39
pendekatan jarak tempuh pergerakan dalam waktu tertentu, dan jarak antar posisi vokalisasi suatu kelompok yang bervokalisasi lebih dari 1 kali sebagai
pertimbangan dalam membedakan vokalisasi antar kelompok siamang. Dalam penelitian ini, determinasi vokalisasi dari kelompok kalawet yang
berbeda tidak sepenuhnya didasarkan pada jarak lebih dari 500 m seperti disarankan oleh Brockleman Srikosamatara 1993, dan juga tidak pada
diameter daerah jelajah hipotetik seluas lebih kecil atau sama dengan 70 ha O’Brien et al. 2004. Jarak vokalisasi lebih dari 500 m tidak dijadikan standar
minimal untuk membedakan vokalisasi antar kelompok kalawet karena dalam pemetaan sebaran vokalisasi di setiap lokasi, beberapa diantaranya hanya berjarak
sekitar 300 m dan sangat patut dipertimbangkan sebagai vokalisasi kelompok kalawet yang berbeda. Demikian halnya dengan penggunaan diameter daerah
jelajah, disamping bentuknya yang tidak selalu berupa lingkaran, luas daerah jelajah hipotetik lebih kecil atau sama dengan 70 ha yang digunakan oleh O’Brien
et al. 2004 dinilai terlalu besar, sehingga cenderung menghasilkan estimasi
jumlah kelompok yang terlalu rendah under estimate. Oleh karena itu, dalam penelitian ini determinasi setiap vokalisasi sebagai
kelompok kalawet yang berbeda di setiap lokasi pengamatan didasarkan pada pertimbangan waktu saat vokalisasi, interval waktu antar vokalisasi, jarak antar
posisi sumber vokalisasi, saat turun dari pohon tidur, dan jarak tempuh jelajah kalawet setelah turun dari pohon tidur dalam kurun waktu tertentu, khususnya di
pagi hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka posisi sumber vokalisasi dalam areal pengamatan yang memungkinkan dan paling berdekatan
dideterminasi sebagai vokalisasi dari satu kelompok. Dari hasil determinasi kelompok, maka diketahui jumlah kelompok kalawet yang terdapat dalam luasan
areal pengamatan di setiap lokasi.
2. Probabilitas vokalisasi kelompok kalawet
Probabilitas vokalisasi kelompok kalawet adalah peluang suatu kelompok kalawet bervokalisasi minimal sekali selama kurun waktu pengamatan tertentu.
Estimasi probabilitas tersebut diperoleh dengan cara mengamati vokalisasi kelompok kalawet setiap hari selama pengamatan di setiap lokasi. Data vokalisasi
40
tersebut dipetakan menggunakan program MapSource untuk mendeterminasi jumlah kelompok berbeda yang bervokalisasi setiap harinya di setiap lokasi
selama empat hari pengamatan. Dengan demikian, diperoleh jumlah kelompok kalawet yang sudah bervokalisasi minimal sekali selama empat hari pengamatan
berturut-turut di setiap lokasi. Untuk mengetahui kemungkinan masih ada kelompok kalawet yang belum
bervokalisasi dalam empat hari pengamatan, maka pengamatan diperpanjang sampai tujuh hari di lokasi T0C dan T08. Perpanjangan waktu pengamatan
tersebut, ternyata tidak diperoleh vokalisasi kelompok baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Dengan kata lain, semua kelompok kalawet yang
terdapat dalam area pengamatan di setiap lokasi, dianggap sudah bervokalisasi minimal sekali dalam empat hari pengamatan berturut-turut. Oleh karena itu,
jumlah kelompok yang teridentifikasi dalam kurun waktu tersebut, diperkirakan sebagai jumlah kelompok yang terdapat dalam area pengamatan dengan radius
1,2 km 4,52 km
2
. Dengan demikian, probabilitas vokalisasi kelompok kalawet mencapai
100 pada pengamatan hari keempat. Probabilitas vokalisasi kelompok pada hari pengamatan sebelumnya, diperoleh dengan cara membagi jumlah kelompok
berbeda yang bervokalisasi pada hari tersebut dengan jumlah kelompok teridentifikasi di setiap lokasi pengamatan.
3. Ukuran kelompok group size
Selain pengamatan kepadatan kelompok, juga dilakukan pengamatan terhadap besar kelompok atau jumlah individu dalam kelompok. Pengamatan
dilakukan dengan cara menghitung jumlah individu dari setiap kelompok kalawet yang dijumpai di hutan selama penelitian. Terdapat sebanyak 108 kali kesempatan
berjumpa dengan kelompok kalawet sejak survei awal hingga selesainya penelitian ini. Sebagian besar diantaranya terjadi di tipe MSF, khususnya antara
transek T01 lokasi T0C dan T02 lokasi T02, dan hanya empat kali terjadi di tipe TIF. Rata-rata ukuran kelompok merupakan rata-rata jumlah individu yang
teramati dari sejumlah kesempatan melihat kelompok kalawet Buckley 2004.
