Produksi ternak dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar ternak. Faktor dalam ternak berupa genetika ternak atau dalam pengembangan genetika ternaknya
diistilahkan dengan pemuliaan ternak breeding, melalui perbaikan genetika bangsa-bangsa ternak dengan cara inseminasi buatan IB, transfer embrio, kloning
atau mutasi gen. Faktor luar ternak diistilahkan dengan lingkungan environment bisa berupa feeding atau pemberian pakan pada ternak, manajemen atau cara
pemeliharan ternak dan lingkungan alam ternak atau lingkungan tempat ternak dipelihara. Lingkungan alam yang banyak mempengaruhi produksi ternak
diantaranya: banyaknya industri dan transportasi di sekitar tempat ternak dipelihara, pengaruh iklim setempat baik suhu dan kelembaban, disamping kondisi hujan asam
yang diperkirakan banyak berpengaruh pada produksi ternak. Produksi ternak khususnya produksi daging domba ditunjukkan oleh
pertambahan bobot badan domba, atau semakin tinggi pertambahan bobot badan domba akan semakin tinggi pula produksi daging domba. Pertambahan bobot badan
domba dipengaruhi oleh proses metabolisme di dalam saluran pencernaan dan dalam tubuh. Proses tersebut dipengaruhi oleh konsumsinya. Selanjutnya konsumsi ternak
dipengaruhi oleh cara pemberian pakannya, baik pemberian bahan makanan tambahan feed additif, pemberian zat perangsang tumbuh growth promotor yang
berupa hormon, enzim dan antibiotik serta manipulasi pakan. Konsumsi ternak dipengaruhi oleh iklim atau cuaca, pencemaran pakan termasuk pula adanya hujan
asam. Untuk lebih jelasnya alur kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak disajikan dalam Gambar 2.
1.4. Perumusan Masalah
Fenomena-fenomena alam sudah mulai banyak terjadi, diantaranya: a. Pada tahun 1980-an, Bogor merupakan kota sejuk yang hampir tiap hari hujan
dan masih terlihat sebagian minyak sayur yang ada dalam botol membeku. Pada kenyataannya saat sekarang ini di Bogor sudah relatif panas dan
kejadian hujanpun tidak tiap hari. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa pemanasan global
sudah terjadi akibat efek rumah kaca yang ditandai dengan. Peningkatan produksi gas-gas: karbon dioksida CO
2
, metana CH
4
dan nitrous oksida N
2
O, seperti yang terlihat pada Gambar 1.
Gas rumah kaca tersebut meneruskan radisasi gelombang pendek dari cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau
radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat panas, sehingga terjadi Global Warming
atau pemanasan global seperti yang dinyatakan oleh Murdiyarso 2003
a
. b.
Awal bulan Mei 2004 di Teluk Jakarta ditemukan banyak ikan yang mati akibat fenomena alam yang salah satunya disebabkan karena pencemaran
logam berat, yaitu logam merkuri Hg. Hal ini dimungkinkan mengingat hasil penelitian Rahman 2006 yang menyatakan bahwa udang dan
rajungankepiting yang ada di perairan Pantai Batakan dan Pantai Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan mempunyai kandungan logam
berat berupa timbal Pb yang tinggi, yaitu berkisar 66,995 – 96,250 ppm untuk udang dan berkisar 75,630 – 90,515 ppm untuk rajungankepiting.
Nilai tersebut jauh lebih tinggi dari batas ambang yang ditentukan oleh FAO yaitu harus kurang dari 2 ppm. Tingginya kandungan Pb di udang dan
rajungankepiting disebabkan karena tingginya pencemaran Pb baik di udara maupun di laut yang terkontaminasi air hujan yang asam yang mudah
mengikat logam berat termasuk Pb. c.
Hasil penelitian Harahap 2004 yang menyatakan bahwa keasaman akan mengikat lebih banyak timbal. Hal itu ditunjukkan dengan tingginya
kandungan timbal di akar dan daun tanaman teh di Perkebunan Teh Sidamanik, Pematangsiantar, Sumatera Utara daripada kandungan timbal di
akar dan daun tanaman teh di Perkebunan Teh Gunung Mas, Bogor dan di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, Bandung. Tingginya kandungan
timbal di akar dan daun tanaman teh yang ada di Perkebunan Teh Sidamanik karena pH tanah di Perkebunan Teh Sidamanik mempunyai pH lebih rendah
daripada pH tanah di Perkebunan Teh Gunung Mas, Bogor dan di Perkebunan Teh Malabar, Pangalengan, Bandung. Dari hasil penelitian
tersebut bisa saja terjadi pada logam berat lain termasuk air raksa yang ada di Teluk Jakarta. Mengingat sifat dari air raksa yang sangat berbahaya dan
langsung dapat menyebabkan kematian pada makhluk hidup termasuk ikan, maka di Teluk Jakarta ditemukan banyak ikan yang mati pada tahun 2004.
Teluk Jakarta banyak menampung limbah dari beberapa industri, termasuk limbah perairan yang tercemar limbah industri, sehingga kejadian keracunan
air raksa di Teluk Jakarta bisa terjadi. d.
