9 4.
Untuk menguji pengaruh financial leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2013.
5.
Untuk menguji pengaruh profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2011-2013.
6.
Untuk menguji pengaruh kepemilikan kas, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, financial leverage dan profitabilitas berpengaruh secara simultan
terhadap praktik perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik
perataan laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan bermanfaat menjadi bahan referensi tambahan dalam penelitian yang berkaitan dengan praktik perataan laba.
10
3. Bagi investor maupun calon investor, diharapkan dapat menjadi bahan referensi tambahan untuk memahami faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk
melakukan praktik perataan laba.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perataan laba
Perataan laba merupakan salah satu tindakan manajemen laba yang dilakukan pihak manajemen sebagai agen dalam perusahaan. Manajemen laba
adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya
yang tidak mempunyai hubungan dengan atau penurunan profitabilitas dalam jangka panjang.
Konsep perataan laba sejalan dengan konsep manajemen laba yang pembahasannya menggunakan pendekatan teori keagenan. Teori ini menyatakan
bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk
mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Ketika manajer mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak
dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya
untuk memanipulasi
pelaporan keuangan
dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya Abiprayu dalam Cendy, 2013. Menurut Belkaoui 2000 mendefinisikan perataan laba adalah sebagai
suatu upaya yang disengaja dilakukan manajemen untuk mencoba mengurangi
12
variasi abnormal dalam laba perusahaan dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat yang normal bagi perusahaan. Sedangkan menurut Fudenberg dan Tirole
1995 dalam Samosir, 2011, perataan laba adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil.
Barnet et al. membedakan tiga dimensi perataan dalam Belkaoui, 2000 sebagai berikut :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan atau pengakuan Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa
sehingga efek transaksi tersebut terhadap income akan cenderung memperkecil variasinya dari waktu ke waktu. Waktu terjadinya peristiwa
yang direncanakan misalnya riset dan pengembangan sebagian besar akan merupakan fungsi dari aturan akuntansi yang mengatur tentang pengakuan
akuntansi terhadap peristiwa tersebut.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu Berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen
memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan melalui klasifikasi sehingga disebut perataan klasifikatori Ketika statistik laporan income selain income bersih nilai bersihnya semua
pendapatan dan biaya merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi elemen-elemen dalam laporan income untuk mengurangi
variasi dari waktu ke waktu dalam statistik tersebut.
Beberapa alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba Syahriana, 2006 adalah sebagai berikut :
1. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula
sebagaimana yang diinginkan para investor. 2. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode
beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan
permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.
13
4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihidarkan serta ras pesimis dan
optimis dapat dikurangi.
2.1.2 Kepemilikan kas
Kas adalah aset perusahaan yang paling likuid dan karena itu dicantumkan pada urutan aset yang pertama dalam kelompok aset lancar Dunia, 2005 :109.
Kas meliputi saldo uang tunai dan saldo rekening giro bank yang dimiliki perusahaan serta elemen-elemen lainnya yang dapat dipersamakan dengan kas.
Menurut Jensen 1986, dikutip dari Mambraku, 2014 cash holding didefinisikan sebagai arus kas bebas yang dapat digunakan manajer untuk
memenuhi kepentingan manajer diatas kebutuhan dari pemegang saham, oleh karenanya hal ini dapat memperburuk konflik interest diantara kedua belah pihak.
Kas akan tersedia bagi perusahaan ketika keuntungannya melebihi kebutuhan investasinya. Ketika perusahaan memiliki kas berlimpah dan perusahaan yakin
tentang profitabilitas dari investasi maka kelebihan uang tunai akan dibayarkan dalam bentuk dividen.
Menurut Syahyunan 2004: 50 ada beberapa motif yang menyebabkan perusahaan perlu memiliki sejumlah kas, yaitu :
1. Motif transaksi transaction motive Motif transaksi yang dimaksudkan bahwa perusahaan membutuhkan sejumlah
uang tunai untuk membiayai kegiatan sehari-hari. 2. Motif berjaga-jaga satefy motiveprecautionary motive
Motif berjaga-jaga dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang mungkin terjadi tetapi tidak jelas kapan akan terjadinya.
3. Motif spekulatif speculative motive
14
Motif spekulatif dimaksudkan untuk mengambil keuntungan kalau kesempatan itu ada.