41
Vokalisasi
Vokalisasi kategori great call betina dan solo jantan dari tiga ‘spesies’ Hylobates
di Kalimantan, yaitu kalawet H. agilis albibarbis di LAHG TN. Sebangau, H. muelleri di Hampapak, dan hibrida H. agilis albibarbis x
H. muelleri di Barito Ulu; direkam dengan kaset rekorder tipe Aiwa TP-V5535,
dan rekorder digital Panasonic selama pengamatan. Perekaman di lapang atau di kandang rehabilitasi dilakukan dengan cara mendekati sumber suara sedekat
mungkin sepanjang tidak mengusik Hylobates yang bervokalisasi, kemudian merekamnya dengan alat rekorder. Selanjutnya, vokalisasi direkam ke komputer
menggunakan program JetAudio dalam format wave, kemudian divisualisasikan dalam bentuk sonagram dan dianalisis menggunakan program Adobe Audition 1.5,
dan Raven 1.2.1 Charif et al. 2004. Sonagram great call dikuantifikasi menjadi beberapa peubah berdasarkan jumlah not, durasi dan frekuensi setiap fase
Dallmann Geissmann 2001, seperti dicontohkan pada Gambar 19. Peubah great call
tersebut disajikan pada Tabel 2.
Fase pre- trill fase trill fase post-trill great call male coda
Gambar 19 Sonagram great call H. agilis albibarbis Dallmann Geissmann 2001
Analisis Data Analisis Vegetasi
Ukuran-ukuran vegetasi dihitung berdasarkan rumus Soegianto 1994, Soerianegara Indrawan 1998, sebagai berikut :
Jumlah individu Kerapatan K
= Luas petak plot
42
Kerapatan suatu jenis Kerapatan relatif KR
= x 100 Kerapatan seluruh jenis
Jumlah bidang dasar Dominansi D
= Luas petak plot
Dominansi suatu jenis Dominansi relatif DR = x 100
Dominansi seluruh jenis Jumlah plot ditemukannya suatu jenis
Frekuensi F =
Jumlah seluruh petak plot Frekuensi suatu jenis
Frekuensi relatif FR = x 100
Frekuensi seluruh jenis Indeks Nilai Penting INP
= KR + DR + FR Keragaman vegetasi dan pohon pakan dihitung menggunakan persamaan
indeks keragaman Shannon-wiener Ĥ Odum 1993; McConkey et al. 2003,
sebagai berikut : Ĥ = -∑[p
i
. log p
i
]
Keterangan : pi = proporsi nilai penting tiap spesies dalam petak contoh
Semakin tinggi nilai indeks Shannon-wiener Ĥ, menunjukkan semakin
tinggi keragaman vegetasi di lokasi tersebut. Daerah jelajah ditampilkan dalam bentuk gambar peta, dan luasnya dihitung
menggunakan program ArcView GIS 3.3.
Analisis Tingkah Laku
Data aktivitas harian, pola makan, vegetasi, pohon sumber pakan, pohon tidur, dan populasi kalawet, ditabulasi dan dihitung dalam bentuk nilai, persentase
dan indeks; kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik atau gambar Mattjik Sumertajaya 2002.
Data aktivitas harian berupa frekuensi dan durasi aktivitas dalam unit-unit waktu menit dari kelompok, dihitung nilai rata-ratanya, dan dipersentasekan
untuk setiap kategori aktivitas, kemudian nilai-nlai tersebut ditampilkan dalam
43
bentuk tabel dan grafik. Demikian halnya pada data pola makan berupa durasi waktu yang digunakan untuk memakan setiap jenis pakan, dihitung nilai rata-
ratanya, dan dipersentasekan untuk setiap jenis pakan, kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Estimasi populasi
Estimasi kepadatan kelompok D
G
dan kepadatan populasi P dianalisis dengan formula yang dimodifikasi dari O’Brien et al. 2004 sebagai berikut:
D
Gi
= m
i
. ∅
i
. ∏ r
i 2
-1
D
G
= ∑ A
i
. D
Gi
. ∑ A
i -1
A
i
= ∅
i
. ∏ . r
i 2
P = D
G
. I
Keterangan: D
Gi
= kepadatan kelompok pada lokasi ke-i kelompokkm
2
m
i
= jumlah kelompok teridentifikasi pada lokasi ke-i ∅
i
= proporsi area lingkaran pengamatan vokalisasi r
i
= jarak kelompok terjauh pada lokasi ke-i km D
G
= kepadatan kelompok di LAHG dan TN Sebangau kelompokkm
2
A
i
= luas area pengamatan ke-i km
2
P = kepadatan populasi di LAHG dan TN Sebangau individukm
2
I = rata-rata ukuran kelompok individukelompok
Analisis vokalisasi
Analisis dan kuantifikasi sonagram great call menurut peubah pada Tabel 2, dikerjakan menggunakan program Raven 1.2.1 Charif et al. 2004 dengan cara
memilih ukuran peubah seperti durasi dan frekuensi, kemudian memilih setiap pragmen sonagram yang akan dikuantifikasi. Dengan demikian, nilai setiap
ukuran peubah dari setiap blok fragmen sonagram fase great call akan ditampilkan dalam bentuk tabel, seperti pada Gambar 20.
