pelaporan  program  yang  secara  rutin  dibuat oleh staf  dapat dimanfaatkan  untuk  mengembangkan    program  asalkan
laporan tersebut sudah dianalisis dengan baik. Wiyana  2008  menyatakan  bahwa  supervisi  tidak
langsung dapat dilakukan dengan melihat hasil dokumentasi pada  buku  rekam  medik  perawat  dengan  memilih  satu
dokumen  asuhan  keperawatan,  kemudian  memeriksa kelengkapan  dokumentasi  sesuai  dengan  standar
dokumentasi  asuhan  keperawatan  yang  ditetapkan  rumah sakit.  Setelah  itu  memberikan  penilaian  atas  dokumentasi
yang  di  supervisi  dengan  memberikan  tanda  bila  ada  yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang
mendokumentasikannya.
2.2. Prinsip Enam Benar Pemberian Obat
2.2.1. Benar Pasien Pemberian  obat  pada  pasien  yang  benar  dapat  dipastikan
dengan  memeriksa  gelang  identifikasi  pasien,  dan  meminta  pasien menyebutkan  namanya  sendiri,  jika  pasien  tidak  mampu  berespon
secara  verbal,  dapat  digunakan  cara  non-verbal  seperti menganggukkan kepala Kee dan Hayes, 1996 .
Ketika memberikan obat pada pasien perawat harus mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien  yang
Universitas Sumatera Utara
akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papankardeks di tempat tidur pasien Kozier, Erb, Berman, Snyder, 2010.
Perawat harus  memastikan  obat diberikan  kepada pasien  yang tepat  dengan  meminta  pasien  untuk  menyebutkan  nama  lengkapnya
dan nomor jaminan sosialnya atau nama lengkap dan tanggal lahirnya Vaughans, 2013.
Pemberian obat pada pasien  yang salah dapat terjadi pada saat pemesanannya  lewat  telepon,  pasien  yang  masuk  bersamaan,  kasus
penyakitnya  sama,  ataupun  adanya  pindahan  pasien  dari  ruang  yang satu  keruang  yang  lainnya.  Perawat  harus  mengidentifikasi  pasien
dengan  menanyakan  nama  lengkap  pasien,  melihat  identitas  pasien dalam  bracelet  ataupun  mengidentifikasi  melalui  papan  nama  pada
tempat  tidur  pasien  untukmengurangi  kejadian  pemberian  obat  pada pasien yang tidak tepat Wijayaningsih, 2013.
2.2.2. Benar Obat Obat  yang  benar  berarti  pasien  menerima  obat  yang  telah
diresepkan.  Label  obat  harus  dibaca  3  kali  untuk  menghindari kesalahan,  yaitu:  saat  melihat  botol  atau  kemasan,  sebelum  menuang
obat,setelah menuang obat. Perawat juga harus menyadari bahwa obat- obat  tertentu  mempunyai  nama  yang  bunyinya  hampir  sama  dan
ejaannya  mirip.  Jika  ada    keraguan,  perawat  dapat  menghubungi apoteker atau pemberi resep Kee dan Hayes, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Benar  obat  dapat  dilakukan  dengan  mengecek  program  terapi pengobatan  dari  dokter,  menanyakan  ada  tidaknya  alergi  obat,
mengecek label obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan  obat,  perawat  juga  harus mengetahui  efek  samping  obat
Kozier, et al., 2010. Vaughans  2013  menyatakan  bahwa  perawat  harus
memastikan  obat  yang  akan  diberikan  kepada  pasien  benar  dengan cara:
a  Mengecek  inkonsistensi  antara  obat  yang  diresepkan  dan  riwayat medis pasien, termasuk kontraindikasi, alergi, diagnosis medis, dan
hasil  laboratorium.  Perawat  harus  memverifikasi  ketidakjelasan medikasi  yang dipesan atau inkonsisten dengan penilaian informasi
yang diperoleh selama proses persiapan. b Mengecek adanya ketidakcocokan antara obat yang diresepkan dan
obat  yang  diberikan.  Ada  kesamaan  tampilan,  kesamaan  bunyi dalam  medikasi  misal,  Xanax  dan  Zantac  yang  dapat  berakibat
pada medikasi yang salah pada pasien. c Jika pasien tidak yakin untuk meminum obat yang telah diresepkan,
verifikasi bahwa pemberi resep telah memesan obat yang tepat. Obat diberikan  dengan  benar  dapat dipastikan  dengan  melihat
label atau etiket dan harus dibaca dengan teliti setiap akan memberikan obat.  Hal  yang  perlu  diperhatikan  antara  lain  :  nama  obat,  sediaan,
konsentrasi,  dan  cara  pemberian  serta  expired  date.  Kesalahan
Universitas Sumatera Utara
pemberian  obat  sering  terjadi  jika  perawat  memberikan  obat  yang disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat melalui wadah spuit
tanpa identitas atau label yang jelas Wijayaningsih, 2013. 2.2.3. Benar Dosis
Benar  dosis  diperhatikan  melalui  penulisan  resep  dengan dosis    yang  disesuaikan    dengan    keadaan   pasien.    Beberapa    kasus
yang    ditemui    di    lapangan,  terdapat    banyak    obat    yang direkomendasikan    dalam    bentuk    sediaan.    Perawat  harus  teliti
menghitung dosis masing-masing obat dan mempertimbangkan adanya perubahan    dosis    dari    penulis    resep.  Yang  perlu  diperhatikan  oleh
perawat  dalam  pemberian  dosis  yang  benar  adalah  tidak  mengubah dosis  asli,  menghitung   dan    memeriksa   dosis   obat   dengan    benar.
