Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

SISTEM PEMOTONGAN DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL

(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

TUGAS AKHIR Diajukan Oleh :

SHINTIA MAHRAINIZA NST NIM 122101236

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : SHINTIA MAHRAINIZA NST

NIM : 122101236

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : SISTEM PEMOTONGAN DAN

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI

NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR PELAYANAN PERPAJAKAN (KPP) LUBUK PAKAM

Tanggal 2015 Dosen Pembimbing

NIP : 195205121983032002 Prof. Dr. Rismayani SE

Tanggal 2015 Ketua Program Studi

Diploma III Manajemen Keuangan

NIP : 197411232000122001 Dr. Yeni Absah SE. M.Si

Tanggal 2015 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

NIP : 195604071980021001


(3)

i

Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan yang Maha Penyayang, karena dengan berkat dan rahmat dan karunianya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berjudul “SISTEM PEMOTONGAN DAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM” ini sesuai jadwal yang ditentukan. Penulis menulis laporan ini berdasarkan teori dari beberapa buku dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, serta dari data dan informasi yang penulis peroleh selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (Magang) pada Kantor Pelayanan Perpajakan (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Adapun penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dinyatakan lulus pada program studi Diploma III Manajemen Keuangan.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis selama ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Maksum, SE. M.Ec.Ac.Ak.CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE. M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

ii sampai selesainya Tugas Akhir ini

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff dan pegawai Manajemen Keuangan Diploma III Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu, mendidik, membimbing penulis selama perkuliahan.

5. Segenap Pimpinan, Staff dan Pegawai di Kantor Pelayanan Perpajakan (KPP) Pratama Lubuk Pakam yang telah memberikan izin dan menerima kehadiran penulis untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan ( Magang ), khususnya untuk Bang Jems Alsajo, Bang David B.A Sinaga, Bang Heru Pramana dan Bang Willy Siahaan.

6. Teristimewa buat kedua orang tua, adik, dan seluruh keluargaku yang tanpa henti telah memberikan dukungan, doa dan motivasi penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Buat sahabat-sahabat terbaikku Eliya Pratiwi, Silviana Dewi Purba, Okta Miko, Laila Najmi, Habibah, Oky Arya Andaka, M. Ali, Arika Mayanti, Putri Lestari, terimakasih karena telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.


(5)

iii

penulis berharap agar laporan yang telah penulis susun dapat memberikan sumbangan pikiran dan menambah bahan referensi yang bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, 2015 Penulis


(6)

iv

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan ... 5

C. Uraian Teoritis ... 8

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan ... 11

E. Metode Praktik Kerja Lapangan ... 11

BABIIPROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Pembentukan KPP Pratama Lubuk Pakam………… 14

B. Gambaran Struktur Organisasi ... 17

C. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi KPP Lubuk Pakam ... 18

BAB IIIPEMBAHASAN A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Penghasilan ... 24

B. Gambaran Data Penerimaan/Pemotongan PPh Pasal ... 38

C. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil ... 39

D. Sistem Pemotongan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) diKPP Pratama Lubuk Pratama ... 43

E. Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong atas Gaji PNS pada KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014 ... 48


(7)

v

A. Kesimpulan ... 52 B. Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA


(8)

1

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, perguruan tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus. Untuk menjawab tuntutan tersebut, perguruan tinggi harus melakukan berbagai cara dalam usaha meningkatkan kualitas tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan ( Magang ).

Melalui praktik ini seorang mahasiswa dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dibangku kuliah. Serta dapat mengembangkan semua keterampilan yang dimiliki pada instansi-instansi pemerintah maupun perusahaan swasta tempat mahasiswa tersebut melakukan praktik. Agara mahasiswa dapat mengetahui bagaimana situasi dunia kerja yang sebenarnya dan siap menjadi tenaga baru yang terampil dan profesional.

Pajak merupakan salah satu pemasukan Negara yang terbesar, hal ini dapat dilihat dari Anggaran pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) bahwa penerimaan Negara dari sektor pajak yang menjadi primadona, sejak penerimaan Negara dari sektor migas lainnya merosot di pasar Internasional. Pajak merupakan alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaannya sebagaimana yang telah direncanakan dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Sehingga untuk meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah melakukan upaya yaitu melalui ekstensifikasi pajak (usaha untuk mengoptimalkan


(9)

penerimaan pajak dengan meningkatkan faktor-faktor dari dalam), dan perlunya asas keadilan dan kepastian hukum bagi para pembayar pajak.

Masalah pajak merupakan masalah yang dihadapi pihak pemerintah sebagai pihak yang memungut pajak dengan rakyat sebagai pihak yang berkewajiban membayar pajak. Masing-masing pihak memiliki kepentingan dan saling ketergantungan tentang besarnya beban pajak, masyarakat wajib pajak mengharapkan adanya pemungutan pajak yang adil, artinya besar pajak yang terutang sesuai kemampuan wajib pajak,sedangkan harapan pemerintah sebagai pemungut pajak, mengharapkan adanya perlunasan pajak yang tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.

Penerimaan pajak oleh negara salah satunya diperoleh dari pajak penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima /diperoleh seseorang atau badan dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak. Adanya peraturan Pajak penghasilan Pasal 21 sebagaimana yang terutang dalam Undang No. 7 Tahun 1983 dan selanjutnya diubah dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1991, Undang-Undang-Undang-Undang No. 10 Tahun 1994, Undang-Undang-Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun pajak melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri ( WPDN ) sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan lainnya.

Pajak penghasilan sangat menentukan peningkatan penerimaan pajak, karena di anggap memiliki peranan dan dapat memberikan sumber penerimaan


(10)

yang bersifat elastis khususnya pada karyawan /pegawai tetap disebuah instansi atau perusahaan. Para pegawai tetap tidak dapat mengelak untuk tidak membayar pajak karena data berupa penghasilan lengkap ada pada badan selaku pemberi kerja.

Pajak penghasilan dapat dilihat dari 2 (dua) subjek pajak yang berbeda yakni Orang Pribadi dan Badan. Pajak penghasilan Badan umumnya lebih teridentifikasi serta pemungutan pajak atas Badan jauh lebih optimal daripada Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Hal ini disebabkan adanya institusi financial tanpa adanya informasi transaksi financial setiap orang.

1. Wajib Pajak, Objek Pajak, dan Pemotongan Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

a. Wajib Pajak Pajak Penghasilan Pasal 21

Wajib pajak pajak penghasilan Pasal 21 terdiri atas : 1) Pejabat Negara

2) Pegawai Negeri Sipil 3) Pegawai

4) Pegawai Tetap

5) Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri ( WLPN ) 6) Tenaga Lepas

7) Penerimaan Pensiun 8) Penerimaan Honorarium


(11)

a. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Objek Pajak Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji,uang pensiun bulanan,upah honorarium (termasuk honorarium anggota dewan anggota komisaris atau anggota pengawas), premi bulanan,uang lembur,uang sokongan,uang tunggu,uang ganti rugi,tunjangan istri,tunjangan anak,tunjangan kemahalan,tunjangan jabatan,tunjuangan khusus,tunjangan transport,tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun. (Mardiasmo,200’8:160)

b. Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

1) Pemberi kerja yang terdiri dari Orang pribadi / Badan

2) Bendaharawan pemerintah pusat maupun daerah (menyangkut pegawai negeri )

3) Dana pensiun PT. Jamsostek, PT. Taspen

4) Perusahaan Badan, Bentuk Usaha Tetap. (Mardiasmo,2008:164) Namun dalam kenyataannya kendala-kendala masih muncul terutama akibat informasi yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan dan pembaca tidak selamanya mengerti, dimana pihak perusahaan atau disebut juga sebagai pemotong pajak penghasilan ( PPh) Pasal 21 masih salah dalam melakukan perhitungan sehingga tidak jarang para pegawainya merasa dirugikan.

