B. Gambaran Strnktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja samadalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur
organisasimenyediakan pengadaan personil akan memegang jabatan tertentu dimana masingmasing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai
jabatannya. Hubungankerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakangambaran sistematis tentang hubungan kerja dan orang-orang
yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentangpembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar
bagianberdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapatmenetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan
tercapainyakomunikasi, koordinasi dan integritas secara efisien dan efektif dan segenap kegiatanorganisasi baik vertikal maupun horizontal.
C. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan setiap seksi, dimana Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakankegiatan operasional pelayanan perpajakan. Untuk dapat
melaksanakan tugas pokokdan fungsì sesuai Keputusan Direktur Jendral Pajak Nornor 14PJ2008, Tanggal 13Maret 2008, maka pembagian tugas dan
wewenang masing-masing seksi adalahsebagal berikut:
1. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum terdiri dan 3 bagian , yaitu tata usaha dan kepegawaian, keuangan, dan bagian rumah tangga.
1.1.Tata Usaha dan Kepegawaian
Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan dibidang tatausaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan
surat,pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usahakepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang
kelancarantugas Kantor Pelayanan Pajak.
1.2. Keuangan
Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuanganuntuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai
KPPPratama Lubuk Pakam.
1.3. Bagian Rumah Tangga
Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dankeperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar
dapatmenunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang kepala seksiyang tugasnya mengkoordiflir urusan pengolahan data dan penyajian
informasipembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasiwajib pajak dan intensifikasi sesuai peraturan perundang-undangan
yangberlaku. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas
melakukanpengumpuhin, pencarían, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen perpajakan,urusan tata usaha penerimaan
perpajakan,pengalokasian Pajak Bumi danatau Bangunan PBB dan Bea Perolehan Hakatas Tanah danatau Bangunan BPHTB, pelayanan dukungan
teknis computer,pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen InformasiObjek Pajak SISMIOP, dan Sistem Informasi Geografi
SIG, serta penyiapanlaporan kinerja.
3. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitanproduk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas
perpajakan,penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan suratlainnya,penyuluhan perpajakan, pelaksanan rigistrasi Wajib Pajak,
sertamelakukan kerjasama perpajakan.
4. Seksi Penagihan
Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaanpiutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak,
penundaandan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen- dokumenpenagihan.
5. Seksi Pemeriksaan
Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencanapemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan
danpenyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaanperpajakan lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi
Seksi ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatanpotensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilalan objek
pajakdalam rangka ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III
Seksi pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II,seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai
tugasmelakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,bimbinganhimbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis
perpajakan,penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukanrokonsiliasi data Wajib Pajak dalarn rangka melakukan intensifikasi,
danmelakukari evaluasi hasil banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompokjabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuaidengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku.Kelompok jabatan fungsiaonal terdiri dari supervisor,Ketua Tim, Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2
kelompokFungsional sesuai dengan bidang keahliannya.Setiap kelompok tersebutdikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh
KepalaKantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan.Jumlah jabatanfungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.
Jenisdan jenjang jabatan fugsional diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Kantor Pelayarian Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakanpenyuluhan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak
Penghasilan, PajakPertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah , Pajak tidak langsunglainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak
atas Tanahdanatau Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturanperundang-undang yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak
Pratamamenyelenggarakan fungsi: 1.
Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensiperpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek
dansubjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan, 2.
Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, 3.
Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan danpengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,
4. Penyuluhan perpajakan,
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak,
6. Pelaksanaan ekstensifkasi,
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak,
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak,
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak,
10. Pelaksanaan konsuitasi perpajakan,
11. Peaksanaan intensifikasi,
12. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama,
13. Pembetulan ketetapan pajak.
24
BAB III PEMBAHASAN
A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Penghasilan 1. Dasar Hukum dan Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21
1.1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Undang-undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-undang No. 28
Tahun 2007. b.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilansebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undangNomor 36 Tahun 2008. c.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor54 1KMK.042000 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 1 84PMK.032007 tentang Penentuan Tanggal
JatuhTempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan TempatPembayaran
Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran danPelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan PenundaanPembayaran Pajak.
