Tingkat Kelarutan Gas PENDAHULUAN

4 ppm BMG, 2003. Sumber Buangan Sulfat lainnya adalah : • Hasil pencucian mineral GIPS:CaSO 4 .2H 2 O • Oksidasi mineral sulfida PIRIT: FeS 2 • Industri deterjen • Limbah domestik Pembakaran 1000 kg bahan bakar minyak dapat menghasilkan 60 kg SO 2 di atmosfer. Gas SO 2 tidak dapat terbakar namun sangat mudah larut dalam air pada suhu ruang sedangkan SO 3 tidak reaktif. SO 2 larut dalam uap air untuk membentuk asam, dan berinteraksi dengan gas-gas dan partikel lain di udara untuk membentuk sulfat dan produk lain yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Lebih dari 65 SO 2 dilepaskan ke udara atau lebih dari 13 juta ton per tahun, yang berasal dari alat elektronik, khususnya yang menggunakan batu bara. Siklus Sulfur dapat dilihat pada lampiran 1. Gas SO 2 yang dilepaskan dapat dioksidasi oleh OH untuk membentuk H 2 SO 4 , Gas ini menjadi higroskopik kemampuan menyerap air dan menjadi reaktif dan menyerap H 2 O dan uap NH 3 secara cepat untuk membentuk aerosol NH 4 HSO 4 dan NH 4 2 SO 4 . Hal ini ditunjukkan pada lampiran 2. Sumber pelenyap senyawa sulfur adalah rainout dan washout. Rainout adalah proses di dalam awan melalui aerosol higroskopis dari senyawa sulfur yang bertindak sebagai inti kondensasi dan melalui mekanisme tangkapan dan penggabungan menjadi tetes hujan dan jatuh ke permukaan tanah. Washout adalah proses penangkapan aerosol oleh tetes air hujan yang jatuh, yang meliputi proses yang terjadi di bawah awan.

2.4 Tingkat Kelarutan Gas

Kelarutan suatu gas dalam droplet air hujan merupakan salah satu kontrol yang paling penting dalam kimia air hujan. Kelarutan suatu gas dalam air hujan secara umum dijelaskan oleh suatu persamaan yang dikenal sebagai Hukum Henry, yang menyatakan bahwa pada saat kesetimbangan, tekanan parsial suatu gas dalam larutan sebanding dengan konsentrasi gas dalam larutan tersebut. Dalam mempelajari kimia atmosfer penting untuk mengasumsikan hubungan antara konsentrasi dalam fase gas dan fase cair berada dalam bentuk kesetimbangan. aq g A A = Kondisi gas yang bereaksi dalam air sedikit rumit sehingga hukum Henry hanya menghitung disolusi yang sederhana bukan hidrolisis berikutnya.

2.4.1 Kelarutan Gas berdasarkan Suhu.

Variasi kelarutan gas dengan suhu dapat terlihat dari gambar 8. Seiring dengan peningkatan suhu, kelarutan gas menurun secara perlahan seperti ditunjukkan oleh penurunan trend dalam grafik Ophardt, 2003. Larutan lebih banyak berada pada suhu yang lebih rendah dan sangat sedikit yang berada pada suhu yang tinggi. Sifat kelarutan gas dengan suhu sangat mirip dengan sifat tekanan uap yang meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan energi kinetic. Energi kinetik yang lebih besar menyebabkan lebih banyak gerakan molekul yang memecah ikatan intermolekul dan keluar dari padatan. Gambar 2. Kelarutan Gas Berdasarkan Suhu Sumber : virtual chembook, 2003

