Latar Belakang Dimensi Unit Penangkapan Pukat Udang dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Udang di Perairan Laut Arafura

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang sangat cerah karena komoditas ini paling banyak diminati konsumen diberbagai penjuru dunia. Sampai sekarang, udang tetap menjadi komoditas unggulan hasil perikanan dengan nilai terbesar 21 dari nilai perdagangan dunia. Bagi Indonesia, udang dapat dikatakan sebagai komoditas ekspor andalan penghasil devisa karena dari nilai total ekspor hasil perikanan 50 berasal dari penjualan udang. Berbagai varietas udang bernilai ekonomis tinggi banyak diekspor ke Jepang, Hongkong, Amerika Serikat USA dan negara-negara Uni Eropa UE. Harga dan permintaannya selalu meningkat di pasaran internasional sehingga menghasilkan devisa negara yang besar. Jumlah produksi usaha penangkapan udang di laut Indonesia mengalami peningkatan rata-rata sebesar 7,15 per tahun Manggabarani, 2003. Pada saat ini, alat tangkap udang yang dianggap paling efektif adalah pukat udang. Bentuk dan konstruksinya hampir sama dengan trawl dasar perairanbottom trawl. Cara pengoperasian pukat udang adalah dengan cara menarik jaring disepanjang dasar perairan sehingga udang, ikan-ikan demersal, larvajuvenil ikan dan biota lain ikut tertangkap dan terkurung oleh jaring. Perbedaan trawl dengan pukat udang terletak pada bagian antara kantong dan badan jaring yang pada pukat udang dipasang alat tangkap berupa saringan yang disebut By-catch Excluder Device BED. By-catch Excluder Device berfungsi untuk menyaring dan memisahkan udang sebagai tangkapan utamatarget catch dengan biota lain yang termasuk hasil tangkapan sampinganby-catch. Biota lain tersebut dapat meloloskan diri melalui kisi-kisi yang terdapat pada saringan. Perikanan pukat udang di perairan Laut Arafura telah berkembang sejak tahun 1969. Pengelolaan perikanan pukat udang di Indonesia telah banyak dilakukan antara lain : Keppres no.39 tahun 1980 tentang pelarangan operasi perikanan pukat udang kemudian melalui Keppres no.85 tahun 1982 yang mewajibkan penggunaan Turtle Exluder Device TED dan By-catch Exluder Device BED. Penggunaan kedua alat tersebut bertujuan untuk mengurangi hasil tangkapan sampinganby-catch. TED dan BED wajib dipasang pada jaring ketika melakukan operasi penangkapan karena pukat udang mempunyai tingkat selektivitas yang rendah. Daerah operasi penangkapan pukat udang meliputi wilayah perairan Selat Sele, Teluk Bintuni, Fak Fak, Kaimana, Dolak dan kepulauan Aru dengan koordinat 130 o BT ke timur kecuali di perairan pantai dari masing-masing kepulauan tersebut yang dibatasi oleh isobath 10 meter Pasal 1. Jumlah kapalarmada perikanan yang diberi izin menggunakan pukat udang disesuaikan dengan daya dukung potensi udang perikanan setempat Pasal 3Purbayanto dkk, 2004. Adanya izin untuk pengoperasian pukat udang sejak tahun 1982 di perairan Laut Arafura, membuat tekanan eksploitasi sumberdaya alam di daerah ini semakin tinggi. Apabila mengingat pukat udang termasuk alat tangkap yang kurang selektif sehingga akan banyak hasil tangkapan sampingan yang tidak termanfaatkan. Penelitian tentang perikanan pukat udang di perairan Laut Arafura sudah pernah dilakukan oleh Zaenal 2004, Mahiswara 2002, Syahrir 2001, Siahanenia 2001, Nugroho 1987 dan Bahar 1984. Namun demikian penelitian terbaru mengenai dimensi unit penangkapan pukat udang dan tingkat pemanfaatan sumberdaya udang di perairan Laut Arafura belum pernah dilakukan. Untuk itu informasi mengenai dimensi unit penangkapan pukat udang dan tingkat pemanfataan sumberdaya udang sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumberdaya sehingga kelestariannya dapat berkelanjutan.

1.2 Tujuan