Dengan demikian, maka penulis merasa tertarik untuk mempelajari, memahami, dan mendalami bagaimana sebenarnya sistem perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil (


(12)

PNS ) pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Lubuk Pakam, dan karena pada saat ini pajak merupakan bahan /topik pembicaraan yang sangat penting untuk dibahas dan dipelajari oleh siapa saja dalam pajak. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil sebuah judul ;

“Sistem Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan adalah salah satu persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa perpajakan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Univesitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan antara lain :

1.1 Untuk mengetahui tingkat kesadaran pemotong pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan khususnya Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas gaji PNS pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Lubuk Pakam.

1.2 Untuk mengetahui sistem pemotongan dan perhitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Lubuk Pakam.

1.3 Untuk mengetahui tata cara perhitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) pada Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Lubuk Pakam.


(13)

2. Manfaat praktik kerja lapangan

2.1 Bagi Mahasiswa Peserta Praktik Kerja Lapangan

a. Mengetahui proses pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 lebih mendalam untuk menerapkannya kedalam lingkungan kerja secara nyata.

b. Sebagai motivasi untuk belajar dan menwcari tahu berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu perpajakan yang selama ini belum didapat.

c. Untuk menciptaan rasa tanggung jawab, profesionalitas serta kedisiplinan yang nantinya sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

d. Merangsang Mahasiswa untuk beraktivitas melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui praktik kerja lapangan.

e. Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman kerja pada Kantor Pelayanan Perpajakan Lubuk Pakam. 2.2 Bagi Instansi

a. Dengan melaksakan Praktik Kerja Lapangan bagi Mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan instansi tersebut.

b. Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni.


(14)

c. Sebagai sarana untuk mempererat ubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Lubuk Pakam dengan lembaga pendidikan Program Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

2.3 Bagi Universitas

a. Guna mempersiapkan tenaga mumpuni dibidangnya, siap bersaing dan profesional dalam lingkungan kerja yang nyata.

b. Guna mempromosikan sumber daya manusia yang ahli sesuai dengan bidang keahliannya.

c. Memperbaiki pandangan masyarakat terhadap sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara.

d. Membuka interaksi antara dosen dengan instansi pemerintah yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan.

C. Uraian Teoritis

1. Defenisi dan fungsi pajak 1.1 Defenisi Pajak

Menurut prof. Dr Rochmat, SH didalam buku dasar-dasar hukum pajak dan pajak pendapatan ( 1990 ), pajak didefenisikan sebagai iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak


(15)

mendapatkan jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum.

Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2007 (ketentuan umumdan tata cara perpajakan pasal 1 angka 1), Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

1.2. Fungsi Pajak

a. Fungsi budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 21

2.1. Defenisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak pewnghasilan sehubungan dengan pekerjaan,jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak dalam negeri. (PER-31/PJ/2009)

2.2. Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

a. Pemberi kerja yang terdiri dari Orang Pribadi dan Badan b. Bendahara pemerintah baik pusat maupun daerah

c. Dana pensiun atau badan lain seperti jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek), PT.Taspen, PT.ASABRI


(16)

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada jasa tenaga ahli, orang pribadi subjek pajak luar negeri, dan peserta pendidikan, pelatihan dan magang.

e. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. f. Penyelenggaraan kegiatan

2.3. Penerimaan Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21

a. Pegawai tetap

b. Tenaga lepas ( seniman, olahragawan, penceramah, pemberi jasa, pengelola proyek, peserta perlombaan, petugas dinas luar asuransi), distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenisnya.

c. Penerimaan pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tabungan hari tua atau jaminan hari tua. d. Penerima honorarium

e. Penerima upah

f. Tenaga ahli(pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penilai)

g. Peserta kegiatan

2.4. Penerapan Perhitungan PPh Pasal 21 untuk Pegawai Tetap

Penghasilan Kena Pajak dihitung dari penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan, iuran pensiun termasuk iuran Tabungan Hari Tua/Tunjangan Hari Tua ( THT ) ( Kecuali iuran Tabungan Hari Tua/THT pegawai negeri sipil/anggota ABRI/Pejabat Negara) dan penghasilan tidak kena pajak. (PTKP).


(17)

2.5. Pengertian Biaya Jabatan dan Besarnya Tarif Biaya Jabatan

Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang besarrnya 5% dari penghasilan bruto setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 setahun atau Rp 500,00 sebulan, mulai 1 januari 2009.

2.6. Besarnya PTKP untuk pegawai tetap mulai(1Januari2009 )

a. Untuk diri pegawai :

Setahun = Rp. 24.300.000,00 Sebulan = Rp. 2.025.000,00 b. Tambahan untuk pegawai yang kawin :

Setahun = Rp. 2.025.000,00 Sebulan = Rp. 168.750,00

c. Tambahan untk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang dalam setiap keluarganya Rp. 2.025.000,00. 2.7. Tarif yang digunakan mulai ( 1 Januari 2009 )

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 = 5%

a. Diatas Rp.50.000.000,00 – Rp. 250.000.000,00 = 15% b. Diatas Rp. 250.000.000,00 – Rp. 500.000.000,00 = 25%


(18)

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan

Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam praktek kerja lapangan yang dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Perpajakan (KPP) Lubuk Pakam adalah sebagai berikut : Prosedur pengenaan pajak penghasilan khususnya PPh Pasal 21 atas pegawai yang dilakukan oleeh bendaharaan pemerintah menurut UU No.36 Tahun 2008 meliputi pemotongan dan pemngut pajak terutangnya.

E. Metode Praktek Kerja Lapangan 1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, penulis menentukan tempat pelaksanaan (objek) Praktek Keja Lapangan, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan proposal dan surat pengantar Praktek Kerja Lapangan, serta konsultasi dengandosen pembimbing.

2. Studi Literatur

Pengumpulan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui buku-buku ilmiah atau sumber-sumber bacaan lainnya, Undang-Undang Perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Dirjen Pajak dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

3. Obsevasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperoleh data-data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam yang bersangkutan mngenai sistem perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).


(19)

4. Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan mengenai sistem pemotongan dan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Peegawai Negeri Sipil (PNS).

4.1. Peneliti Kepustakaan ( Library Research)

Penelitian kepustakaan yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan, maupun literature yang ada mengenai sistem pemotongan dan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas pegawai. 4.2. Penelitian Lapangan ( Field Research )

Penelitian lapangan yaitu dengan melakukan penelitian langsung ke lapangan ( KPP Pratama Lubuk Pakam ).

5. Analisis Data dan Evaluasi

Analisis data adalah uraian tentang data-data yang dikumpulkan. Teknik analisa dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu teknik anlisis yang berlandaskan pada pemikiran atau teori yang telah ada serta menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis sehingga permasalahan dalam penelitian terungkap dengan jelas dan objektif.

F. Metode Pengumplan Data

Untuk pengumpulan data dan infomasi yang diprlukan dalam praktik kerja lapangan ini, maka penulis menggunakan metode penguplan data sebagai berikut :


(20)

1. Observasi Lapangan

Pengumpulan data tentang peranan pemeriksaan lapangan, melakukan pengamatan langsung tentang objek praktik kerja lapangan serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Wawancara

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan melibatkan pegawai (Key Informan ) Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Lubuk Pakam baik secara lisan maupun tuisan yang berhubungan dengan objek studi.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi komunikasi, misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan pemerintah yang berlaku, Undang-undang perpajakan, dan studi dokumentasi yang berhubungan dengan pemotongan dan perhitungan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam.


