Gambaran Strnktur Organisasi Gambaran Data Penerimaan Pemotongan PPh Pasal 21

B. Gambaran Strnktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja samadalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasimenyediakan pengadaan personil akan memegang jabatan tertentu dimana masingmasing diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai jabatannya. Hubungankerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakangambaran sistematis tentang hubungan kerja dan orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentangpembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan antar bagianberdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapatmenetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainyakomunikasi, koordinasi dan integritas secara efisien dan efektif dan segenap kegiatanorganisasi baik vertikal maupun horizontal.

C. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakankegiatan operasional pelayanan perpajakan. Untuk dapat melaksanakan tugas pokokdan fungsì sesuai Keputusan Direktur Jendral Pajak Nornor 14PJ2008, Tanggal 13Maret 2008, maka pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi adalahsebagal berikut:

1. Sub Bagian Umum

Sub bagian umum terdiri dan 3 bagian , yaitu tata usaha dan kepegawaian, keuangan, dan bagian rumah tangga. 1.1.Tata Usaha dan Kepegawaian Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan dibidang tatausaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat,pengetikan dan pengadaan, penataan berkas penyusutan arsip, tata usahakepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang kelancarantugas Kantor Pelayanan Pajak.

1.2. Keuangan

Tugasnya adalah menyusun anggaran dan administrasi keuanganuntuk pembiayaan administrasi kantor dan penggajian pegawai KPPPratama Lubuk Pakam.

1.3. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah mengurusi segala keperluan rumah tangga dankeperluan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapatmenunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang kepala seksiyang tugasnya mengkoordiflir urusan pengolahan data dan penyajian informasipembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasiwajib pajak dan intensifikasi sesuai peraturan perundang-undangan yangberlaku. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukanpengumpuhin, pencarían, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,perekaman dokumen perpajakan,urusan tata usaha penerimaan perpajakan,pengalokasian Pajak Bumi danatau Bangunan PBB dan Bea Perolehan Hakatas Tanah danatau Bangunan BPHTB, pelayanan dukungan teknis computer,pemantauan aplikasi elektronik, pengaplikasian Sistem Manajemen InformasiObjek Pajak SISMIOP, dan Sistem Informasi Geografi SIG, serta penyiapanlaporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitanproduk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan suratlainnya,penyuluhan perpajakan, pelaksanan rigistrasi Wajib Pajak, sertamelakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaanpiutang pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, penundaandan angsuran tunggakan pajak, serta penyimpanan dokumen- dokumenpenagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencanapemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan danpenyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaanperpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatanpotensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilalan objek pajakdalam rangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III

Seksi pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II,seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugasmelakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,bimbinganhimbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan,penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukanrokonsiliasi data Wajib Pajak dalarn rangka melakukan intensifikasi, danmelakukari evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompokjabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuaidengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.Kelompok jabatan fungsiaonal terdiri dari supervisor,Ketua Tim, Anggota Tim. KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompokFungsional sesuai dengan bidang keahliannya.Setiap kelompok tersebutdikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh KepalaKantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan.Jumlah jabatanfungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenisdan jenjang jabatan fugsional diatur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Kantor Pelayarian Pajak Pratama mempunyai tugas melaksanakanpenyuluhan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, PajakPertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah , Pajak tidak langsunglainnya, Pajak Bumi dan Bangunan, serta Bea Perolehan Hak atas Tanahdanatau Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturanperundang-undang yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratamamenyelenggarakan fungsi: 1. Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensiperpajakan, penyajian informasi perpajakan pendataan objek dansubjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan, 2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, 3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan danpengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, 4. Penyuluhan perpajakan, 5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, 6. Pelaksanaan ekstensifkasi, 7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak, 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak, 9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, 10. Pelaksanaan konsuitasi perpajakan, 11. Peaksanaan intensifikasi, 12. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, 13. Pembetulan ketetapan pajak. 24 BAB III PEMBAHASAN

A. Uraian Teoritis Tentang Pajak Penghasilan 1. Dasar Hukum dan Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21

1.1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umumdan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhirdengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007. b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilansebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- undangNomor 36 Tahun 2008. c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor54 1KMK.042000 sebagaimana telah beberapa kali diubahterakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik IndonesiaNomor 1 84PMK.032007 tentang Penentuan Tanggal JatuhTempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan TempatPembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran danPelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan PenundaanPembayaran Pajak. d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK- 254PMK.032008tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan DenganPekerjaan dan Pegawai Harian dan Mingguan serta PegawaiTidak Tetap lainnya yang tidak dikenakan Pemotongan PajakPenghasilan. e. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PWR- 31PJ2009sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur JenderalPajak Nomor PER-57PJ2008 tentang Pedoman Teknis TataCara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak PenghasilanPasal 21. f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor25OIPMK. 032008 tentangPetunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Atas PenghasilanSehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegíatan OrangPribadi. g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25OPMK. 032008 tentangBesarnya Biaya Jabatan atau Biaya Pensiun yang dapatdikurangkan dan Penghasilan Bruto Pegawai Tetap atauPensiunan.

