dengan tingkat ekonomi seseorang, jadi ibu dengan pendidikan rendah mungkin memiliki tingkat ekonomi yang rendah sehingga kecenderungan ibu untuk
memberikan susu formula lebih kecil bila dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan lebih tinggi Dian Novita, 2008.
Pada kalangan ibu bekerja memang sebagian besar waktunya banyak yang dihabiskan di tempat kerja, jadi ibu pekerja cenderung lebih sering meninggalkan
bayinya. Hal tersebut tentu berakibat pada semakin kecil kesempatan untuk menyusui bayinya, sehingga hal ini dapat menjadi penyebab mengapa sebagian
besar ibu pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi namun praktik pemberian ASI eksklusifnya rendah.
5.1.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif.
Hasil uji fisher menunjukkan p value 0,466 lebih besar dari α 0,05 dengan
CC sebesar 0,092. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dari 44 responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sebanyak 42 responden tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya dan hanya 2 responden yang memberikan ASI eksklusif. Hal ini senada dengan penelitian Dian Novita 2008 yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut
dilakukan melalui pancaindera yang dimiliki oleh manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Namun sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
Soekidjo Notoatmodjo, 2007:139. Jadi dengan tingkat pengetahuan yang rata- rata baik, seharusnya perilaku atau tindakan ibu memberikan ASI eksklusif juga
baik pula. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang sudah baik menjadi modal
awal yang bagus untuk melakukan perilaku pemberian ASI eksklusif. Namun pada ibu pekerja hal tersebut masih kurang, hal tersebut terlihat pada masih
rendahnya praktek pemberian ASI eksklusif pada kalangan ibu pekerja. Waktu kerja yang padat menjadi kendala utama bagi ibu pekerja untuk memberikan ASI
eksklusif. Berdasarkan hasil wawancara banyak responden yang gagal memberikan ASI esklusif karena responden merasa bahwa dengan bekerja
mengakibatkan waktu untuk menyusui bayi jadi berkurang, jadi harus diberikan tambahan susu formula. Hal tersebut dilakukan oleh responden walaupun
sebagian besar responden mengetahui arti dari ASI eksklusif. Hal ini terlihat pada hasil jawaban responden dalam pertanyaan nomor 4 tentang pengertian dari ASI
esksklusif, yaitu sebanyak 43 80 responden menjawab dengan benar pertanyaan tersebut.
Hal lain yang menjadi alasan reponden memberikan makanan atau minuman selain ASI saat bayinya berusia 0
– 6 bulan adalah bayi yang sering menangis. Responden merasa bayi yang menangis karena kurang kenyang
sehingga diberikan susu formula. Selain itu ada juga responden yang merasa kurang mantap jika hanya ASI saja. Pengetahuan responden memang rata-rata
sudah baik yang ditunjukkan dengan kemampuan responden menjawab pertanyaan tentang ASI, namun masih perlu ditingkatkan lagi karena prakteknya
masih kurang. Oleh karena itu peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan secara kontinyu kepada masyarakat sangatlah dibutuhkan untuk
menyukseskan ASI eksklusif.
5.1.4 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif