PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN TINJAUAN PUSTAKA A. JARAK PAGAR

Gambar 6. Diagram alir produksi biodiesel dua tahap Hambali et al., 2006

D. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

Penggolongan hasil pertanian secara umum berdasarkan daya simpan bahan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu i golongan yang relatif tahan disimpan, ii golongan yang mudah rusak, dan iii golongan yang sangat mudah rusak Ciptadi dan Nasution, 1985. Hal tersebut mendorong pemikiran untuk menciptakan kondisi penyimpanan yang baik. Penyimpanan tidak selalu mengalami kondisi optimal, sehingga dalam beberapa bulan dapat terjadi perubahan biologi atau kimia yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas yang cepat. Pengemasan dan penyimpanan merupakan salah satu cara penanganan pascapanen hasil pertanian. Kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan mutu produk, menekan kehilangan karena penyusutan dan kerusakan, memperpanjang daya simpan, dan meningkatkan nilai ekonomis dan daya saing hasil pertanian Soesarsono, 1988. Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang selalu terkait dengan faktor waktu. Penyimpanan dimaksudkan untuk menjaga dan Minyak jarak dengan kadar ALB 2 Pemanasan H 2 SO 4 Pencampuran Metanol Esterifikasi Separasi Metanol Transesterifikasi Pencampuran KOH Metanol Separasi Gliserol Purifikasi Biodiesel Biodiesel kasar mempertahankan nilai komoditas yang disimpan. Jika ada suatu komoditas pertanian yang meningkat mutunya karena disimpan, maka penyimpanan tersebut lebih bersifat sebagai proses penuaan aging. Faktor yang berpengaruh selama penyimpanan meliputi faktor wadah, ruang penyimpanan, perlakuan selama penyimpanan, lingkungan fisik suhu, kelembaban udara, lingkungan biotik organisme perusak dan bukan perusak, dan sebagainya. Interaksi antara komoditas dengan wadah dan kondisi lingkungan sangat berperan terhadap laju kerusakan yang terjadi Soesarsono, 1988. Kelembaban dan suhu ruangan merupakan faktor lingkungan fisik yang terpenting dalam penyimpanan, dimana keduanya menentukan kadar air bahan yang disimpan maupun kadar air udara di dalam tempat penyimpanan Harrington dan Douglas, 1970. Menurut Imdad dan Nawangsih 1995, penyimpanan bahan hasil pertanian umumnya ditempuh untuk berbagai maksud dan tujuan, antara lain menunggu untuk dipasarkan, mendapatkan harga jual tinggi, persediaan konsumsi, keperluan benih, dan keadaan mendesak. Bahan hasil pertanian pada umumnya disimpan dalam 3 macam keadaan, yaitu dionggokkan bulk, dihamparkan, atau dikemas. Pemilihan media penyimpanan yang digunakan sebagai sarana untuk menempatkan bahan sebelum disimpan dalam tempat penyimpanan tentu saja disesuaikan dengan jenis komoditas, volume bahan, dan jangka waktu simpan yang dikehendaki. Media penyimpanan yang biasa dipergunakan untuk menyimpan hasil pertanian yaitu lantai, rak dan kemasan Imdad dan Nawangsih, 1995. Pengemasan dilakukan untuk mempermudah pengaturan, pengangkutan, penempatan dari dan ke tempat penyimpanan, serta memberi perlindungan pada bahan secara awal, dan memperpanjang daya simpan hasil pertanian. Pada umumnya, kondisi bahan hasil pertanian akan terjaga baik bila disimpan dalam keadaan dikemas. Namun, tidak semua hasil pertanian akan memberi akibat yang sama jika disimpan dalam bentuk kemasan. Kemasan ini hanya cocok diterapkan untuk komoditas pertanian berupa bahan yang telah dikeringkan. Beberapa media kemasan yang umum digunakan umtuk membungkus produk hasil pertanian yang akan disimpan yaitu karung, silo, kotak kayu besar, keranjang bambu, tenong, tong, gentong, kaleng, kantung kedap udara, dan box. Jenis kemasan yang digunakan harus sesuai dengan komoditi hasil pertanian Imdad dan Nawangsih, 1995. Karung sudah sejak lama banyak dipergunakan untuk mengemas berbagai produk pertanian, misalnya biji-bijian. Pengemasan dengan karung lebih praktis dan luwes karena mudah penanganannya. Berdasarkan bahan pembuatannya, karung dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu terbuat dari goni, serat plastik, dan dari bahan kain Imdad dan Nawangsih, 1995. Menurut