1.2. Defenisi Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadapsubjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilanberupa gaji,upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaanjabatan, jasa, dan kegatan. 2. Pemotongan dan Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 2.1. Pemotongan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Pemotongan PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak orang pribadi atauWajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-undang Pajak Penghasilan. Pemotongan Pajak penghasilan Pasal 21 ,meliputi: a. Pemberi kerja yang terdiri dan orang pribadi dan badan, baikmerupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yangmembayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaranlain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalansehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan olehpegawai atau bukan pegawai. b. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendaharaatau pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusiTNIPOLRI, Pemerintah Daerah, instansi atau lembagapemerintah, lembaga- lembaga Negara laìnnya, dan KedutaanBesar Republik Indonesia di luar Negeri, yang membayar gaji,upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan namadan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan ataujabatan, jasa, dan kegiatan. c. Dana pension, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja,dan’ badan-badan lain yang membayar uang pension dantunjangan hari tua dan jaminan hari tua. d. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaanbebas serta badan yang membayar: 1 Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan jasa danatau kegiatan yang dilakukanoleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak dalam negeri,temasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebasdan bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untukdan atas nama persekutuannya. 2 Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalansehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan olehorang pribadi dengan status Subjek Pajak luar negeri. 3 Honorariun atau imbalan lain kepada peserta pendidikan,pelatihan, dan magang. 4 Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah,organisasi yang bersifat nasional dan internasional,perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yangmenyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium,hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepadaWajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengansuatu kegiatan. 3. Subjek dan Bukan Subjek Pajak Peaghasilan PPh Pasal 21 3.1. Subjek Pajak Pengahasilan PPh Pasal 21 Penerima penghasilan yang dipotong pajak Penghasilan PPh Pasal 21 adalah orang pribadi dengan status sebagai Subjek Pajak dalam negeriyang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, dan Pemotong PPh Pasal 21 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang diakukan baik dalam hubungannya sebagai pegawai maupun bukan pegawai, termasuk penerima pensiun. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan: a. Pegawai b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,tunjangan hati tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilansehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lainmeliputi: a Tenaga ahlí yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri danpengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries, penhlai,dan aktuaris. b Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintangfilm, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, fotomodel, peragawanperagawati, pemain drama, penari, pemahat,pelukis, dan seniman lainnya. c Olahragawan d Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, danmoderator. e Pengarang, peneliti, dan penerjemah. f Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik computerdan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatukepanitiaan. g Agen iklan. h Pengawas atau pengelola proyek. i Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yangmenjadi perantara. j Petugas penjaja barang dagangan. k Petugas dinas luar asuransi. l Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct sellingdan kegiatan sejenis lainnya. d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilansehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi: 1 Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lainperlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan,teknologi dan perlombaan lainnya. 2 Peserta rapat, konferensi, siding, pertemuan, atau kunjungankerja. 3 Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagaipenyelenggara kegiatan tertentu. 4 Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang. 5 Peserta kegiatan lainnya.

3.2. Bukan Subjek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yangdipotongPPh Pasal 21 adalah: a. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain danNegara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepadamereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamamereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan diIndonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan laindiluar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yangbersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. b. Pejabat perwakilan organisasi internasìonal yang telah ditetapkanoleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga NegaraIndonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan ataupekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dan Indonesia. 4. Objek dan Bukan Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 4.1. Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah: a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baikberupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur. b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerimapensiunsecara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya. c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja danpenghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secarasekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun,tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lainsejenis. d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupaupah banian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atauupah yang dibayarkan secara bulanan. e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,komisi, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentukapapun sebagai imbalan sehubungandengan pekerjaan, jasa, dankegiatan yang dilakukan f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku,uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah ataupenghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, danimbalan sejenis dengan nama apapun. g. Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan lainnyadengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibenikan oleh: a BukanWajibPajak b Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifatFinal c Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkanNorma Perhitungan Khusus Deemed Profit

4.2. Bukan Objek Pajak Penghasilan PPh Pasal 21

Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasa 21adalah: a. manfaat atau santunan asuransi dan perusahaan asuransi sehubungandengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. b. Penerimaan dalam bentuk natura danatau kenikmatan dalam bentukapapun diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah, kecualipenghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2 PeraturanDirektorat Jenderal Pajak Nomor PER-31PJ2009. c. luran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yangpendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuarantunjangan hari tua atau juran jaminan hari tua kepada badanpenyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminansosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja. d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dan badan ataulembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agamayang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yangberhak dan lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan olehpemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-pihak yangbersangkutan.

5. Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP

Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP adalah pengurang pajak terutamauntuk penghitungan PPh Pasal 21.Besaran PTKP ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Berikut adalah besaran PTKP yang mulai berlaku untuk tahun pajak 2014 Tabel 3.1 Penghasilan Tidak Kena Pajak No Keterangan Setahun 1 Din WaJib Pajak Orang Pribadi . 24.300.000 2 Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin 2.025.000 3 Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami 24.300.000 4 Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunanlurus serta anak angkat yang ditanggung sepenuhnya, maksimal orang untuk setiap keluarga 2.025.000

6. Tarif Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan

Tabel 3.2 Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5 Diatas RP. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000,- 15 Diatas RP. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- 25 Diatas RP. 500.000.000,- 30 Tarif Deviden 10 Tidak memiliki NPWP untuk PPh Pasal 21 20 lebih tinggi dari tarif normal

7. Penyetoran PPh Pasal 21

Atas pemotongan PPh Pasal 21 yang telah dilakukan, Bendaharawanpemerintah wajib menyetor PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut ke bankpersepsi dan Kantor Pos paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.ApabilaBendaharawan Pemerintah terlambat menyetor dikenakan sanksi administrasiberupa bunga sebesar 2 sebulan. UU KUP Pasal 14.

8. Pelaporan PPh Pasal 21

Wajib Pajak Bendaharawan wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21setiap bulan ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.Apabila dalam bulan yang bersangkutan tidak terdapat pemotongan PPh Pasal 21, Bendaharawan tetap wajib melaporkan SPT Masa tersebut ke KPP. Apabila kewajiban tersebut tidak dilaksanakan, Wajib Pajak dikenakan sanksiadministrasi berupa denda sesuai Pasal 7 UU KUP sebesar Rp. 100.000,-.

9. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 a. Pegawai Tetap

Aprianta, Pegawai Negeri Sipil Golongan IIIc, menduduki eselon IV.a status kawin,mempunyai 3 orang tanggungan, telah memiliki NPWP,bekerja dikantor Dinas Kependudukan Kabupaten Sragen.Penghasilan bulan januari 2013 sebagai berikut: Gaji Pokok 2.244.500,00 Tunjangan Istri 224.450,00 Tunjangan anak 89.780,00 Tunjangan jabatan 540.000,00 Tunjangan beras 198.000,00 Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas Aprinta adalah sebagai berikut: Gaji pokok 2.244.500,00 Tunjangan istri 224.450,00 Tunjangan anak 89.780,00 Tunjangan jabatan 540.000,00 Tunjangan Beras 198.000,00 Jumlah penghasilan bruto 3.296.730,00 Pengurangan Biaya jabatan 5 x 3.296.730 164.836,50 luran Pensiun 4,75 x 2.558.730,00 121.540,00 286.376,50 Penghasilan netto sebulan 3.010.353,50 Penghasilan netto disetahunkan 36.124.242,00 PTKP WP sendíri 24.300.000,00 WP kawin 2.05.000,00 Tanggungan 2.025.000 maks 3 orang 6.075.000,00 32.400.000,00 Penghasilan Kena Pajak 3.724.242,00 Penghasilan Kena Pajak dibulatkan 3.724.000,00 PPh Pasal 21 5 x 3.724.000,00 186.200 PPh Pasal 21 sebulan 186.20012 15.516,667

b. Contoh perhitungan PPb Pasal 21 atas Honorarium atan Imbalan lain.

Ratna Wardika adalah PNS golongan IIId, pada bulan maret 2013menerima honorarium sebagai narasumber sebuah seminar yang sumberdananya berasal dan APBN sebesar Rp. 5.000.000,00. PPh Pasal 21 Final yang terutang: 5 x Rp. 5.000.000,00 Rp. 250.000 a. PPh Pasal 21 atas honorarium sebagai narasumber sebagaimanadimaksud tidak ditanggung pemerintah dan dipotong PPh Pasal 21bersifat final. b. Bendahara pemerintab yang membayarkan honorarium wajib: a Memotong PPh Pasal Final dan menyetorkannya ke bank presepsiatau kantor pos. b Membuat bukti pemotong PPh Pasal Final paling lama akhirbulan dilakukan pembayaran. . c Melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 Final melalui penyampaiSPT Masa PITh Pasal 21. Ayuk, PNS Golongan IId, pada tanggal 21 maret 2011Menerimahonorarium sebagai salah satu anggota Tim Kerja besar Rp. 1.500.000,00,selama 6 bulan. PPh Pasal Final yang terutang: 0 x Rp. 1.500.000,00 = Rp. 0,00 Walaupun PPh Pasal Pasal Final yang dipotong Rp. 0,00, Bendahara pemerintah wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 Final paling lama akhir bulan maret 2013.

B. Gambaran Data Penerimaan Pemotongan PPh Pasal 21

Berikut adalah gambaran data pemotongan PPh Pasal 21 sektor bendaharawan pemerintah tahun 2014. Tabel 3.3 Data Pemotongan PPh Pasal 21 Sektor Bendaharawan Pemerintah PNS Tahun Pajak 2014 KPP Pratama Lubuk Pakam No. Massa pajak Jumlah SPT Jumlah Pegawai Yang Dipotong Jumlah Penghasilan Bruto Jumlah Pengurang PTKP Jumlah PPH 21 Yang Dipotong 1 Januari 9 574 1,882,302,915 - 63,802,143 2 Februari 9 578 1,599,445,805 - 54,231,826 3 Maret 28 775 1,618,387,841 - 56,204,055 4 April 9 542 24,268,337,479 - 830,962,473 5 Mei 11 571 68,241,998,184 - 2,237,825,730 6 Juni 21 639 66,469,411,736 - 2,391,281,093 7 Juli 5 281 32,693947,774 - 1,648,621,629 8 Agustus 7 1,193 3,821,892,103 - 533,834,893 9 September 23 1,087 9,185,828,358 - 7,123,938,910 10 Oktober 8 6,883 13,585,687,500 - 1,27,108,025 11 Nopember 14 436 54,789,740,891 - 4,862,305,790 12 Desember 25 1,685 81,546,998,185 7,772,421,508 10,999,228,675 Total 169 15,244 243,673,922,991 7,772,421,508 32,081,345,242 Bedasarkan hasil riset yang dilakukan pada KPP Pratama Lubuk Pakam terdapat masa pajak januari, jumlah SPT yang dilaporkan oleh sektor bendaharawan pemerintah kepacla KPP Pratama Lubuk Pakam sebanyak 9 SPT, jumlah pegawai yang dipotong sebanyak 574 pegawai, jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 1.882.306.915, dan jumlah PPh 21 yang dipotong adalah sebesar Rp. 63.802.143.Dan telah kita lihat pada tabel diatas bahwa pada bulan maret adalah dimana sektor bendaharawan pemerintah yang paling banyak melaporkan SPT kepada KPP Pratama Lubuk Pakam yaitu sebanyak 28 dengan jumlah pegawai yang dipotong 775, jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 1.618.387.841, dan jumlah PPh 21 yang dipotong sebesar Rp. 56.204.055.Begitu juga pada bulan desember dimana jumlah SPT yang dilaporkan oleh sektor bendaharawan pemerintah adalah sebanyak 25, jumlah pegawai yang dipotong sebanyak 1.685, jumlah penghasilan bruto sebesar Rp. 81.546.998.185.Dibulan desember mi semua sektor bendaharawan pemerintah menghitung kembali jumlah penghasilan bruto dan masa pajak januari sampai akhir tahun dan dilaporkan ke KPP Pratama Lubuk Pakam untuk dilakukan pengurangan PTKP. Dan sesuai dengan hasil riset saya, jumlah pengurangan PTKP diakhir tahun adalah sebesar Rp. 7.772.421.508, dan jumlah PPh 21 yang dipotong sebesar Rp. 10.999.228.675.

C. Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil 1.

Dokumen yang terkait

Sistem Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011

2 67 78

Analisis Perhitungan, Pemotongan Dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil Pada Sekretariat Pemko Tebing Tinggi

24 183 88

Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Tetap Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

2 100 97

Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (Ptkp) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

6 123 67

Sistem Pemotongan Dan Penghitingan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

1 6 61

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 7

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 13

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 10

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam) Chapter III IV

1 4 31

Sistem Pemotongan Dan Perhitungan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Atas Pegawai Negeri Sipil (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam)

0 0 2