Logam Berat bagi Tanaman

termasuk pertumbuhan akar dan pertumbuhan daun. begitu pula yang dinyatakan oleh Akinola dan Adedeji 2007 bahwa baik tanah maupun rumput Benggala Panicum maximum Jacq. sepanjang jalur ekpress Lagos-Ibadan, Nigeria tercemar logam berat.

2.3. Logam Berat bagi Hewan dan Ternak

Contoh-contoh logam berat yang dinyatakan oleh Saeni 1989 diantaranya: Fe, Pb, Cr, Cd, Zn, Cu, Hg, Mn dan As. Dari logam-logam berat tersebut, menurut Anggorodi 1979 Fe, Cr, Zn, Cu dan Mn termasuk dalam kelompok logam berat dan merupakan mineral yang esensial dan tergolong mineral mikro bagi ternak, maka logam berat yang tergolong nonesensial dan bersifat racun bagi ternak adalah kelompok logam: Pb, Cd, Hg, dan As . dari keempat logam berat tersebut yang paling tinggi kandungannya dalam buangan limbah penggunaan energi batubara dan minyak bumi adalah Pb Tabel 1. Timbal merupakan logam berat yang paling berbahaya kedua setelah Hg Saeni, 1997, sehingga perlu mengamati tentang Pb. Timbal Pb yang sering disebut dengan timah hitam merupakan salah satu mineral yang tergolong pada mineral nonesensial bagi ternak, karena tak dibutuhkan bagi ternak dan keberadaannya dalam ransum bila kebanyakan dapat menyebabkan keracunan. Berdasarkan hasil penelitian pencemaran Pb dan logam berat lainnya pada beberapa hewan diillustrasikan sebagai berikut: a Hasil penyebaran Cd, Fe, dan Pb pada jaringan ikan paus muda atau anak ikan paus yang dipelihara di pantai South East Gulf California Mexico diperoleh data bahwa deposit Pb terjadi di hati sebesar 0,9 µgg. Deposit logam berat lain seperti kadmium Cd pada ikan paus muda terjadi di ginjal sebesar 5,7 µgg, sedang untuk mineral besi Fe terdeposit di daging sebesar 1.009 µgg Inzunza dan Osuna, 2002. b Disisi lain, penelitian yang dilakukan di Cina Selatan, tepatnya di Pearl River Estuary, yang dilakukan terhadap ikan, kepiting, udang dan kerang-kerangan, ternyata penimbunan Pb pada ikan sebesar 0,94 – 30,7 mgkg bobot badan. Konsentrasi Pb paling tinggi pada ikan dibandingkan pada kepiting, udang dan kerang-kerangan Ip, et al., 2005. Lebih lanjut Rahman 2006 meneliti kandungan Pb dan Cd pada beberapa jenis krustasea di Pantai Batakan dan Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, ternyata udang dan rajungan yang ada di perairan Pantai Batakan dan Takisung telah terkontami- nasi Pb dan Cd diatas batas ambang yang telah ditentukan oleh FAO. Batas ambang yang ditentukan oleh FAO, yaitu sebesar kurang dari 2 ppm untuk kandungan Pb dan kurang dari 1 ppm untuk kandungan Cd. Kandungan Pb dan Cd pada udang berkisar 66,995 – 96,250 ppm dan 8,00 – 13,25 ppm, sedang pada rajungan berkisar 75,630 – 90,515 ppm dan 8,520 – 11,375 ppm. c Burung-burung merpati yang berasal dari daerah pedesaan, perkotaan, dan daerah industri di korea telah diteliti konsentrasi Pb dan Cd pada tulang dan ginjalnya. Konsentrasi tulang dan ginjal burung merpati yang berasal dari daerah pedesaan hampir seimbang dengan yang berasal dari daerah industri. Konsentrasi Pb dan Cd yang paling tinggi pada tulang dan ginjal, berasal dari burung merpati asal daerah perkotaan daripada daerah pedesaan dan industri. Konsentrasi Pb dan Cd pada tulang dan ginjal burung merpati tidak menunjukkan penurunan dengan menurunnya tingkat pencemaran Pb dan Cd di atmosfir, yang menunjukkan bahwa sistem pencernaan lebih penting daripada sistem pernafasan pada pencemaran Pb dan Cd Nam dan Lee, 2005. d Lebih lanjut penelitian pada keong yang diberi makan logam berat dan mineral esensial, pada jaringan lunaknya terdeposit Zn dan Cu sedang Pb tak terdeposit, walaupun pada pakannya sudah diberikan Pb sebanyak 0,4 – 12700 µgkg pakan. Dengan demikian keong tak mendeposit logam berat dalam jumlah yang relatif banyak di kerangnya Laskowski dan Hopkin, 1996. e Pada penelitian tikus yang diberi air minum tercemar Pb sebanyak 1.000 ppm tidak menyebabkan perubahan tingkah laku, akan tetapi terjadi perubahan aktivitas lokomosi atau aktivitas gerak Ma, et al., 1999. Proses pematangan seksual tikus betina yang sedang bunting dan yang sedang