Ukuran peubah yang digunakan menurut Charif et al. 2004 dalam program Raven 2.2.1,
didefinisikan sebagai berikut : Delta time
:selisih antara waktu mulai dan waktu akhir atau durasi dari fragmen sonagram terpilih detik
Low frequency :frekuensi terendah dari fragmen terpilih Hz
High frequency :frekuensi tertinggi dari fragmen terpilih Hz
44
Delta frequency :selisih antara frekuensi tertinggi dan terendah atau frekuensi
modulasi dari fragmen sonagram terpilih Hz Tabel 2 Daftar peubah vokalisasi great call kalawet yang diamati
No Kode Peubah
Uraian
1 DT Durasi
total great-call
s Interval waktu antara mulainya not pertama
sampai not terakhir dari great-call 2 TNGC Total
not great call
Total not great call 3 KNGC Kecepatan
not great
call notdetik
Jumlah not great call durasi great call 4 DPrT Durasi
fase pre-trill
s Interval waktu antara mulainya not pertama
sampai not terakhir dari pre-trill 5
FHPrT Frekuensi tertinggi fase
pre-trill Hz
Frekuensi tertinggi dari fase pre-trill 6
FLPrT Frekuensi terendah fase
pre-trill Hz
Frekuensi terendah dari fase pre-trill 7
JNPrT Jumlah not fase pre-trill Jumlah not sebelum fase trill
8 MFPrT
Modulasi frekuensi fase pre-trill
Hz Frekuensi tertinggi minus frekuensi
terendah fase pre-trill 9
KNPrT Kecepatan not fase pre-
trill notdetik
Jumlah not durasi fase pre-trill 10 DFT
Durasi fase
trill s
Interval waktu antara mulainya not pertama sampai not terakhir fase trill
11 FHT
Frekuensi tertinggi fase trill
Hz Frekuensi tertinggi fase trill
12 FLT Frekuensi terendaj fase
trill Hz
Frekuensi terendah fase trill 13
MFT Modulasi frekuensi fase
trill Hz
Frekuensi tertinggi minus frekuensi terendah fase trill
14 JNT
Jumlah not fase trill Jumlah not fase trill
15 KNT
Kecepatan not fase trill notdetik
Jumlah not durasi fase trill 16 DPoT Durasi
fase post-trill
s Interval waktu antara mulainya not pertama sampai not terakhir fase post-trill
17 FHPoT
Frekuensi tertinggi fase post-trill
Hz Frekuensi tertinggi fase post-trill
18 FLPoT
Frekuensi terendah fase post-trill
Hz Frekuensi terendah fase post-trill
19 MFPoT
Modulasi frekuensi fase post-trill
Hz Frekuensi tertinggi minus frekuensi
terendah fase post-trill 20 JNPoT Jumlah
not fase
post- trill
Jumlah not fase post-trill 21 KNPoT Kecepatan not fase
post-trill notdetik
Jumlah not durasi fase post-trill
45
Gambar 20 Contoh tampilan analisis sonagram great call menggunakan program Raven 1.2.1
Variasi peubah sonagram vokalisasi antar individu dan antar spesies dianalisis secara deskriptif dan analisis ragam one-way ANOVA menggunakan
program SPSS 11.
46
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Habitat
Vegetasi
Profil vegetasi habitat kalawet pada beberapa tipe hutan di LAHG CIMTROP Taman Nasional Sebangau disajikan dalam Tabel 3. Jumlah jenis dan
kerapatan pohon, diameter batang dbh diameter at breast high, tinggi pohon, dan basal area serta indeks nilai penting INP dan keragaman jenis indeks
Shannon-Wiener H’ bervariasi di antara tipe hutan dan tingkat stratifikasi vegetasi. Tipe hutan yang ada di LAHG sebagai lokasi pengamatan vegetasi
dalam penelitian ini adalah tipe hutan rawa gambut campuran MSF mixed swamp forest
, tipe hutan tegakan rendah LPF low pole forest, dan tipe hutan tegakan tinggi TIF tall interior forest Shepherd et al. 1997; sedangkan stratifikasi
vegetasi dibedakan atas tingkat pohon dbh ≥20 cm, tiang dbh 10-19 cm,
pancang dbh 10 cm dan tinggi 1,5 m; dan semai tinggi 1,5 m.
1. Keragaman dan Kerapatan Pohon