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-
254PMK.032008tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan DenganPekerjaan dan Pegawai Harian dan Mingguan
serta PegawaiTidak Tetap lainnya yang tidak dikenakan Pemotongan PajakPenghasilan.
e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PWR-
31PJ2009sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur JenderalPajak Nomor PER-57PJ2008 tentang Pedoman Teknis
TataCara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak PenghasilanPasal 21.
f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor25OIPMK. 032008
tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas PenghasilanSehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegíatan
OrangPribadi. g.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25OPMK. 032008 tentangBesarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang
dapatdikurangkan dan Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atauPensiunan.
1.2. Defenisi Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadapsubjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 adalah pajak atas
penghasilanberupa gaji,upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaanjabatan, jasa, dan kegatan.
2. Pemotongan dan Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 2.1. Pemotongan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Pemotongan PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atauWajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-undang Pajak Penghasilan.
Pemotongan Pajak penghasilan Pasal 21 ,meliputi: a.
Pemberi kerja yang terdiri dan orang pribadi dan badan, baikmerupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit
yangmembayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaranlain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai
imbalansehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan olehpegawai atau bukan pegawai.
b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendaharaatau
pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusiTNIPOLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembagapemerintah, lembaga-
lembaga Negara laìnnya, dan KedutaanBesar Republik Indonesia di luar Negeri, yang membayar gaji,upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan namadan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan ataujabatan, jasa, dan kegiatan.
c. Dana pension, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja,dan’
badan-badan lain yang membayar uang pension dantunjangan hari tua dan jaminan hari tua.
d. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaanbebas
serta badan yang membayar: 1
Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan jasa danatau kegiatan yang dilakukanoleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak dalam negeri,temasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebasdan bertindak untuk dan atas
namanya sendiri, bukan untukdan atas nama persekutuannya. 2
Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan olehorang pribadi
dengan status Subjek Pajak luar negeri. 3
Honorariun atau imbalan lain kepada peserta pendidikan,pelatihan, dan magang.
4 Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,organisasi
yang bersifat nasional dan internasional,perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yangmenyelenggarakan kegiatan,
yang membayar honorarium,hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepadaWajib Pajak orang pribadi dalam negeri
berkenaan dengansuatu kegiatan.
3. Subjek dan Bukan Subjek Pajak Peaghasilan PPh Pasal 21 3.1. Subjek Pajak Pengahasilan PPh Pasal 21
Penerima penghasilan yang dipotong pajak Penghasilan PPh Pasal
21 adalah orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeriyang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dan Pemotong PPh Pasal 21 sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang diakukan baik dalam hubungannya sebagai pegawai maupun bukan pegawai, termasuk
penerima pensiun. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi
yang merupakan: a.
Pegawai b.
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,tunjangan hati tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli
warisnya
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh
penghasilansehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lainmeliputi:
a Tenaga ahlí yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri
danpengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penhlai,dan aktuaris.
b Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintangfilm,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, fotomodel, peragawanperagawati, pemain drama, penari, pemahat,pelukis,
dan seniman lainnya. c
Olahragawan d
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, danmoderator.
e Pengarang, peneliti, dan penerjemah.
f Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik computerdan
sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatukepanitiaan. g
Agen iklan. h
Pengawas atau pengelola proyek. i
Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yangmenjadi perantara.
j Petugas penjaja barang dagangan.
k Petugas dinas luar asuransi.
l Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct sellingdan
kegiatan sejenis lainnya. d.
Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilansehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu
kegiatan, antara lain meliputi: 1
Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lainperlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,teknologi dan
perlombaan lainnya. 2
Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungankerja. 3
Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagaipenyelenggara kegiatan tertentu.
4 Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
5 Peserta kegiatan lainnya.
3.2. Bukan Subjek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yangdipotongPPh Pasal 21 adalah:
a. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain
danNegara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepadamereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersamamereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan diIndonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan
laindiluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yangbersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
b. Pejabat perwakilan organisasi
internasìonal yang telah ditetapkanoleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga
NegaraIndonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan ataupekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dan Indonesia.
4. Objek dan Bukan Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 4.1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah: a.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baikberupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerimapensiunsecara
teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya. c.
Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja danpenghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima
secarasekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran
lainsejenis. d.
Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupaupah banian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan
atauupah yang dibayarkan secara bulanan. e.
Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,komisi, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan
dalam bentukapapun sebagai imbalan sehubungandengan pekerjaan, jasa, dankegiatan yang dilakukan
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang
saku,uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah ataupenghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun,
danimbalan sejenis dengan nama apapun. g.
Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan lainnyadengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibenikan
oleh: a
BukanWajibPajak b
Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifatFinal
c Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan
berdasarkanNorma Perhitungan Khusus Deemed Profit
4.2. Bukan Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasa 21adalah:
a. manfaat atau santunan asuransi dan perusahaan asuransi
sehubungandengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan dalam
bentukapapun diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah, kecualipenghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2
PeraturanDirektorat Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2009. c.
luran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yangpendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuarantunjangan hari tua atau juran
jaminan hari tua kepada badanpenyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminansosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi
kerja. d.
Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dan badan ataulembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agamayang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yangberhak dan
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan olehpemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,kepemilikan, atau
penguasaan diantara pihak-pihak yangbersangkutan.
5. Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP
Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP adalah pengurang pajak terutamauntuk penghitungan PPh Pasal 21.Besaran PTKP ditetapkan oleh Menteri
Keuangan. Berikut adalah besaran PTKP yang mulai berlaku untuk tahun pajak 2014
Tabel 3.1 Penghasilan Tidak Kena Pajak
No Keterangan Setahun
1 Din WaJib Pajak Orang Pribadi .
24.300.000 2
Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin 2.025.000
3 Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
24.300.000
4 Tambahan untuk setiap anggota keturunan
sedarah semenda dalam garis keturunanlurus serta anak angkat yang ditanggung sepenuhnya,
maksimal orang untuk setiap keluarga 2.025.000
6. Tarif Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan
Tabel 3.2 Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5
Diatas RP. 50.000.000,- sampai dengan Rp.
250.000.000,- 15
Diatas RP. 250.000.000,- sampai dengan Rp.
500.000.000,- 25
Diatas RP. 500.000.000,- 30
Tarif Deviden 10
Tidak memiliki NPWP untuk PPh Pasal 21 20 lebih tinggi dari
tarif normal
7. Penyetoran PPh Pasal 21
Atas pemotongan PPh Pasal 21 yang telah dilakukan, Bendaharawanpemerintah wajib menyetor PPh Pasal 21 yang telah dipotong
tersebut ke bankpersepsi dan Kantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.ApabilaBendaharawan Pemerintah terlambat menyetor dikenakan
sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2 sebulan. UU KUP Pasal 14.
8. Pelaporan PPh Pasal 21
Wajib Pajak Bendaharawan wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21setiap bulan ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.Apabila
dalam bulan yang bersangkutan tidak terdapat pemotongan PPh Pasal 21, Bendaharawan tetap wajib melaporkan SPT Masa tersebut ke KPP. Apabila
kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, Wajib Pajak dikenakan sanksiadministrasi berupa denda sesuai Pasal 7 UU KUP sebesar Rp. 100.000,-.
9. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 a. Pegawai Tetap
Aprianta, Pegawai Negeri Sipil Golongan IIIc, menduduki eselon IV.a status kawin,mempunyai 3 orang tanggungan, telah memiliki NPWP,bekerja
dikantor Dinas Kependudukan Kabupaten Sragen.Penghasilan bulan januari 2013 sebagai berikut:
Gaji Pokok 2.244.500,00 Tunjangan Istri 224.450,00
Tunjangan anak 89.780,00 Tunjangan jabatan 540.000,00
Tunjangan beras 198.000,00
Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas Aprinta adalah sebagai berikut: Gaji pokok
2.244.500,00 Tunjangan istri
224.450,00 Tunjangan anak
89.780,00 Tunjangan jabatan
540.000,00 Tunjangan Beras
198.000,00 Jumlah penghasilan bruto
3.296.730,00 Pengurangan
Biaya jabatan 5 x 3.296.730 164.836,50
luran Pensiun 4,75 x 2.558.730,00 121.540,00 286.376,50
Penghasilan netto sebulan 3.010.353,50
Penghasilan netto disetahunkan 36.124.242,00
PTKP WP sendíri
24.300.000,00 WP kawin
2.05.000,00 Tanggungan 2.025.000 maks 3 orang 6.075.000,00
32.400.000,00 Penghasilan Kena Pajak
3.724.242,00 Penghasilan Kena Pajak dibulatkan
3.724.000,00 PPh Pasal 21 5 x 3.724.000,00
186.200 PPh Pasal 21 sebulan 186.20012
15.516,667
b. Contoh perhitungan PPb Pasal 21 atas Honorarium atan Imbalan lain.
Ratna Wardika adalah PNS golongan IIId, pada bulan maret 2013menerima honorarium sebagai narasumber sebuah seminar yang sumberdananya
berasal dan APBN sebesar Rp. 5.000.000,00. PPh Pasal 21 Final yang terutang:
5 x Rp. 5.000.000,00 Rp. 250.000 a.