Soekarwati 1989, apabila dibandingkan dengan karung serat sintetis, karung goni mempunyai kualitas yang lebih baik, karena sifat-sifat yang dimiliki oleh karung goni tidak sepenuhnya dimiliki oleh karung serat sintetis. Karung goni terbuat dari serat tanaman rosella, kenaf, atau yute. Kelebihan karung goni bila dibandingkan dengan karung plastik yaitu a dapat dipindah-pindah dengan mudah melalui alat ganco; b dapat ditumpuk sampai tinggi; c contoh dapat dengan mudah diambil dengan cara memasukkan alat pengambil contoh ke dalam karung; d untuk menyimpan komoditi tertentu gula tidak akan menggumpal sebagaimana jika gula tersebut disimpan dalam karung plastik; dan e mudah disimpan dan kalaupun karung goni dibuang, dapat membusuk dengan mudah. Berbagai jenis plastik telah dikenal sebagai bahan kemasan, diantaranya adalah plastik jenis Polietilen PE. Pengemasan dengan plastik PE dapat mempertahankan kelembaban relatif udara di sekitar produk tetap tinggi sehingga mengurangi kehilangan air dari produk. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki permeabilitas yang rendah terhadap uap air. Sifat PE yang lain diantaranya yaitu inert terhadap bahan kimia dan memiliki permeabilitas oksigen dan karbondioksida yang relatif tinggi. Akan tetapi plastik tidak tahan terhadap suhu tinggi dan larut dalam jenis pelarut tertentu Hanlon, 1971. Perlindungan produk dari pengaruh lingkungan seperti gas dan uap tergantung pada integritas kemasan dan permeabilitas. Sedangkan proses gas dan uap melewati suatu bahan kemasan bisa terjadi melalui pori-pori, sesuatu yang terbuka, dan perbedaan konsentrasi Hanlon, 1971. Untuk mempertahankan mutu biji selama penyimpanan, pengeringan sebaiknya dilakukan hingga kadar air mencapai lebih kurang 7 dan disimpan dalam kantong tertutup di ruang berventilasi yang kering dan bersuhu dingin. Biji jarak pagar yang disimpan selama 7 tahun dalam kantong plastik pada temperatur lebih kurang 16 o C menunjukkan daya berkecambah yang bervariasi, berkisar 0- 82. Biji yang selama masa penyimpanannya mengalami perubahan suhu dan kelembaban yang ekstrim akan menurun viabilitasnya sampai di bawah 50 setelah disimpan selama 15 bulan Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan, 2007. Menurut Sudrajat et al. 2006, pengemasan biji jarak pagar menggunakan karung plastik dan diletakkan bersentuhan dengan lantai gudang bisa menyebabkan peningkatan keasaman, biji berjamur dan kehampaan minyak. Demikian pula penyimpanan biji menggunakan kardus dari karton, meskipun tidak kontak dengan lantai tetapi dalam keadaan terbuka, bisa menyebabkan peningkatan keasaman minyak. Penyimpanan yang cukup aman adalah menggunakan kantung plastik yang ditutup rapat dan tidak kontak dengan lantai. Sedangkan untuk keperluan benih, menurut Sudjindro dan Adikadarsih 2006, penyimpanan biji jarak untuk dilakukan dengan mengemas biji dalam kantong plastik yang ditutup untuk mencegah udara masuk kembali ke dalam kantong. Kantong benih yang kemudian disimpan di gudang yang kering. Daya simpan biji dapat ditingkatkan dengan salah satu cara atau kombinasi dari : 1 kadar air rendah, 2 menggunakan kemasan, 3 biji bersih, bebas dari hama dan penyakit, 4 menurunkan kelembaban, 5 memberikan aerasi, dan 6 memberantas hama gudang secara periodik. Penanganan dan penyimpanan biji yang tepat sangat diperlukan karena mutu biji dapat berkurang dengan cepat Kartono, 2004. Salah satu cara untuk mencegah atau menghambat kerusakan minyak atau lemak yaitu dengan mengemas bahan-bahan tersebut. Syarat-syarat kemasan yang baik yang digunakan untuk minyak atau lemak adalah dapat mencegah atau mengurangi proses oksidasi oleh oksigen udara atau peroksidan senyawa- senyawa yang mempercepat terjadinya proses oksidasi lainnya. Bagian dalam dari alat pengemas sebaiknya dipoles dengan antioksidan dan jenis bahan kemasan baik. Bahan-bahan kemasan tersebut dapat berupa gelas, kertas, plastik berwarna atau kaleng dan harus bersifat tahan terhadap lemak atau minyak, yang bertujuan untuk mencegah penetrasi minyak dan lemak ke luar melalui dinding pengemas Hambali et al., 1990.

E. KADAR AIR DAN KELEMBABAN