4. Motif compensating balance Motif ini merupakan keterpaksaan perusahaan akibat meminjam sejumlah uang
di bank. Apabila perusahaan meminjam uang di bank, biasanya bank menghendaki agar perusahaan tersebut meninggalkan sejumlah uang di dalam
rekeningnya. Jumlah uang dalam rekening disebut compensating balance.
Teori agensi mengungkapkan dua hipotesis pada kebijakan tingkat pemegangan kas perusahaan, yang pertama adalah teori free cash flow dimana
perusahaan menimbun jumlah kas yang terlalu besar dan manajemen memilik menimbun kas tersebut untuk kepentingan pribadi dibanding harus dibayarkan
terhadap shareholder dan untuk mendapatkan kemudahan dan fleksibilitas dan yang kedua adalah teori risk reduction dimana manajer perusahaan yang menolak
risiko akan meningkatkan kepemilikan kas mereka untuk mengurangi eksposur risiko Dewi dalam Mambraku, 2014.
2.1.3 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan saham manajerial dapat mensejajarkan antara
kepentingan pemegang saham dengan manajer karena manajer ikut merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan manajer yang menanggung
risiko apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Jensen 1986 dalam Mambraku, 2014 menyatakan bahwa
semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan akan dapat
15
menyatukan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham, sehingga kinerja perusahaan semakin bagus.
Penelitian oleh Christiawan dan Tarigan 2004 dalam Aggraeni, 2013 menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer
memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini
ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan
keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika
dikaitkan dengan agency theory. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan
maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula. Dilihat dari segi agency theory, kepemilikan manajerial dianggap sebagai
sebuah solusi atas permasalahan yang terjadi antara manajemen dan pemegang saham.
2.1.4 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan berfungsi untuk menginformasikan besaran perusahaan, dimana pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total nilai aset yang
dimiliki perusahaan tersebut. Menurut Agnes Sawir 2004 dalam Dewi, 2010
16
ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan dalam hampir setiap studi untuk alasan yang berbeda:
Pertama, ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal. Perusahaan kecil umumnya
kekurangan akses ke pasar modal yang terorganisir, baik untuk obligasi maupun saham. Meskipun mereka memiliki akses, biaya peluncuran dari penjualan
sejumlah kecil sekuritas dapat menjadi penghambat. Jika penerbitan sekuritas dapat dilakukan, sekuritas perusahaan kecil mungkin kurang dapat dipasarkan
sehingga membutuhkan penentuan harga sedemikian rupa agar investor mendapatkan hasil yang memberikan return lebih tinggi secara signifikan.
Kedua, ukuran perusahaan menentukan kekuatan tawar-menawar dalam kontrak keuangan. Perusahaan besar biasanya dapat memilih pendanaan dari
berbagai bentuk hutang, termasuk penawaran spesial yang lebih menguntungkan dibandingkan yang ditawarkan perusahaan kecil. Semakin besar jumlah uang yang
digunakan, semakin besar kemungkinan-kemungkinan pembuatan kontrak yang dirancang sesuai dengan preferensi kedua pihak sebagai ganti dari penggunaan
kontrak standar hutang. Ketiga, ada kemungkinan pengaruh skala dalam biaya dan return membuat
perusahaan yang lebih besar dapat memperoleh lebih banyak laba. Pada akhirnya, ukuran perusahaan diikuti oleh karakteristik lain yang mempengaruhi struktur
keuangan. Karakteristik lain tersebut seperti perusahaan sering tidak mempunyai
17
staf khusus, tidak menggunakan rencana keuangan, dan tidak mengembangkan sistem akuntansi mereka menjadi suatu
sistem manajemen.
2.1.5 Financial leverage
Leverage dapat diartikan sebagai penggunaan aset suatu dana. Semakin besar leverage menunjukkan bahwa dana yang disediakan oleh pemilik dalam
membiayai investasi perusahaan semakin kecil, atau tingkat penggunaan utang yang dilakukan perusahaan semakin meningkat. Rasio utang dapat digunakan agar
dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang dipinjam. Menurut Syahyunan 2004:114 mengatakan financial leverage
timbul karena adanya kewajiban-kewajiban keuangan yang sifatnya tetap yang harus
dibayar oleh perusahaan. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan atau efek yang positif jika
pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana itu. financial leverage
dikatakan rugi jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut
sebanyak beban tetap yang harus dibayar Riyanto dikutip Amanza ,2012. Risiko keuangan menunjukkan bahwa sejauh mana aset perusahaan telah dibiayai oleh
penggunaan utang. Tingkat leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa risiko perusahaan yang tinggi pula sehingga kreditor sering memperhatikan besarnya
risiko perusahaan dengan penggunaan utang yang tinggi sehingga akan dihadapkan pada kewajiban yang tinggi pula. Pada saat kondisi perusahaan rugi
18
atau pada saat laba yang tidak terlalu tinggi, maka kreditor akan dihadapkan pada risiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar utangnya. Oleh karena itu
manajer perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan cenderung melakukan perataan laba.