(21)

14

A. Sejarah Pembentukan KPP Pratama Lubuk Pakam

Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor InspeksiPajak.Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi PajakMedan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanyapertumbuha ekonbmi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perluadanyatambahan Kantor Inspeksi Pajak yang gunanya untuk menambah penerimaan negara dan sektor pajak.Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat didalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri KeuanganRepublik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989 diadakanlah perubahan secaramenyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantorlnspeksi Pajak yang diganti narna menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligusdibentuk Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Kemudian pada tanggal 3Agustus 1993 dikeluarkanlah Keputusan Menteri Keuangan IndonesiaNo.785/KMK.01/1993 Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 (empat) wilayahkerja yaitu

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep admnistrasi perpajakan modern yangberorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi


(22)

DirektoratJendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakanmaupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagailangkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak, ketigajenis kantor pajak yang ada

yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan(KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak(Karipka) dilebur menjadiKantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).

Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utarat I (Kanwil Sumut 1)akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern yang dijuluki Kantor

Pelayanan Pajak Pratania. Ke delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam unit KPP

konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam

KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni: 1. KPP Pratama Medan Belawan

2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Polonia 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratarna Medan Timur 6. KPP Pratama Binjai

Dua KPP baru yang dìbentuk adalah: 1. KPP Pratama Medan Petisah 2. KPP Pratama Lubuk Pakam


(23)

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil Sumut II. Sejak

dileburnya ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak menjadi satu, maka Kantor PelayananPajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam berubah menjadi Kantor Pelayanan PajakPratama Lubuk Pakam dan berada dibawah organisasi Kanwil Sumut I. Sesuai dengan Keputusan DJP Nomor KEP-95/PJ/2008/ Tentang Saat Mulai Operasi(SMO) Kantor Pelayanan Pajak Pratama di lingkungan Kantor Wilayah DirektoratJendral Pajak Sumatera Utara I, maka Kantor PelayananPajak Pratama Lubuk Pakamditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008.

Visi :

“Menjadi Institusi Pemerintah yang Menyelenggarakan Sistem AdministrasiPerpajakan Modern yang Efektif, Efisien, dan Dipercaya Masyarakat denganIntegritas dan Profesionatisme yang Tinggi”

Misi :

“Menghimpun Penerimaan Pajak Negara Berdasarkan Undang-UndangPerpajakan yang Mampu Mewujudkan Kemandirian Pembiayaan AnggaranPendapatan dan Belanja Negara Melalui Sistem Administrasi Perpajakan yangEfektif dan Efisien”


(24)

B. Gambaran Strnktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja samadalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasimenyediakan pengadaan personil akan memegang jabatan tertentu dimana masingmasing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai jabatannya. Hubungankerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakangambaran sistematis tentang hubungan kerja dan orang-orang yang menggerakkan

organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentangpembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar bagianberdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapatmenetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainyakomunikasi, koordinasi dan integritas secara efisien dan efektif dan segenap kegiatanorganisasi baik vertikal maupun horizontal.


(25)

C. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan setiap seksi, dimana Kantor


(26)

Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakankegiatan operasional pelayanan perpajakan. Untuk dapat melaksanakan tugas pokokdan fungsì sesuai Keputusan Direktur Jendral Pajak Nornor 14/PJ/2008, Tanggal 13Maret 2008, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi adalahsebagal berikut:

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dan 3 bagian , yaitu tata usaha dan kepegawaian, keuangan, dan bagian rumah tangga.

1.1.Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan dibidang tatausaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat,pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usahakepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancarantugas Kantor Pelayanan Pajak.

1.2. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuanganuntuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPPPratama Lubuk Pakam.

1.3. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dankeperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapatmenunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.


(27)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang kepala seksiyang tugasnya mengkoordiflir urusan pengolahan data dan penyajian informasipembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasiwajib pajak dan intensifikasi sesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukanpengumpuhin, pencarían, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen perpajakan,urusan tata usaha penerimaan perpajakan,pengalokasian Pajak Bumi dan/atau Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hakatas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB), pelayanan dukungan teknis computer,pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen InformasiObjek Pajak (SISMIOP), dan Sistem Informasi Geografi (SIG), serta penyiapanlaporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitanproduk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan suratlainnya,penyuluhan perpajakan, pelaksanan rigistrasi Wajib Pajak, sertamelakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaanpiutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak,


(28)

penundaandan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumenpenagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencanapemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan danpenyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaanperpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatanpotensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilalan objek pajakdalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III

Seksi pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II,seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugasmelakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan,penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukanrokonsiliasi data Wajib Pajak dalarn rangka melakukan intensifikasi, danmelakukari evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompokjabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuaidengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.Kelompok jabatan fungsiaonal terdiri dari supervisor,Ketua Tim, Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2


(29)

kelompokFungsional sesuai dengan bidang keahliannya.Setiap kelompok tersebutdikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh KepalaKantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan.Jumlah jabatanfungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenisdan jenjang jabatan fugsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kantor Pelayarian Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakanpenyuluhan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, PajakPertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah , Pajak tidak langsunglainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanahdan/atau Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturanperundang-undang yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratamamenyelenggarakan fungsi:

1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensiperpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dansubjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan,

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan danpengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, 4. Penyuluhan perpajakan,

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, 6. Pelaksanaan ekstensifkasi,


(30)

8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak,

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, 10. Pelaksanaan konsuitasi perpajakan,

11. Peaksanaan intensifikasi,

12. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, 13. Pembetulan ketetapan pajak.


(31)

24

A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Penghasilan

1. Dasar Hukum dan Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21 1.1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

a. Undang-undang Nomor 6

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.

b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilansebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undangNomor 36 Tahun 2008.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor54 1/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 1 84/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal JatuhTempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan TempatPembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran danPelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan PenundaanPembayaran Pajak.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

PMK-254/PMK.03/2008tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan DenganPekerjaan dan Pegawai Harian dan Mingguan


(32)

serta PegawaiTidak Tetap lainnya yang tidak dikenakan Pemotongan PajakPenghasilan.

e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PWR-31/PJ/2009sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur JenderalPajak Nomor PER-57/PJ/2008 tentang Pedoman Teknis TataCara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak PenghasilanPasal 21.

f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor25OIPMK. 03/2008 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas PenghasilanSehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegíatan OrangPribadi.

g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25O/PMK. 03/2008 tentangBesarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapatdikurangkan dan Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atauPensiunan.


(33)

1.2. Defenisi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadapsubjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak atas penghasilanberupa gaji,upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan/jabatan, jasa, dan kegatan.

2. Pemotongan dan Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 2.1. Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Pemotongan PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atauWajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-undang Pajak Penghasilan.

Pemotongan Pajak penghasilan Pasal 21 ,meliputi:

a. Pemberi kerja yang terdiri dan orang pribadi dan badan, baikmerupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yangmembayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaranlain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai


(34)

imbalansehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan olehpegawai atau bukan pegawai.

b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendaharaatau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusiTNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembagapemerintah, lembaga-lembaga Negara laìnnya, dan KedutaanBesar Republik Indonesia di luar Negeri, yang membayar gaji,upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan namadan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan ataujabatan, jasa, dan kegiatan.

c. Dana pension, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja,dan’ badan-badan lain yang membayar uang pension dantunjangan hari tua dan jaminan hari tua.

d. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaanbebas serta badan yang membayar:

1) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan jasa dan/atau kegiatan yang dilakukanoleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,temasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebasdan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untukdan atas nama persekutuannya. 2) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan

dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan olehorang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri.