Pada saat Konferensi Tingkat Tinggi KTT Bumi Earth Summit yang
dikenal dengan nama United Nations Conference on Environment and Development UNCED di Rio de Janeiro, Brazil bulan Juni tahun 1992,
para pemimpin dunia sepakat untuk mengadopsi Konvensi Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim United Nations
Framework Convention on Climate Change, UNFCCC, kemudian dilanjutkan dengan kesepakatan Protokol Kyoto tahun 1997 yang merupakan
dasar bagi negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 5 dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang tahun 2008 -2012. Seharusnya
pada tahun 2008 pemanasan global tidak terjadi, akan tetapi pemanasan global sudah terjadi yang salah satu penyebabnya adalah Amerika Serikat
penyumbang sebanyak 36,1 gas emisi rumak kaca terbesar dunia menolak meratifikasi Protokol Kyoto tersebut Murdiyarso. 2003
b
dan dari data laporan pada tahun 2000 konsentrasi gas CO
2
meningkat menjadi 360 ppmv atau meningkat 28,6 dari tahun 1900 dan konsentrasi gas nitrogen oksida
meningkat mencapai 6,9 dari pra industri, seperti terlihat pada Gambar 1 Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup dan PT Persero Sucofindo,
2002. Dari keempat contoh kasus tersebut adalah suatu hal yang mungkin apabila
kasus dampak perubahan iklim khususnya hujan asam acid deposition dan pencemaran logam berat akan dan sudah terjadi terutama di Kabupaten Bogor,
karena wilayah industri lebih banyak terdapat di Kabupaten Bogor daripada di Kota Bogor. Dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di Kecamatan Ciawi pada
tanggal 11 agustus 2005, tepatnya pada lebih kurang pukul 16
00
waktu Indonesia bagian barat, air hujan yang ditampung mempunyai pH sebesar 4,4 dan sebagai
perbandingan pada tanggal yang sama, tepatnya pada lebih kurang pukul 17
00
waktu Indonesia bagian barat, di Kota Depok dilakukan penampungan air hujan dan
mempunyai pH sebesar 4,5. Dengan demikian dari data tersebut memungkinkan Kabupaten Bogor dan
Kota Depok sudah terjadi hujan asam. Menurut Darmono 1995 kondisi asam
mudah mengikat logam-logam berat seperti: timah hitam = plumbum Pb, kadmium Cd dan merkuri Hg. Mengingat Kabupaten Bogor memungkinkan terjadi hujan
asam dan menurut Darmono 1995 kondisi asam akan mengikat logam-logam berat, seperti halnya yang dinyatakan oleh Saeni 1995, maka Kabupaten Bogor
memungkinkan terjadinya pencemaran logam berat. Pencemaran logam berat di tanah dan air tanah akan berakumulasi di hijauan makanan ternak. Timbal yang
terakumulasi dalam hijauan makanan ternak memungkinkan akan terakumulasi di tubuh ternak yang pada akhirnya juga akan terakumulasi di tubuh manusia, sehingga
permasalahannya: a.
Apakah hujan asam sudah terjadi di Kabupaten Bogor baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau?.
b. Apakah Air hujan baik pada musim hujan maupun kemarau mengikat
timbal Pb?. c.
Apakah keasaman air hujan mempengaruhi keasaman tanah dan memungkinkan terjadi pencemaran timbal Pb di tanah.
d. Apakah kandungan timbal Pb di tanah mempengaruhi kandungan
timbal Pb di hijauan makanan ternak di Kabupaten Bogor. e.
Apakah pencemaran timbal Pb di hijauan makanan ternak, akan mempengaruhi kandungan timbal Pb di feses, darah, hati, ginjal dan
daging ternak domba. f.
Apakah pencemaran timbal Pb mempengaruhi produksi ternak domba, khususnya terhadap pertambahan bobot badan ternak domba?.
1.5. Hipotesis
a. Hujan asam sudah terjadi di Kabupaten Bogor baik pada musim hujan
maupun pada musim kemarau. b.
Air hujan yang asam akan meningkatkan kandungan timbal Pb air hujan.
c. Keasaman air hujan akan menyebabkan keasaman tanah dan
menyebabkan pencemaran timbal Pb dalam tanah. d.
Tanah yang mengandung timbal Pb lebih banyak akan terakumulasi dalam hijauan makanan ternak.
e. Ransum ternak yang tinggi kandungan timbalnya tidak akan
meningkatkan kandungan timbal Pb dalam feses, tetapi akan terakumulasi pada darah, hati, ginjal dan daging ternak domba lokal
jantan. f.
Kandungan timbal Pb dalam ransum ternak yang tinggi akan menurunkan produksi ternak khususnya mengurangi pertambahan bobot
badan ternak domba lokal jantan.
1.6. Manfaat Penelitian
a. Sebagai informasi awal pengaruh pencemaran logam berat terhadap
metabolisme dan pertambahan bobot badan domba, sehingga penelitian lanjutan dapat dilaksanakan tentang upaya meminimalkan dampak
pencemaran logam berat terhadap pertambahan bobot badan dan mengurangi akumulasi logam berat dalam tubuh ternak.
b. Untuk mengantisipasi terjadinya pencemaran logam berat dalam rangka
upaya peningkatan produksi ternak khususnya, dan umumnya untuk pengembangan peternakan.
c. Sebagai informasi tentang pencemaran logam berat sehubungan dengan
kesehatan penduduk di Bogor khususnya dan umumnya untuk kehidupan manusia.
d. Sebagai masukan bagi instansi-instansi terkait termasuk dalam hal ini
bagi Dinas Pertanian, sub Dinas Peternakan dan Perikanan Laut di Bogor dan secara umum Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan.
1.7. Novelty Kebaruan
Penelitian tentang hujan asam termasuk juga penelitian tentang pencemaran timbal Pb terhadap tanaman sudah dilakukan, akan tetapi penelitian pencemaran
timbal sebagai akibat dari adanya hujan asam dan kaitannya dengan pencemaran timbal dalam ransum ternak, dan akumulasinya dalam tubuh ternak serta bagaimana
pencemaran timbal mempengaruhi proses metabolisme dan pertambahan bobot badan ternak domba belum dilakukan. Untuk itu penelitian tentang pencemaran
timbal dalam ransum ternak terhadap produksi ternak domba perlu untuk diteliti.