2.1.6 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu ukuran yang sering digunakan dalam menilai kelayakan keuangan perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan
sangat berkepetingan dengan analisis kemampuan kelabaan ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam
bentuk dividen Sartono, 2001. Profitabilitas
menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba sebagai kelebihan pendapatan daripada biaya sehingga sangat bermanfaat bagi investor dalam membandingkan antar perusahaan untuk melihat
perbedaan sumber daya yang dimiliki, sedangkan bagi kreditor profitabilitas digunakan untuk memutuskan apakah memberikan pinjaman atau tidak.
Menurut Weston dan Brigham 1978 dalam Wulandari, 2013 rasio profitabilitas meliputi :
1. Margin Laba atas Penjualan Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan penjualan,
memberikan persentase laba dari setiap rupiah atau dollar penjualan.
19
2. Kemampuan Dasar Menghasilkan Laba Rasio kemampuan dasar menghasilkan laba dihitung dengan membagi laba
sebelum bunga dan pajak EBIT dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan dasar perusahaan untuk menghasilkan laba, sebelum dipengaruhi
oleh pajak dan leverage, sehingga sangat berguna untuk membandingkan perusahaan yang satu dengan yang lain meskipun kondisi perpajakan dan
tingkat leverage keungannya berbeda.
3. Pengembalian atas Total Aset Return on Asset Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat pengembalian atas
total aktiva ROA setelah bunga dan pajak. 4. Tingkat Pengembalian atas Ekuitas Saham Biasa Return on Common Equity
Rasio laba bersih setelah pajak terhadap ekuitas saham biasa mengukur tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa ROE, atau tingkat pengembalian atas
investasi pemegang saham biasa.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Diastiti Okkarisma Dewi 2010 yang berjudul “Pengaruh Jenis Usaha, Ukuran Perusahaan dan Financial Leverage terhadap
Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia“. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis usaha dan ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba. financial leverage berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Penelitian yang dilakukan Rita J. D. Atarwaman 2011 yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Kepemilikan Manajerial
terhadap Praktik Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur pada Bursa Efek Indonesia BEI
” . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap perataan laba.
20
Penelitian yang dilakukan Ismed Wijaya 2011 yang berjudul “Pengaruh
Profitabilitas, Financial Leverage dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Propensity Income Smoothing pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia ” . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas
berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan financial leverage dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Penelitian yang dilakukan Daniel Sandres 2011 yang berjudul “Analisis Pengaruh Karateristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang
dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan, variabel ukuran perusahaan, financial
leverage, net profit margin, dan operating profit margin berpengaruh secara bersama-sama terhadap perataan laba dan secara parsial variabel ukuran
perusahaan berpengaruh secara positif terhadap perataan laba dan variabel operating profit margin berpengaruh secara negatif terhadap perataan laba,
sedangkan variabel financial leverage dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mourina Samosir 2011 yang berjudul “Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini besaran perusahaan, NPM, OPM dan ROA tidak berpengaruh terhadap
terjadinya tindakan perataan laba.
21
Penelitian yang dilakukan oleh Samman Mohammadi, Mohammad Monfared Maharlouie, dan Omid Mansouri 2012
yang berjudul “The Effect of Cash Holdings on Income Smoothing
”. Hasil penelitian bahwa Cash holding berpengaruh signifikan dan positif terhadap income smoothing. Namun tidak ada
pengaruh signifikan antara positive changes in cash holding terhadap income smoothing.
