 8. Derajat Keasaman pH Air Hujan pada Musim Kemarau Di Dataran Tinggi pH Air Hujan Musim Kemarau 4.85 5.37 4.68 4.17 4.95 5.45 6 5.22 1 2 3 4 5 6 7 Dr am ag a Ci teu reu p Bo jon g G ed e Ci om as Ci aw i Ja sin ga Me ga M en du ng Ci sa ru a Ke camatan pH pH Air M.Kemarau Gambar 9. Derajat Keasaman pH air hujan pada musim Kemarau di Kabupaten Bogor Hal tersebut lebih diperjelas pada Gambar 9, bahwa pH air hujan musim kemarau mempunyai pH yang lebih rendah dari 5,6 dan terlihat hampir sama tinggi diagram batangnya, kecuali untuk kecamatan Mega Mendung dengan pH lebih dari 5,6 dengan alasan seperti diutarakan sebelumnya. Dengan kata lain pada waktu musim kemarau pH air hujan menjadi asam dan tidak dipengaruhi oleh adanya perbedaan posisi dan topografi kecamatan.

4. 1.2. Pengamatan pH Tanah

Untuk mengetahui dampak pH air hujan pada pH tanah, maka contoh tanah diambil disamping dari tanah permukaan juga tanah kedalaman 20 - 30 cm. Tanah kedalaman 20 – 30 cm diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pencemaran udara dan kondisi di luar permukaan tanah, sedangkan tanah permukaan mewakili tanah yang dipengaruhi air hujan. Derajat keasaman pH tanah permukaan baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor tidak terlalu mencolok perbedaannya. Derajat keasaman pH tanah permukaan berkisar antara 5,66 – 6,37 pada musim hujan dan 5,40 – 6,53 pada musim kemarau dengan rataan pH tanah permukaan pada musim hujan adalah 5,93 dan pada musim kemarau adalah 5,71 Tabel 6. Tabel 6. Derajat Keasaman pH Tanah Permukaan dan Kedalaman 20 cm di Musim Hujan dan Kemarau dari Beberapa Kecamatan di Kabupaten Bogor, 1 Kecamatan di Depok dan Bekasi Musim Hujan Musim Kemarau Rataan Kecamatan ------------------------------------------------------------------------------------ Permukaan 20 Cm Permukaan 20 Cm Permukaan 20 Cm Dramaga 5,84+0,28 6,08+0,33 5,69+0,27 6,06+0,35 5,77+0,28 6,07+0,34 Citeureup 6,00+0,18 5,89+0,23 6,01+0,13 5,91+0,29 6,01+0,16 5,90+0,26 Bojong Gede 6.16+0,35 5,67+0,50 6,18+0,26 6,00+0,20 6,17+0,31 5,84+0,35 Ciomas 5,88+0,22 5,81+0,15 5,77+0,34 6,06+0,17 5,83+0,28 5,94+0,16 Ciawi 5,74+0,38 5,80+0,25 5,46+0,20 5,84+0,40 5,60+0,29 5,82+0,33 Jasinga 5,82+0,31 5,59+0,45 5,50+0,85 6,00+0,19 5,66+0,58 5,80+0,31 Megamendung 5,66+0,45 6,00+0,36 5,40+0,34 5,90+0,47 5,53+0,40 5,95+0,42 Cisarua 6,37+0,58 6,21+0,53 6,53+0,13 5,90+0,47 6,45+0,36 6,06+0,50 Rataan Kab.Bogor 5,93+ 0,34 5,88+0.35 5,71+0,32 6,00+0,32 5,82+0,33 5,94+0,34 Bekasi 5,06+0,54 5,22+0,16 4,88+046 5,33+0,14 4,97+0,50 5,28+0,15 Depok 5,67+0,25 5,29+0,15 5,36+0,47 5,20+0,13 5,52+0,36 5,25+0,14 Rataan 5,37+0,40 5,26+0,16 5,12+0,47 5,27+0,14 5,25+0,44 5,27+0,15 Bekas i Depok Hal yang menarik dari pH tanah permukaan dan tanah kedalaman 20 - 30 cm di Depok dan Bekasi Tabel 6 adalah bahwa rataan pH tanah permukaan dan tanah kedalaman 20 cm dibawah standar asam yang ditentukan oleh Saeni 1989 sebesar 5,6. Di sisi lain rataan pH air hujan pada musim hujan dan musim kemarau di Depok dan Bekasi lebih tinggi dari rataan pH air hujan Kabupaten Bogor Tabel 5. Derajat keasaman pH tanah permukaan dan kedalaman 20 cm yang relatif tinggi di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan Depok dan Bekasi, karena Kabupaten Bogor mempunyai curah hujan yang relatif lebih tinggi dan dikenal sebagai kota hujan dibandingkan dengan Depok dan Bekasi. pH Tanah Permukaan dan Kedalaman 20cm Musim Hujan 5.84 6 6.16 5.88 5.74 5.82 5.66 6.37 6.08 5.89 5.67 5.81 5.8 5.59 6 6.21 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 Dr ama ga C iteur eu p Bj .G ed e C io m as Ci awi Ja sin ga M. M en dun g Ci sa ru a Kecamatan pH pH Tanah P pH Tanah 20cm Gambar 10. Derajat Keasaman pH Tanah Permukaan dan Kedalaman 20 – 30 cm pada Musim Hujan di Kabupaten Bogor. Derajat keasaman pH tanah permukaan dan kedalaman 20 - 30 cm pada musim hujan dari beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor diperlihatkan pada Gam- bar 10. Derajat keasaman pH tanah permukaan dan pH tanah kedalaman 20 - 30 cm pada musim kemarau dari beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor terlihat pada Gambar 11. Derajat keasaman pH tanah permukaan baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau tidak mempengaruhi pH tanah Kedalaman 20 cm