Jika  ada  keraguan,  dosis  obat harus  dihitung  ulang  dan  diperiksa oleh    perawat   lain,    serta    menghubungi  apoteker  atau penulis  resep
sebelum pemberian dilanjutkan. Jika pasien meragukan dosis, periksa kembali  dosis  obat.  Apabila  sudah  mengkonsultasikan  dengan
apoteker  atau  penulis  resep  namun tetap  rancu,  obat  tidak  boleh diberikan,  beritahu    penanggung    jawab    unit    atau    ruangan    dan
penulis  resep  beserta alasannya Kee dan Hayes, 1996. Benar  dosis  dapat  dipastikan  dengan  mengecek  dosis  yang
diresepkan  sesuai  dengan  kebutuhan  pasien,  mencari  tahu  dosis  obat yang  biasa  digunakan  pasien,  dan  memeriksa  kembali  perhitungan
dosis yang menimbulkan pertanyaan Kozier, et al., 2010.
Universitas Sumatera Utara
Memberikan  obat  dengan  dosis  yang  tepat  pada  pasien merupakan  hal  yang  harus  dipastikan  oleh  perawat.  Memberikan
jumlah  yang  lebih  sedikit  dari  yang  diresepkan  berakibat  pada  tidak memadainya perlakuan terhadap pasien dan akan menunda pemulihan
dari sakit, juga menyebabkan resistensi terhadap obat tertentu di masa yang  akan  datang.  Memberikan  obat dengan  dosis  yang  berlebih  dari
yang  seharusnya  dapat  menciptakan  masalah  baru  bagi  pasien, beberapa  diantaranya  dapat  mengakibatkan  kematian  Vaughans,
2013. Dosis  yang  tidak  tepat  dapat  menyebabkan  kegagalan  terapi
atau  timbulnya  efek  berbahaya.  Kesalahan  dosis  sering  terjadi  pada anak-anak, lansia, atau pada orang obesitas. Perawat perlu memeriksa
dosis  obat  sesuai  kebutuhan  pasien  dan  jika  ragu  dapat berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep Wijayaningsih, 2013.
2.2.4. Benar Waktu Waktu  yang  benar  adalah  saat  obat  yang  diresepkan  harus
diberikan. Jika obat harus diminum sebelum makan untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan, jika obat
harus  dimakan  sesudah  makan  maka  harus  diberi  sesudah  pasien makan.  Perawat  juga  harus  memeriksa  tanggal  kadaluarsa  obat  Kee
dan Hayes, 1996. Benar  waktu  dapat  diterapkan  dengan  memberikan  obat  pada
frekuensi yang tepat dan pada waktu yang diprogramkan oleh pemberi
Universitas Sumatera Utara
resep.  Obat  yang  diberikan  dalam  30  menit  sebelum  atau  sesudah waktu  yang  dijadwalkan  dianggap  memenuhi  waktu  standar  yang
benar Kozier, et al., 2010. Benar waktu meliputi interval yang benar dan juga waktu yang
tepat  setiap  harinya.  Memberikan  obat  dengan  frekuensi  lebih  sering atau kurang dari yang telah diresepkan berpotensi mempengaruhi efek
yang  diharapkan  dari  obat  tersebut.  Selain  itu,  beberapa  obat  harus diberikan  di  waktu  tertentu  pada  hari  tersebut.  Sebagai  contoh,
diueretik obat yang diberikan untuk mengurangi kelebihan cairan dari tubuh biasanya diberikan pagi hari. Pemberian jenis obat ini di malam
hari akan mengganggu pasien beristirahat Vaughans, 2013. Obat  yang  dikonsumsi  secara  berulang  lebih  berpotensi
menimbulkan  kesalahan  dalam  waktu  pemberiannya.  Misalnya  pada kasus gawat darurat henti jantung, epinefrin diberikan setiap 3-5 menit,
jika tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar obat yang tidak sesuai dan dapat  menimbulkan  efek  samping  yang  tidak  diharapkan.  Selain  itu,
perawat  juga  perlu  memperhatikan  dalam  pemberian  obat  berupa injeksi ataupun infus Wijayaningsih, 2013.