Penelitian yang dilakukan oleh Yashinta Pradyamitha Cendy 2013 yang berjudul “Pengaruh Cash holding, Profitabilitas, dan Nilai Perusahaan terhadap
Income smoothing Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2009-
2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel cash holding, profitabilitas, dan variabel kontrol ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap income smoothing. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Siska 2014 yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang T erdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel profitabilitas ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perataan laba sedangkan risiko keuangan DAR, ukuran
perusahaan, dan Net Profit Margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perataan laba.
Ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut
22
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti tahun
Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1. Diastiti
Okkarisma Dewi 2010
Pengaruh Jenis
Usaha, Ukuran
Perusahaan dan
Financial Leverage terhadap Tindakan
Perataan Laba pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Variabel
dependen :
Perataan laba Variabel
independen
: Jenis
usaha, ukuran
perusahaan, financial leverage
Variabel jenis usaha dan
ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap tindakan
perataan laba.
financial leverage
berpengaruh signifikan terhadap
tindakan
perataan laba
2 Rita J. D.
Atarwaman 2011
Analisis Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, dan
Kepemilikan Manajerial
terhadap Praktik Perataan Laba yang
Dilakukan oleh Perusahaan
Manufaktur pada Bursa Efek
Indonesia BEI Variabel
dependen : Perataan laba
Variabel independen :
Ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan kepemilikan
manajerial Ukuran perusahaan,
profitabilitas dan
kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan terhadap
perataan laba.
23
No. Nama
Peneliti tahun
Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
3. Ismed Wijaya
2011 Pengaruh
Profitabilitas, Financial Leverage
dan Pertumbuhan
Perusahaan terhadap
Propensity Income Smoothing
pada
Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel dependen
: Income smoothing
Variabel independen
: profitabilitas,
financial leverage,
dan pertumbuhan
perusahaan Profitabilitas
berpengaruh terhadap
praktik perataan
laba sedangkan financial
leverage dan
pertumbuhan perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap praktik
perataan laba
4. Daniel
Sandres 2011
Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Financial
Leverage, Net
Profit Margin dan Operating
Profit Margin
terhadap Perataan
Laba Income
Smoothing pada Perusahaan
Property,
Real Estate,
Building Construction yang
Terdaftar di BEI Variabel
dependen :
perataan laba. Variabel
independen
: Ukuran
perusahaan, financial
leverage,
net profit
margin, operating
profit margin
Variabel ukuran
perusahaan, financial
leverage, net profit margin,
dan operating profit margin berpengaruh
terhadap
perataan laba.
5. Sri Mourina
2011 Analisis
Perataan Laba dan Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi pada
Perusahaan Makanan dan
Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Variabel dependen
: Perataan laba
Variabel independen
: ROA,
besaran perusahaan, NPM,
dan OPM Besaran perusahaan,
NPM, OPM
dan ROA
tidak berpengaruh
terhadap terjadinya tindakan
perataan laba.
24
No. Nama
Peneliti tahun
Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
6. Samman
Mohammadi, Mohammad
Monfared Maharlouie,
dan Omid Mansouri
2012 The Effect of Cash
Holdings on
Income Smoothing Variabel
Dependen : Income smoothing
Variabel Independen :
Cash
holding, changes in cash
holding, positive changes in
cash holding variabel kontrol:
leverage, company size
Cash holding berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
income smoothing.
Namun tidak ada pengaruh
signifikan antara perubahan positif
pada cash holding terhadap income
smoothing.
7. Yashinta
Pradyamitha Cendy 2013
Pengaruh Cash Holding,
Profitabilitas, dan Nilai
Perusahaan terhadap
Income Smoothing
Studi Empiris
pada Perusahaan-
perusahaan yang Terdaftar
di BEI Tahun 2009-2011
Variabel dependen :
Income smoothing Variabel
independen : Cash holdings,
perubahan positif cash holdings,
profitabilitas, dan nilai perusahaan.
Variabel cash holding,
profitabilitas, dan variabel kontrol
ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap income smoothing.
25
No. Nama
Peneliti tahun
Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
8. Ayu Siska PS
2014 Analisis
Faktor- faktor
yang Mempengaruhi
Praktik Perataan
Laba pada
Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Variebel
dependen :
Perataan laba Variabel
independen
: Profitabilitas
ROA, risiko
keuangan DAR, ukuran
perusahaan, Net
Profit Margin
NPM Profitabilitas ROA
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap
perataan laba sedangkan
risiko keuangan
DAR, ukuran
perusahaan, dan Net Profit
Margin berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap
perataan laba
2.3 Kerangka Konseptual