3) Honorariun atau imbalan lain kepada peserta


(35)

4) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,organisasi yang bersifat nasional dan internasional,perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yangmenyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepadaWajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengansuatu kegiatan.

3. Subjek dan Bukan Subjek Pajak Peaghasilan (PPh) Pasal 21 3.1. Subjek Pajak Pengahasilan (PPh) Pasal 21

Penerima penghasilan yang dipotong pajak Penghasilan (PPh) Pasal

21 adalah orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeriyang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dan Pemotong PPh Pasal 21 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang diakukan baik dalam hubungannya sebagai pegawai maupun bukan pegawai, termasuk penerima pensiun.

Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:

a. Pegawai

b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,tunjangan hati tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya


(36)

c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilansehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lainmeliputi:

a) Tenaga ahlí yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri danpengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penhlai,dan aktuaris.

b) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintangfilm, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, fotomodel, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat,pelukis, dan seniman lainnya.

c) Olahragawan

d) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, danmoderator.

e) Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik computerdan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatukepanitiaan.

g) Agen iklan.

h) Pengawas atau pengelola proyek.

i) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yangmenjadi perantara.

j) Petugas penjaja barang dagangan. k) Petugas dinas luar asuransi.


(37)

l) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct sellingdan kegiatan sejenis lainnya.

d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilansehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:

1) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lainperlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,teknologi dan perlombaan lainnya.

2) Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungankerja. 3) Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan

sebagaipenyelenggara kegiatan tertentu. 4) Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang. 5) Peserta kegiatan lainnya.

3.2. Bukan Subjek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yangdipotongPPh Pasal 21 adalah:

a. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain danNegara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepadamereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamamereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan diIndonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan laindiluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yangbersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.


(38)

b. Pejabat perwakilan organisasi internasìonal yang telah ditetapkanoleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga NegaraIndonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan ataupekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dan Indonesia. 4. Objek dan Bukan Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

4.1. Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baikberupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur. b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerimapensiunsecara

teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.

c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja danpenghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secarasekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lainsejenis.

d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupaupah banian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atauupah yang dibayarkan secara bulanan.

e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,komisi, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentukapapun sebagai imbalan sehubungandengan pekerjaan, jasa, dankegiatan yang dilakukan


(39)

f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah ataupenghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, danimbalan sejenis dengan nama apapun.

g. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnyadengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibenikan oleh:

a) BukanWajibPajak

b) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifatFinal

c) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkanNorma Perhitungan Khusus (Deemed Profit)

4.2. Bukan Objek Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasa! 21adalah:

a. manfaat atau santunan asuransi dan perusahaan asuransi sehubungandengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentukapapun diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah, kecualipenghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) PeraturanDirektorat Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009.

c. luran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yangpendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuarantunjangan hari tua atau juran


(40)

jaminan hari tua kepada badanpenyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminansosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja.

d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dan badan ataulembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agamayang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yangberhak dan lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan olehpemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yangbersangkutan.

5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurang pajak terutamauntuk penghitungan PPh Pasal 21.Besaran PTKP ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Berikut adalah besaran PTKP yang mulai berlaku untuk tahun pajak 2014 Tabel 3.1

Penghasilan Tidak Kena Pajak

No Keterangan Setahun

1 Din WaJib Pajak Orang Pribadi . 24.300.000 2 Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin 2.025.000

3 Tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

24.300.000

4 Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunanlurus serta anak angkat yang ditanggung sepenuhnya, maksimal orang untuk setiap keluarga

2.025.000


(41)

Tabel 3.2

Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%

Diatas RP. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,-

15%

Diatas RP. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,-

25%

Diatas RP. 500.000.000,- 30%

Tarif Deviden 10%

Tidak memiliki NPWP (untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi dari tarif normal

7. Penyetoran PPh Pasal 21

Atas pemotongan PPh Pasal 21 yang telah dilakukan, Bendaharawanpemerintah wajib menyetor PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut ke bankpersepsi dan Kantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.ApabilaBendaharawan Pemerintah terlambat menyetor dikenakan sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2% sebulan. (UU KUP Pasal 14).

8. Pelaporan PPh Pasal 21

Wajib Pajak Bendaharawan wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21setiap bulan ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.Apabila dalam bulan yang bersangkutan tidak terdapat pemotongan PPh Pasal 21, Bendaharawan tetap wajib melaporkan SPT Masa tersebut ke KPP. Apabila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, Wajib Pajak dikenakan sanksiadministrasi berupa denda sesuai Pasal 7 UU KUP sebesar Rp. 100.000,-.


(42)

9. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 a. Pegawai Tetap

Aprianta, Pegawai Negeri Sipil Golongan III/c, menduduki eselon IV.a status kawin,mempunyai 3 orang tanggungan, telah memiliki NPWP,bekerja dikantor Dinas Kependudukan Kabupaten Sragen.Penghasilan bulan januari 2013 sebagai berikut:

Gaji Pokok 2.244.500,00 Tunjangan Istri 224.450,00 Tunjangan anak 89.780,00 Tunjangan jabatan 540.000,00 Tunjangan beras 198.000,00

Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas Aprinta adalah sebagai berikut:

Gaji pokok 2.244.500,00

Tunjangan istri 224.450,00

Tunjangan anak 89.780,00

Tunjangan jabatan 540.000,00

Tunjangan Beras 198.000,00

Jumlah penghasilan bruto 3.296.730,00

Pengurangan

Biaya jabatan 5% x 3.296.730 164.836,50 luran Pensiun 4,75% x 2.558.730,00 121.540,00

286.376,50

Penghasilan netto sebulan 3.010.353,50


(43)

PTKP

WP sendíri 24.300.000,00

WP kawin 2.05.000,00

Tanggungan @ 2.025.000 maks 3 orang 6.075.000,00

32.400.000,00

Penghasilan Kena Pajak 3.724.242,00

Penghasilan Kena Pajak dibulatkan 3.724.000,00

PPh Pasal 21 5% x 3.724.000,00 186.200 PPh Pasal 21 sebulan 186.200/12 15.516,667

b. Contoh perhitungan PPb Pasal 21 atas Honorarium atan Imbalan lain.

Ratna Wardika adalah PNS golongan III/d, pada bulan maret 2013menerima honorarium sebagai narasumber sebuah seminar yang sumberdananya berasal dan APBN sebesar Rp. 5.000.000,00.

PPh Pasal 21 Final yang terutang: 5% x Rp. 5.000.000,00 Rp. 250.000

a. PPh Pasal 21 atas honorarium sebagai narasumber

sebagaimanadimaksud tidak ditanggung pemerintah dan dipotong PPh Pasal 21bersifat final.

b. Bendahara pemerintab yang membayarkan honorarium wajib:

a) Memotong PPh Pasal Final dan menyetorkannya ke bank presepsiatau kantor pos.


(44)

b) Membuat bukti pemotong PPh Pasal Final paling lama akhirbulan dilakukan pembayaran. .

c) Melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 Final melalui penyampaiSPT Masa PITh Pasal 21.

Ayuk, PNS Golongan II/d, pada tanggal 21 maret 2011Menerimahonorarium sebagai salah satu anggota Tim Kerja besar Rp. 1.500.000,00,selama 6 bulan.