2.2.5. Benar Rute Rute yang benar perlu untuk absorbsi yang tepat dan memadai.
Obat  diberikan  melalui    rute  yang    berbeda,    tergantung    keadaan umum  pasien,  kecepatan  respon  yang diinginkan, sifat obat kimiawi
Universitas Sumatera Utara
dan  fisik  obat  serta  tempat  kerja  yang  diinginkan.  Rute  pemberian obat dapat dibagi menjadi:
a    Oral,  obat  yang  masuk  melalui  mulut,  dapat  diabsorpsi  melalui rongga  mulut  sublingual  atau  bukal.
b Topikal, terdiri dari krim,  salep,  lotion,  liniment dan  sprei. Obat ini  digunakan  pada  permukaan    luar    badan    untuk  melindungi,
melumasi,    atau    sebagai    vehikel    untuk  menyampaikan  obat  ke daerah  tertentu pada kulit  atau membran mukosa,
c Rektal,rute  ini  dapat  diberikan melalui  enema  atau  supositoria. Pemberian  obat  pada  rektal  digunakan  untuk  efek    lokal,  seperti
konstipasi atau hemoroid. d  Pesarri,  obat    ini  menyerupai    supositoria,    tetapi    bentuknya
dirancang  khusus  untuk vagina e Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan,
f  Parenteral,    pemberian  obat  diluar  usus  atau  saluran  cerna,  yaitu melalui vena Kee dan Hayes, 1996.
Perawat harus memberikan obat sesuai dengan rute yang telah ditetapkan dan memastikan bahwa rute tersebut aman dan sesuai untuk
pasien.  Perawat  juga  harus  mengecek  cara  pemberian  pada labelkemasan obat Kozier, et al., 2010.
Rute  pemberian  obat  mempengaruhi  tubuh  memproses  obat. Perawat  harus  memastikan  bahwa  rute  pemberian  obat  yang
diresepkan sesuai dan memastikan bahwa rute tersebut digunakan jika
Universitas Sumatera Utara
tidak  terdapat  kontraindikasi  untuk  memastikan  bahwa  efek  yang diharapkan  tercapai.  Sebagai  contoh,  suatu  obat  yang  diresepkan
dengan  rute  mulut  dapat  kontraindikatif  jika  pasien  baru  saja melakukan  bedah  mulut  atau  mungkin  tidak  efektif  jika  pasien
mengalami  muntah.  Selanjutnya,  tidak  akan  tepat  untuk  tetap memberikan  obat  tanpa  lebih  dahulu  berkonsultasi  dengan  pemberi
resep atau mengecek untuk melihat jikalau obat tersebut juga dipesan untuk suatu rute alternatif lain Vaughans, 2013.
Jalur  atau  rute  pemberian  obat  adalah  jalur  obat  masuk  ke dalam tubuh. Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan
obat  yang  masuk  ke  dalam  tubuh,  sehingga  merupakan  penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan
Wijayaningsih, 2013. 2.2.6. Benar Dokumentasi
Perawat harus segera mendokumentasi tindakanpemberian obat pada  pasien  yang  meliputi  nama,  dosis,  rute,  waktu  dan  tanggal
pemberian obat serta inisial dan tanda tangan perawat. Respon pasien terhadap  pengobatan  juga  perlu  didokumentasikan.  Penundaan  dalam
mencatat  dapat  mengakibatkan  lupa  untuk  mencatat  pengobatan  atau perawat  lain  memberikan  obat  yang  sama  kembali  Kee  dan  Hayes,
1996. Dokumentasikan  pemberian  obat  setelah  memberikan  obat
pada  pasien  bukan  sebelum  memberikan  obat.  Apabila  waktu
Universitas Sumatera Utara
pemberian  obat  berbeda  dari  waktu  yang  ditentukan  ataupun  ada perubahan  dari  pemberian  obat  yang  sudah  diresepkan  dan  yang
diberikan  pada  pasien  segera  didokumentasikan  dan  mencantumkan alasannya dengan jelas Kozier, et al., 2010.
Mendokumentasikan pemberian obat merupakan tambahan atas lima  benar  pemberian  obat,  dan  ini  juga  harus  benar.  Penting  bagi
anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien untuk mengetahui  jumlah,  waktu,  dan  rute  medikasi  yang  diberikan  pada
pasien. Penting juga bagi anggota tim kesehatan lain untuk mengetahui bagaimana medikasi mempengaruhi pasien Vaughans, 2013.
Dokumentasi  meliputi  nama  pasien,  nama  obat,  dosis,  jalur pemberian, tempat pemberian, alasan kenapa obat diberikan, dan tanda
tangan  orang  yang  memberikan.  Hal  ini  diperlukan  perawat  sebagai pertanggunggugatan  secara  legal  tindakan  yang  dilakukan
Wijayaningsih, 2013.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN