18
4.5 Konsentrasi Gas SO
2
Menurut Utama 2004 sumber pencemar utama yang mengemisi polutan
paling besar di kota Bandung adalah sektor transportasi diikuti oleh industri, domestik dan
pembakaran sampah. Daerah industri serta pemukiman terpadat yang memiliki
konsentrasi polutan maksimum yang bersumber dari sektor non transportasi adalah
sekitar Cibeunying Kidul, Kiaracondong, Batununggal, Bandung Wetan dan Cicadas.
Daerah transportasi terpadat yang memiliki konsentrasi polutan tertinggi di kota Bandung
antara lain adalah sekitar Jalan Merdeka, Jalan Asia Afrika, Jalan Braga, Cihampelas, dan
sebagainya. Kawasan tersebut adalah pusat aktivitas komersial dan perdagangan Kota
Bandung.
Konsentrasi gas SO
2
dan distribusinya di lima stasiun pengukuran pada musim hujan
dan musim kering tidak terlalu berbeda, kecuali Cisaranten dan Tirtalega yang
menunjukkan perbedaan yang mencolok antara musim hujan dan musim kemarau. Secara
umum konsentrasi pada musim kering lebih tinggi daripada musim hujan Gambar 22, 23,
24 dan 25.
Dari hasil analisa, konsentrasi gas SO
2
di stasiun Cisaranten jauh lebih tinggi daripada stasiun lainnya yaitu 33,55 µgm
3
pada musim hujan dan 95,11 µgm
3
pada musim kering, karena stasiun ini terletak pada daerah industri
tepatnya di kecamatan Ujung Berung sehingga konsentrasi SO
2
sebagai hasil pembakaran bahan bakar fosil dalam aktivitas industri dan
banyaknya partikel debu yang kemudian bereaksi membentuk endapan sulfat yang turun
baik sebagai deposisi basah hujan asam atau deposisi kering akan meningkat dengan tajam.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian BAPPENAS 2006 yang menyatakan bahwa
hasil perhitungan estimasi beban emisi dari sektor industri menunjukkan bahwa industri
pemintalan dan barang jadi tekstil merupakan kontributor utama emisi SO
2
dan NOx dari sektor industri di kota Bandung. Emisi SO
2
tertinggi berasal dari industri-industri di kecamatan Rancasari, Ujung berung, Cicadas,
Kiaracondong, Cibeunying kidul, Sukajadi dan Cicendo.
Konsentrasi gas SO
2
tertinggi kedua adalah stasiun Dago. Konsentrasi gas SO
2
pada musim hujan dan musim kering tidak jauh
berbeda, yaitu 32,15 µgm
3
pada musim hujan dan 37.53 µgm
3
pada musim kering. Hal ini disebabkan stasiun Dago terletak di daerah
dataran tinggi sebelah utara Bandung yaitu di kecamatan Coblong, dimana kekasapan
permukaannya tinggi sehingga menurunkan kecepatan angin yang berfungsi sebagai
pengencer polutan. Selain itu daerah dataran tinggi membentuk barrier tehadap pergerakan
udara sehingga polutan akan “terperangkap” di daerah tersebut.
Konsentrasi gas SO
2
di stasiun Batununggal tidak begitu besar yaitu dengan
rata-rata 10,65 µgm
3
, sedangkan konsentrasi SO
2
rata-rata pada musim kering mencapai 36,66 µgm
3
. Stasiun Batununggal terletak pada daerah perumahan industri sehingga
diperkirakan sumber SO
2
utama adalah berasal dari limbah domestik berupa deterjen dan
sampah rumah tangga. Menurut Utama 2004, Batununggal adalah salah satu daerah
pemukiman terpadat dengan konsentrasi polutan maksimum yang berasal dari sektor
non transportasi.
Konsentrasi SO
2
rata-rata di stasiun Tirtalega juga rendah yaitu 13,07 µgm
3
pada musim kering dan 31,13 µgm
3
pada musim hujan. Konsentrasi SO
2
pada musim hujan cenderung tinggi pada awal bulan dan semakin
menurun seiring dengan pertambahan hari. Stasiun Tirtalega berada di sekitar pusat kota
dan mewakili daerah dengan transportasi yang cukup padat. Konsentrasi gas SO
2
di stasiun ini rendah kemungkinan karena jenis transportasi
terbanyak di Kota Bandung adalah sepeda motor dan kendaraan pribadi yang
menggunakan bahan bakar bensin, sementara jenis kendaraan berat seperti truk dan bis yang
menggunakan bahan bakar solar lebih sedikit. Emisi kendaraan bermotor sangat dipengaruhi
oleh kualitas bahan bakar dan kondisi pembakaran dalam mesin. Emisi buangan
kendaraan utama adalah CO, NO dan NO
2
. Kendaraan berat seperti truk dan bis yang
menggunakan bahan bakar solar mengandung sulfur sehingga melalui proses pembakaran
dalam mesin, sulfur akan teroksidasi dan menghasilkan SO
2
yang kemudian akan diemisikan ke udara bersama gas lainnya
seperti CO dan NO
x
, sementara kendaraan seperti sepeda motor dan kendaraan pribadi
yang menggunakan bahan bakar bensin mengandung timbal yang kemudian akan
diemisikan ke udara bersama dengan CO dan NO
x
. Gas NO dan NO
2
NOx merupakan kontributor terjadinya hujan asam, namun data
NOx di lima stasiun pengamatan Bandung tidak lengkap sehingga pH air hujan hanya
diduga dari konsentrasi gas SO
2
. Konsentrasi gas SO
2
terendah adalah di stasiun Ariagraha dengan konsentrasi rata-rata
6,07 µgm
3
pada musim kering dan 6,78 µgm
3
pada musim hujan. Hal ini sedikit meragukan
19 karena walaupun stasiun ini terletak pada
daerah pemukiman padat penduduk yang kemungkinan sumber utama SO
2
berasal dari kegiatan rumah tangga dan pembakaran
sampah, namun stasiun ini berada pada kecamatan Rancasari yang merupakan daerah
kawasan industri. Kemungkinan besar hal ini disebabkan data yang terukur kurang valid.
Persentase perolehan data pada kelima stasiun pemantauan kualitas udara ditunjukkan
oleh Tabel 5.
Tabel 5. Persentase Perolehan Data Jumlah
Hari Pengamatan di Stasiun Pemantauan Otomatis Bandung
Stasiun BAF1 BAF2 BAF3 BAF4 BAF5 SO2
2003 14 34 20 60 39
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
1 4
7 10
13 16
19 22
25 28
Day SO
2
Dago Ariagraha
Tirtalega Batununggal
Cisaranten
Gambar 22. Grafik Konsentrasi SO
2
Musim Kering
0.00 50.00
100.00 150.00
200.00
D ay
Dago A riagraha
Tirt alega B at ununggal
Cisarant en
Gambar 23.
Grafik Konsentrasi SO
2
Musim Hujan
Gambar 24. Peta Distribusi SO
2
Bulan
Kering
Gambar 25. Peta Distribusi SO
2
Musim Hujan.
4.6 Pendugaan pH Air Hujan.