PPh Pasal Final yang terutang: 0% x Rp. 1.500.000,00 = Rp. 0,00

Walaupun PPh Pasal Pasal Final yang dipotong Rp. 0,00, Bendahara pemerintah wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 Final paling lama akhir bulan maret 2013.


(45)

B. Gambaran Data Penerimaan Pemotongan PPh Pasal 21

Berikut adalah gambaran data pemotongan PPh Pasal 21 sektor bendaharawan pemerintah tahun 2014.

Tabel 3.3

Data Pemotongan PPh Pasal 21 Sektor Bendaharawan Pemerintah (PNS)

Tahun Pajak 2014 KPP Pratama Lubuk Pakam No. Massa

pajak Jumlah SPT Jumlah Pegawai Yang Dipotong Jumlah Penghasilan Bruto Jumlah Pengurang (PTKP) Jumlah PPH 21 Yang Dipotong

1 Januari 9 574 1,882,302,915 - 63,802,143

2 Februari 9 578 1,599,445,805 - 54,231,826

3 Maret 28 775 1,618,387,841 - 56,204,055

4 April 9 542 24,268,337,479 - 830,962,473

5 Mei 11 571 68,241,998,184 - 2,237,825,730

6 Juni 21 639 66,469,411,736 - 2,391,281,093

7 Juli 5 281 32,693947,774 - 1,648,621,629

8 Agustus 7 1,193 3,821,892,103 - 533,834,893

9 September 23 1,087 9,185,828,358 - 7,123,938,910

10 Oktober 8 6,883 13,585,687,500 - 1,27,108,025

11 Nopember 14 436 54,789,740,891 - 4,862,305,790

12 Desember 25 1,685 81,546,998,185 7,772,421,508 10,999,228,675

Total 169 15,244 243,673,922,991 7,772,421,508 32,081,345,242 Bedasarkan hasil riset yang dilakukan pada KPP Pratama Lubuk Pakam terdapat masa pajak januari, jumlah SPT yang dilaporkan oleh sektor bendaharawan pemerintah kepacla KPP Pratama Lubuk Pakam sebanyak 9 SPT, jumlah pegawai yang dipotong sebanyak 574 pegawai, jumlah penghasilan bruto


(46)

sebesar Rp. 1.882.306.915, dan jumlah PPh 21 yang dipotong adalah sebesar Rp. 63.802.143.Dan telah kita lihat pada tabel diatas bahwa pada bulan maret adalah dimana sektor bendaharawan pemerintah yang paling banyak melaporkan SPT kepada KPP Pratama Lubuk Pakam yaitu sebanyak 28 dengan jumlah pegawai yang dipotong 775, jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 1.618.387.841, dan jumlah PPh 21 yang dipotong sebesar Rp. 56.204.055.Begitu juga pada bulan desember dimana jumlah SPT yang dilaporkan oleh sektor bendaharawan pemerintah adalah sebanyak 25, jumlah pegawai yang dipotong sebanyak 1.685, jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 81.546.998.185.Dibulan desember mi semua sektor bendaharawan pemerintah menghitung kembali jumlah penghasilan bruto dan masa pajak januari sampai akhir tahun dan dilaporkan ke KPP Pratama Lubuk Pakam untuk dilakukan pengurangan PTKP. Dan sesuai dengan hasil riset saya, jumlah pengurangan PTKP diakhir tahun adalah sebesar Rp. 7.772.421.508, dan jumlah PPh 21 yang dipotong sebesar Rp. 10.999.228.675.

C. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil

1. PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tetap dan Teratur Setiap Bulan (Gaji) yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Tidak banyak yang menyadari bahwa sebenamya setiap penghasilan PNS (yang berupa gaj i dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya tetap dan terkait dengan gaji) dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.Yang dimaksud dengan tunjangan yang terkait dengan gaji adalah tunjangan yang sifatnya tetap yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipi (PNS), termasuk tunjàngan keluarga, tunjangan struktural/fungsional, tunjangan pangan dan tunjangan khusus.


(47)

Akan tetapi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 80 tahun 2010 tanggal 20 Desember 2010, Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh pemerintah selaku pemberi kerja. Artinya setiap PNS akan menerima gaji secara utuh tanpa dipotong PPh Pasal 21. Ketentuan ml berlaku bagi setiap PNS, golongan I sampai IV.

Pengecualian bagi PNS yang tidak mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang dibebankan pada APBN atau ABPD dikenai tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 lebih tinggi sebesar 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan. Pemotongan dilakukan pada saat penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dibayarkan (tidak ditanggung pemerintah).

1. PPh Pasal 21 atas Honorarium / Imbalan yang diterima oleh PNS Selain menerima penghasilan tetap dan teratur setiap bulan, terkadang PNS menerima honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau APBD, salah satu contoh : uang makan. Pemotongan dilakukan oleh bendahara pemerintah yang dibayarkan honorarium atau imbalan lain tersebut.

Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas penghasilan berupa honorarium atau imbalan Lain dengan nama apapun yang menjadi beban APBN atau APBD sebagai berikut:


(48)

Tabel 4.1

Tarif PPh Pasal 21 atas HonorariUmRmI’I’ yang diterima PNS

Penerima Penghasilafl Tarif Tarif

PNS Golongan 1 dan Golongan 11, Anggota TN! dan Anggota POLR1 Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara, dan Pensiun an nya

0%

PNS Golongan 111, Anggota TN! dan AnggOta POLRI Golongan Panjkat Perwita Pertama, dan PensiuflaflflYa

5%

Pejabat Negara, PNS Golongan IV, Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan Perwira Tinggi, clan PensiuflaflflYa

15%

(Peraturan pemerintah No. 80 Tahun 2010 PPh atas Honorarium) 2. Pemotong PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Bendaharawan wajib emotOflg PPh Pasal 21 atas pembaYarafl penghaSilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperolth Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaafl atau jabatafl, jasa, dan kegiatafl. BerdaSarkan PP No. 80 tahun 2010 bahwa Pajak PenghaSilafl Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota TN1, dan AnggOta POLRI, Pensiunan setiap bulan yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh pemerintah atas beban APBN atau APBD.

Apabila sumber dananya berasal dan selain APBN/APBD, maka perlakuannya adalah ketentuan pemungutanpemotongan yang berlaku umum. Penghasilan berupa honorarium, uang sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja dan imbalan lain dengan nama apapun yang sumber dananya berasal


(49)

dan APBN/APBD, maka tata caranya adalah sebagaimana juga diatur dalam PP No.80 tahun 2010. Apabila penerima penghasilan tersebut Non Pejabat NegaraJPNS/ABRI, maka tata cara pemotongan/pemungutan adalah tata cara yang berlaku umum Perdirjen Pajak No. 31/PJ/2009 sebagaimana diubah datam Perdirjen Pajak No. 5/PJ/2009.

3. Bukti Pemotongan

Atas pemotongan PPh Pasal 21 Bendaharawan wajib membuat:

a. Formulir 1721-A2 atas pemotongan PPh Pasal 21 selama satu tahun, paling lambat 2 bulan setelah berakhirnya tahun pajak, untuk PNS/TNI/POLRI, dan Pejabat Negara.

b. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (form F.1.1.33.0l), setiap terjadi pemotongan PPh ala upah/honor/komisi/imbalan lainnya termasuk kepada tenaga ahli, untuk pegawai tidak tetap.

c. l3ukti Pemotongan PPh Pasal 21 Final (form F.l.1.33.02), setiap terjadi pemotongan PPh untuk penghasilan berupa honor/imbalan yang berasal dan APBN/APBD yang dibayarkan kepada PNS/TNI/POLRI/Pejabat Negara dan uang pesangon dan tebusan pensiun yang dibayar sekaligus. Bukti-bukti pemotongan tersebut dipergunakan oleh penerima penghasilan sebagai kredit pajak dalam melaporkan penghasilan dan pajak terutang ke dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi masing-masing.