PPh Pasal 21 atas honorarium sebagai narasumber sebagaimanadimaksud tidak ditanggung pemerintah dan dipotong PPh
Pasal 21bersifat final. b.
Bendahara pemerintab yang membayarkan honorarium wajib: a
Memotong PPh Pasal Final dan menyetorkannya ke bank presepsiatau kantor pos.
b Membuat bukti pemotong PPh Pasal Final paling lama akhirbulan
dilakukan pembayaran. . c
Melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 Final melalui penyampaiSPT Masa PITh Pasal 21.
Ayuk, PNS Golongan IId, pada tanggal 21 maret 2011Menerimahonorarium sebagai salah satu anggota Tim Kerja besar Rp.
1.500.000,00,selama 6 bulan. PPh Pasal Final yang terutang:
0 x Rp. 1.500.000,00 = Rp. 0,00 Walaupun PPh Pasal Pasal Final yang dipotong Rp. 0,00, Bendahara pemerintah
wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 Final paling lama akhir bulan maret 2013.
B. Gambaran Data Penerimaan Pemotongan PPh Pasal 21
Berikut adalah gambaran data pemotongan PPh Pasal 21 sektor bendaharawan pemerintah tahun 2014.
Tabel 3.3 Data Pemotongan PPh Pasal 21
Sektor Bendaharawan Pemerintah PNS Tahun Pajak 2014
KPP Pratama Lubuk Pakam
No. Massa
pajak Jumlah
SPT Jumlah
Pegawai Yang
Dipotong Jumlah
Penghasilan Bruto
Jumlah Pengurang
PTKP Jumlah PPH
21 Yang Dipotong
1 Januari
9 574
1,882,302,915 -
63,802,143 2
Februari 9
578 1,599,445,805
- 54,231,826
3 Maret
28 775
1,618,387,841 -
56,204,055 4
April 9
542 24,268,337,479
- 830,962,473
5 Mei
11 571
68,241,998,184 -
2,237,825,730 6
Juni 21
639 66,469,411,736
- 2,391,281,093
7 Juli
5 281
32,693947,774 -
1,648,621,629 8
Agustus 7
1,193 3,821,892,103
- 533,834,893
9 September
23 1,087
9,185,828,358 -
7,123,938,910 10
Oktober 8
6,883 13,585,687,500
- 1,27,108,025
11 Nopember
14 436
54,789,740,891 -
4,862,305,790 12
Desember 25
1,685 81,546,998,185
7,772,421,508 10,999,228,675
Total 169
15,244 243,673,922,991 7,772,421,508 32,081,345,242
Bedasarkan hasil riset yang dilakukan pada KPP Pratama Lubuk Pakam terdapat masa pajak januari, jumlah SPT yang dilaporkan oleh sektor
bendaharawan pemerintah kepacla KPP Pratama Lubuk Pakam sebanyak 9 SPT, jumlah pegawai yang dipotong sebanyak 574 pegawai, jumlah penghasilan bruto
sebesar Rp. 1.882.306.915, dan jumlah PPh 21 yang dipotong adalah sebesar Rp. 63.802.143.Dan telah kita lihat pada tabel diatas bahwa pada bulan maret adalah
dimana sektor bendaharawan pemerintah yang paling banyak melaporkan SPT kepada KPP Pratama Lubuk Pakam yaitu sebanyak 28 dengan jumlah pegawai
yang dipotong 775, jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 1.618.387.841, dan jumlah PPh 21 yang dipotong sebesar Rp. 56.204.055.Begitu juga pada bulan
desember dimana jumlah SPT yang dilaporkan oleh sektor bendaharawan pemerintah adalah sebanyak 25, jumlah pegawai yang dipotong sebanyak 1.685,
jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 81.546.998.185.Dibulan desember mi semua sektor bendaharawan pemerintah menghitung kembali jumlah penghasilan
bruto dan masa pajak januari sampai akhir tahun dan dilaporkan ke KPP Pratama Lubuk Pakam untuk dilakukan pengurangan PTKP. Dan sesuai dengan hasil riset
saya, jumlah pengurangan PTKP diakhir tahun adalah sebesar Rp. 7.772.421.508, dan jumlah PPh 21 yang dipotong sebesar Rp. 10.999.228.675.
C. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil 1.