2.4.2 Kelarutan Gas berdasarkan Tekanan.

Kelarutan suatu gas akan meningkat seiring dengan peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan akan menyebabkan molekul-molekul gas dipaksa masuk ke dalam larutan Ophardt, 2003. Saat gas bersentuhan dengan permukaan cairan, jumlah gas yang akan masuk ke dalam larutan adalah sebanding dengan tekanan parsial gas tersebut. Pernyataan ini dikenal dengan hukum Henry. Prinsip hukum ini adalah bahwa jika tekanan parsial gas dua kali lebih besar, rata-rata molekul yang akan menyentuh permukaan cairan pada suatu rentang waktu adalah dua kalinya, sehingga molekul yang akan masuk ke dalam larutan juga dua kalinya. Untuk percampuran gas, hukum henry membantu untuk memperkirakan jumlah tiap-tiap gas yang akan masuk ke 5 dalam larutan, tetapi setiap gas memiliki daya kelarutan yang berbeda-beda dan hal ini juga mempengaruhi lajunya. Sehingga konstanta kesetimbangan dalam hukum henry harus disertakan dalam perhitungan. 2.5 Kesetimbangan Penyerapan dan Hukum Henry Penyerapan suatu jenis gas dalam air dapat ditampilkan dalam bentuk : A g + H 2 O ↔ A.H 2 O A g ↔ A aq Dimana A.H 2 O dan A aq merupakan dua cara penulisan yang berbeda dari gas A dalam keadaan terlarut. Kesetimbangan antara gas A dalam fase gas dengan gas A dalam keadaan terlarut dapat ditunjukkan dalam bentuk konstanta kesetimbangan penyerapan, K A , [ ] [ ] 1 1 2 . − − = atm moleL p O H A K A A Satuan konvensional tersebut merupakan koefisien hukum Henry, H A [ ] A A p H O H A = 2 . Dimana P A merupakan tekanan parsial gas A dalam fase gas dan [A.H 2 O] adalah konsentrasi dari gas A terlarut dalam larutan. Satuan umum koefisien hukum Henry H A adalah [mole l -1 atm -1 ], sehingga terlihat bahwa K A dan H A adalah identik. Satuan mole l -1 secara umum ditulis sebagai M. Jika kedua konsentrasi dalam bentuk gas maupun cair dari gas A ditunjukkan dalam sebuah basis molar maka persamaan dapat ditulis sebagai : [ ] [ ] A A A A A H RT H RT P P H g A O H . A = = 2 Dimana Ĥ A merupakan bentuk koefisien hukum Henry yang tidak berdimensi. Untuk mengubah H A menjadi Ĥ A gunakan R = 0.082 atm M -1 K -1 . Tabel 1 memberikan koefisien hukum Henry dari beberapa gas atmosfer di udara pada suhu 298 K. Nilai yang diberikan dalam tabel tersebut hanya menggambarkan kelarutan gas secara fisik, yaitu hanya kesetimbangan A g + H 2 O ↔ A . H 2 O. Beberapa jenis gas dalam tabel, sekali terlarut akan berada dalam kesetimbangan asam-basa atau bereaksi dengan air. Suatu jenis gas yang memiliki koefisien hukum Henry yang besar 10 3 , secara esensial akan diserap sempurna oleh air. Tabel 1. Koefisien Hukum Henry dari Gas- Gas Atmosfer yang Terlarut dalam Air Gas H, M atm -1 298 K O 2 1.3 x10 -3 N O 1.9 x10 -3 C 2 H 4 4.9 x10 -3 O 3 d 9.4 x10 -3 NO 2 b 1 x 10 -2 N 2 O 2.5 x 10 -2 CO 2 c 3.4 x 10 -2 SO 2 c 1.24 HNO 2 c 49 NH 3 b 62 HCl 2.5 x 10 3 HCHO f 6.3 x 10 3 H 2 O 2 7.1 x 10 4e HNO 3 c 2.1 x 10 5 a diadaptasi dari Schwartz 1983 dan Martin 1984a b NO 2 yang terlarut bereaksi dengan air c Jenis gas ini berpartisipasi dalam kesetimbangan asam- basa yang tidak terlihat dalam nilai H yang diberikan. d ozon sebenarnya terlarut dalam air Roth dan Sullivan, 1981. Untuk tujuan ini hanya akan digunakan koefisien hukum Henry yang ditampilkan disini dan sebagai fungsi dari temperature. Koefisien hukum Henry dari Roth dan Sullivan adalah H = 3.84 x 10 7 [OH - ] 0.035 exp-2428T [atm mole fraction -1 ], didefinisikan oleh P A = H A x A e pengukuran koefisien hukum Henry terbaru adalah yang dilakukan oleh Yoshizumi et al 1984 yang mendapatkan nilai koefisien H H2O2 = 1.42 x 10 5 pada suhu 293 K. f HCHO eksis dalam larutan secara umum dalam bentuk gem-diol: HCHO + H 2 O ↔ H 2 COH 2 . koefisien hukum Henry yang diberikan dalam table berlaku untuk HCHO dan H 2 COH 2 . 2.6 Gambaran Umum Kota Bandung 2.6.1 Kondisi Geografis Kota Bandung.