(50)

D. Sistem Pemotongan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) di KPP Pratama Lubuk Pakam

Pengenaan PPh Pasal 21 adalah tindakan yang wajib dilakukan oleh petugas pajak pada setiap WP yang penghasilannya telah memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Dalam pengetahuan PPh kepada WP Orang Pribadi Dalarn Negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang telah ditentukan dalarn Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.

Adapun prosedur PPh terutang alas gaji pegawai yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah:

1. Pengecekan pada Daftar Gaji Pegawai

Sebelum mendaftarkan pegawainya untuk menjadi seorang WP dan memperoleh NPWP, KPP Pratama Lubuk Pakam terlebih dahulu melakukan pengecekan guna mengklarifikasikan besar gaji atau penghasilan pegawai.Pengecekan tersebut dilakukan dengan system komputerisasi yang secara otomatis dapat diketahui besarnya jumlah penghasilan dan jumlah pajak yang terutang atas penghasilan pegawal tersebut sehingga dapat diketahui pula jumlah pegawal yang dapat dipotong PPh Pasal 21. Dalam hat mi, khusus pada penghasilan PNS di KPP Pratama Lubuk Pakam yang dipotong PPh Pasal 21 adalah golongan 11- a ke atas.

2. Pemotongan Gaji Pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam

Untuk mempermudab pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam dalam hal pembayaràn PPh terutang, maka Bendaharawan KPP Pratama Lubuk Pakam langsung memotong gaji pegawainya yang tentunya telah memiliki


(51)

NPWP.Pemotongan ml dilakukan setiap bulan sesuai dengan jumlah pajak yang terutang pada masing-masing pegawai.Selain itu untuk meringankan hal tersebut, sistem pemotongan mi sangat membantu dalam menghindari penunggakan hutang pajak yang dapat menimbulkan denda administrasi apabila PPh terutang tidak dibayarkan tetap pada waktunya.

A.Subjek dan Objek PPh Pasal 21 pada KPP Pratama Lubuk Pakam

1. Objek PPh Pasal 21 di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah penghasilan yang diterima balk secara teratur maupun tidak teratur,baik final mapun tidak. Contohnya: gaji, tunjangan-tunjangan, honor, uang makan, uang lembur, dan lain-lain.

2. Subjek PPh Pasal 21 atas gaji PNS di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah PNS di KPP Pratama Lubuk Pakam tersebut, dalam hat mi adalah Pegawai Negeri Sipil golongan LI-a sampal dengan golongan IV-e.

B.Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji PNS di KPP Prataina LubukPakam

KPP Pralama Lubuk Pakam diwajibkan memenuhi kewajiban perpajakannya, dan dalam hal memenuhi kewajiban perpajakan tersebut KPP Pratama Lubuk Pakam melaksanakan administraSi perpajakannya dengan menunjuk Bendaharawan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan PPh yang terutang sesual dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 2521PMK. 03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi Pasal 2 ayat (I b).

Dalam menghitung PPh Pasat 21 yang terutang atas gaji pegawai di KPP Pratama Lubuk Pakam, BendaharaWan telab menggunakafl computer yang telah


(52)

deprogram sehingga mempermudah dalam proses perhitungan PPh Pasal 21 yang terutang serta pemotoflganflYa. Bendaharawan KPP Pratama Lubuk Pakam juga telah menerapkan peraturan perundangUfldaflgan yang berlaku pada tahun 2009 dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut.

Berdasarkan basil penelitian di KPP Pratama Lubuk Pakam, maka KPP Pratama Lubuk Pakam telah melaksanakan kewajibannya dalam memotong PPh Pasal 21 atas gaji PNS yang ada di KPP Pratama Lubuk Pakam. Dengan bertitik tolak pada perumusan masalah sebelumnya bahwa penulis akan mencoba membandingkan antara perhitungan PPh Pasal 21 terutang yang dilakukan oleh KPP Pratama Lubuk Pakam.

Disini penulis akan memaparkan bagaimana perhiitungan PPh Pasat sesuai dengan data tang telah diperoleh melalui satu sempel PNS golongan 111/a di KPP Pratama Lubuk Pakam karena bisa saja terdapat kesalahan. Maka untuk mengetahul letak kesalahan yang dilakukan oleh pihak KPP, penulis akan membuktikan keakuratan data dengan cara menghitung kembali perhitungan yang dilakukan oleh Bendaharawan dengan menggunakan program aplikasi PPh Pasal 21 di KPP Pratarna Lubuk Pakam berdasarkan ketentuan serta Undang-Undang perpajakan yang berlaku pada tahun 2013 dengan perhitungan sebagai berikut: 1. Nona X adalah PNS golongan 111/a di KPP Pratama Lubuk Pakam berstatus

TK dan tdak mempunyai anak (TKIO) menerima gaji pokok Rp. 1.921 .000/bulan. Pada bulan maret Nona X mendapat kenaikan gaji menjadi Rp. 1.968.200/bum. Kemudian pada bulan mei 2013 Nona X mendapat kenaikan gaji lagi menjadi Rp. 2.180.300. Nona X menerima gaji ke-13 pada bulan juni sebesar Rp. 2.180.300. Disamping itu, Nona X juga memperoleh


(53)

tunjangan-tufljaflgafl seperti tunjangan twcturaIJ fungsional Rp. 325.000/ bulan, tunjangan beras Rp. 670.560/ tahun, Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN) setahun Rp. 125.572.950. Setiap bulan Nona X juga mernbayar iuran wajib pegawai sebesar 10% dan gaji pokok. Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan PPh Pasal 2! atas Gaji dan Tunjangan Keluarga 4 1. Gaji dan Tunjangan

Gaji Pokok+ Gaji ke-13 Rp.

28.226.500

Tunj.Strukturalffungsional Rp.4.225.000

Tunj.Beras Rp.670.560

Pembulatan Rp.760

Jumlah Penghasilan Bruto Setahun Rp.

33.122.820

Pengurang:

- Biaya Jabatan 5% x Rp. 33.122.820 Rp. 1.656.141 - luranWajib Pegawai 10% x Rp. 26.046.200 Rp. 2.400.000

Jumlah Penghasilan Neto Setahun Rp.

29.066.679

PTKP Rp.

24.300.000

PKP Rp.4.766.679

PKP Pembulatan Rp.4.766.000


(54)

5% x Rp. 4.766.000 Rp. 238.300 (ditanggung pemerintah)

b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pokok dan Tunjangan-Tunjangan termasuk TKPKN (dalam setahun)

1. Gaji dan Tunjangan

Gaji Pokok+Gaji ke-13 Rp.28.266.500

Tunj.Struktur/fungsional Rp.4.225.000

Tunjangan Beras Rp.670.560

TKPKN . Rp.

125.572.950

PembuIaan Rp.760

Jumlah Penghasilan Bruto Setahun Rp.

158.695.770 Pengurang:

Biayaiabatan 5% x Rp. 158.695.770 Rp.6.000.000 luran Wajib Pegawai 10% x Rp. 26.046.200 Rp. 2.400.000

Jumlah Penghasilan Neto Setahun Rp.

150.295.770

PTKP Rp.24.300.000

PKP Rp.

125.995.770

Pembulatan Rp.

125.995.000

PPh Pasal 21


(55)

- 15% x Rp. 84.455.000 = Rp. 12.668.250

PPh Pasal 21 Terutang atas Gaji + Tunjangan Rp.15.168.250

PPh Pasal 21 atas Gaji Rp.66 1.300

PPh Pasal 21 atas TKPKN Rp.14.506.950

Ditinjau dan dua basil perhitungan PPh Pasal 21 secara manual dan PPh Pasal 21 secara komputerisaSi. Dan dua perhitungan tersebut terdapat perbedaan dalam hal pembulatan penerapan tarif pejak sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (4) tentang Pajak Penghasilan yang menyebutkan bahwa “Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh”. Dan selanjutnya terdapat perbedaan dalam hat pembulatan yang dihitung clengan menggtnakan menggunakan cara manual dan cara komputerisaSi. Perbedaan mi disebabkan karena didalam sistern komputerisasi tidak ada sistem pembulatan ketika melakukan perhitungan PPh Pasal 21.Hasil yang dikeluarkan oleh komputerisasi merupakan hasil nil dan perhitungan pembulatan tarif. Pada KPP Pratama Lubuk Pakam juga terdapat penghasilan lain berupa gaji 13 dan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN).

E.Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong atas Gaji PNS pada KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014

Rincian PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan PNS pada tahun 2014 di KPP Pratama Lubuk Pakam adaiah:


(56)

Tabel 4.2

Rincian PHI Pasal 21 Tahun 2014 di KPP Pratama Lubuk Pakam

Bulan Jumlah

Penghasilan Bruto

TKPKN yang dibayarkan

Total PPh yang dipotong Total

ditanggung pmerintah

Gaji TKPKN

Januari 238.614.700 526.869.625 765.484.325 1.862.571 47.712.527 1.862.571

Februari 239.126.034 524.256.800 765.484.325 1.877.246 47.313.601 1.877.246

Maret 235.711.470 520.260.575 765.484.325 1.848.655 47.166.819 1.848.655

April 236.289.898 530.662.525 765.484.325 1.862.571 48.209.859 1.874.921

Mei 237.525.414 531.823.475 765.484.325 1.862.571 48.362.737 1.906.700

Juni 251.426.504 537.047.300 765.484.325 1.862.571 50.145.796 2.487.133

Juli 241.371.302 538.525.425 765.484.325 1.862.571 50.344.872 2.401.584

Agustus 233.393.820 509.177.125 765.484.325 1.862.571 46.418.872 2.205.794

September 236.759.354 519.915.700 765.484.325 1.862.571 47.973.090 2.232.181

Oktober 247.417.500 525.972.525 765.484.325 1.862.571 48.712.527 2.345.599

Nopember 260.309.530 546.704.100 765.484.325 1.862.571 47.712.527 2.372.567

Desember 263.573.039 544.704.100 765.484.325 1.862.571 47.712.527 1.317.801

Jumlah 2.921.518.564 6.355.242.275 9.276.760.839 24.732.722 579.315.624 24.732.722 Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam Tahun 2014

Ratio PPh Pasal 21 yang dipotong atas penghasilan:

Berdasarkan basil riset yang dilakukan pada KPP Pratama Lubuk Pakam terdapat perhitungafl dan pemotongan PPh Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2014 seperti yang tercantum pada table diatas, maka dapat diketahul bahwa dan total penghasilafl bruto sebesar Rp. 9.276.760.839 yang dibebankan kepada keuangan Negara dalam tahun 2013, sebesar 6,24% dan penghasilan tersebut dikembalikan kepada Negara dalam bentuk PPh Pasal 21. PPh Pasal 21 yang dipotong oleh bendaharawanKPP Pratama Lubuk Pakam tersebut sangat berperan dalam penerimaan Negara dan sektor pajak.


(57)

F. Dampak atas Prosedur yang Digunakan

Meskipun dan pihak KPP Pratama Lubuk Pakam menganggap prosedur pengenaafl PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji pegawainya sudab cukup efisien tetapi tetap saja mempunyal kekurangan dan kelebihan, dan mi mengakibatkafl adanya dampak positif dan negative atas prosedur yang digunakan,antara lain:

1. DampakPositif:

a. Pegawai yang dipotong PPh Pasal 21 tidak mengalami penunggakan atas PITh Pasal 21 terutang, karena adanya rutinitas pemotongan gaji setiap bulan.

b. Pegawai tidak direpotkan dengan segala urusan yang menyangkUt kewajiban perpajakan, karena semuanya telah ditangani oleh pihak KPP Pratama Lubuk Pakam.

c. Semakin kecilnya kemungkinan bagi para WP dalam ha! pegawai KPP Pratama Lubuk Pakam untuk melakukan penhinclaran din dan kewajiban perpajakannya.

2. Dampak Negatif:

a. Pegawai menjadi semakin acuh terhadap hal-hal yang menyangkut urusan perpajakan khususnya PPh Pasal 21 karena adanya pemotongan lagsungoleh bendaharawan.

b. Walaupun KPP Pratama Lubuk Pakam telah menggunakan sistem komputerisasi dalam hal perhitungan PPh Pasal 21-nya tetap masih saja terdapat perbedaan perhitungan yang dikarenakan sistem komputerisasi yang digunakan dalam perhitungan tersebut tidak adanya sistei pembulatan ketika melakukan perhitungan PPh Pasal 21


(58)

I. Kendala-kendala dalani Pemotongan PPh Pasal 21

Kendala-kendala dalam pemotongan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh l3endaharawan KPP Pratama Lubuk Pakam adalah:

1. Perubahan PTKP Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun berjalan.

Perubahan PTKP tersebut sangat herpengaruh dengan perhitungan PPh Pasal 21 yang juga secara otomatis berhubungan dengan pemotongan yang dilakukan oleh Bendaharawan. Perubahan PTKP tersebut harus disertal dengan surat pernyataan yang berisi bertambahnya tanggungan dan dalam hal mi hams disertai dengan lampiran berupa Akte Kelahiran.

2. Waktu yang diberikan kepada Bendaharawan untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 21 kurang lama karena bulan Februari semua pemotong yang dilakukan oleh Bendaharawan tersebut harus sudah dilaporkan. Sementara pada instansi lain, pelaporan tersebut dilakukan pada bulan niaret.


(59)

52 A. KESIMPULAN

Dan hasil riset yang telah dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil. Diantaranya adalah:

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa: a. Dlharapkan kepada Instansi khususnya Bendahrawan yang

profesional untuk memotong dan melaporkan potongan pajak yang akurat dan trasparan terhadap potongan pajak PPh Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil dan mencantumkannya dalam bukti potong, sehingga dapat dilaporkan pada pelaporan SPT Tahunan sebagai lampiran pendukung.

b. Bendaharawan KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan kewajibannya dalam hal pemotongan PPh Pasal 21. Pehitungan PPh Pasal 21 tersebut juga telah menggunakan peraturan Perundangu ndangan perpajakan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.

c. Melalui basil riset yang dilakukan, terdapat perbedaan dalam hal jurnlah pembulatan yang dihitung dengan menggunakan cara manual dan komputerisaSi. Perbedaan ml disebabkan karena di dalam sistem komputerisasi tidak ada sistem pembulatan ketika melakukan perhitunganPPh Pasal 21. Hash yang dikeluarkan oleh komputerisasi merupakanhash riB dan perhitungan pembulatan tarif.


(60)

d. Tata cara perhitungan PPh Pasal 21 di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah dengan cara menghitung seluruh penghasilan pegawai termasuk gaji pokok, tunjangan suami/istri, tunjangan anak, tunjangan umum, tunjangan jabatan, tunjangan beras, tunjangan khusus pajak, tunjangan Iainnya. Kemudian jumlah seluruh penghasilan dijumlahkan lalu dikurangi dengan pengurang berupa biaya jabatan dan iuran wajib pegawal. Maka diketahuilah penghasilan neto setahun. Setelah penghasilan neto setahun diketahui maka dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesual dei:igan keadaan pegawai dan selanjutnya diperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun. Untuk menghitung berapa jumlah PPh Pasal 21 yang akan dipotong maka PKP tersebut dikalikan tarifpasal 21 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Sedangkan untuk menghitung besamya PPh Pasal 21 perbulan, dengan cara PPh Pasal 21 setahun dibagi 12 bulan atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.

B. SARAN

1. Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan, maka diharapkan kepada pihak KPP untuk tetap menerapkan peraturan perundang-undangan terbaru dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 khususnya dan jugajenis pajak lain pada umumnya.


(61)

2. Kepada pihak KPP agar tetap melakukan pemotongan PPh Pasal 21 dengan benar dan teliti serta tetap berdasarkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3 Hendaknya program pada sistem komputerisasi yang diterapkan dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut diperbaharui sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak akan terjadi lagi kesalahan dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21.

4. 1-lendaknya pemotongan yang dilakukan oleb Bendaharawan dilakukan secara Iebih transparan dan dapat diketahul dan dimengerti oleh seluruh pegawal khususnya yang menjadi subjek pajak PPh Pasal 21. Hal mi dapat dilakukan dengan memberikan bukti potong 1721-A2 setiap akhir bulan kepada pegawai.


(62)

55

mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28

2007.

r.-:-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah beberapa kali diubah tçrakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

?aruran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas Penghasi Ian yang Dibebanka kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan PajakPenghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang menjadi Beban Anggaran Pendaptan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Peraturan Menteri Keuangan No.25OIPMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapat Dikurangkan dan Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau Pensiunan.

Peraturan Meraeri Keuangan Republik Indonesia Nomor 2621PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pernotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya atas Penghasilan yang menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.PER-3 I/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.


(63)

Mardiasmo, 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Andi, Yogyakarta.

Sihaloho,Cyrus.2006. Ketentuan Umum dan tata cam Perpajakan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(1)

I. Kendala-kendala dalani Pemotongan PPh Pasal 21

Kendala-kendala dalam pemotongan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh l3endaharawan KPP Pratama Lubuk Pakam adalah:

1. Perubahan PTKP Pegawai Negeri Sipil (PNS) tahun berjalan.

Perubahan PTKP tersebut sangat herpengaruh dengan perhitungan PPh Pasal 21 yang juga secara otomatis berhubungan dengan pemotongan yang dilakukan oleh Bendaharawan. Perubahan PTKP tersebut harus disertal dengan surat pernyataan yang berisi bertambahnya tanggungan dan dalam hal mi hams disertai dengan lampiran berupa Akte Kelahiran.

2. Waktu yang diberikan kepada Bendaharawan untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 21 kurang lama karena bulan Februari semua pemotong yang dilakukan oleh Bendaharawan tersebut harus sudah dilaporkan. Sementara pada instansi lain, pelaporan tersebut dilakukan pada bulan niaret.


(2)

52 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dan hasil riset yang telah dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil. Diantaranya adalah:

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh penulis, diketahui bahwa:

a. Dlharapkan kepada Instansi khususnya Bendahrawan yang

profesional untuk memotong dan melaporkan potongan pajak yang akurat dan trasparan terhadap potongan pajak PPh Pasal 21 atas gaji Pegawai Negeri Sipil dan mencantumkannya dalam bukti potong, sehingga dapat dilaporkan pada pelaporan SPT Tahunan sebagai lampiran pendukung.

b. Bendaharawan KPP Pratama Lubuk Pakam telah melakukan

kewajibannya dalam hal pemotongan PPh Pasal 21. Pehitungan PPh Pasal 21 tersebut juga telah menggunakan peraturan Perundangu ndangan perpajakan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh.

c. Melalui basil riset yang dilakukan, terdapat perbedaan dalam hal jurnlah pembulatan yang dihitung dengan menggunakan cara manual dan komputerisaSi. Perbedaan ml disebabkan karena di dalam sistem komputerisasi tidak ada sistem pembulatan ketika melakukan perhitunganPPh Pasal 21. Hash yang dikeluarkan oleh komputerisasi merupakanhash riB dan perhitungan pembulatan tarif.


(3)

d. Tata cara perhitungan PPh Pasal 21 di KPP Pratama Lubuk Pakam adalah dengan cara menghitung seluruh penghasilan pegawai termasuk gaji pokok, tunjangan suami/istri, tunjangan anak, tunjangan umum, tunjangan jabatan, tunjangan beras, tunjangan khusus pajak, tunjangan Iainnya. Kemudian jumlah seluruh penghasilan dijumlahkan lalu dikurangi dengan pengurang berupa biaya jabatan dan iuran wajib pegawal. Maka diketahuilah penghasilan neto setahun. Setelah penghasilan neto setahun diketahui maka dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sesual dei:igan keadaan pegawai dan selanjutnya diperoleh Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun. Untuk menghitung berapa jumlah PPh Pasal 21 yang akan dipotong maka PKP tersebut dikalikan tarifpasal 21 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang PPh. Sedangkan untuk menghitung besamya PPh Pasal 21 perbulan, dengan cara PPh Pasal 21 setahun dibagi 12 bulan atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.

B. SARAN

1. Mengingat peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan, maka diharapkan kepada pihak KPP untuk tetap menerapkan peraturan perundang-undangan terbaru dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 khususnya dan jugajenis pajak lain pada umumnya.


(4)

54

2. Kepada pihak KPP agar tetap melakukan pemotongan PPh Pasal 21 dengan benar dan teliti serta tetap berdasarkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3 Hendaknya program pada sistem komputerisasi yang diterapkan dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 tersebut diperbaharui sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tidak akan terjadi lagi kesalahan dalam perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21.

4. 1-lendaknya pemotongan yang dilakukan oleb Bendaharawan dilakukan secara Iebih transparan dan dapat diketahul dan dimengerti oleh seluruh pegawal khususnya yang menjadi subjek pajak PPh Pasal 21. Hal mi dapat dilakukan dengan memberikan bukti potong 1721-A2 setiap akhir bulan kepada pegawai.


(5)

55

iim— Somor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28

2007.

r.-:-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah beberapa kali diubah tçrakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

?aruran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas Penghasi Ian yang Dibebanka kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan PajakPenghasilan Pasal 21 atas Penghasilan yang menjadi Beban Anggaran Pendaptan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Peraturan Menteri Keuangan No.25OIPMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapat Dikurangkan dan Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atau Pensiunan.

Peraturan Meraeri Keuangan Republik Indonesia Nomor 2621PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pernotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, Anggota POLRI, dan Pensiunannya atas Penghasilan yang menjadi Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.PER-3 I/PJ/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.


(6)

56

Mardiasmo, 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Andi, Yogyakarta.

Sihaloho,Cyrus.2006. Ketentuan Umum dan tata cam Perpajakan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


Dokumen yang terkait

Sistem Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011

2 67 78

Analisis Perhitungan, Pemotongan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Pemko Tebing Tinggi

24 183 88

Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

2 100 97

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (Ptkp) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

6 123 67

Sistem Pemotongan Dan Penghitingan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

1 6 61

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 7

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 13

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 10

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam) Chapter III IV

1 4 31

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 2