Hasil Tangkapan Sasaran Utama Hasil Tangkapan Sampingan

Armada pukat udang yang melakukan penangkapan udang di perairan Laut Arafura mempunyai ukuran 20-303 GT di antaranya 90 mempunyai ukuran GT di atas 50 ton. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2000. Pada umumnya pukat udang yang beroperasi di laut Arafura, ada dua jenis yaitu: 1 Double rig shrimp trawl yang disebut sebagai pukat udang ganda, ukuran kapal berkisar 60-303 GT. Kapal pukat udang berukuran 100 GT ke atas umumnya terbuat dari bahan besi, sedangkan kapal berukuran di bawah 100 GT didominasi kapal kayu. 2 Single trawl dengan jaring tunggal yang ditarik pada buritan, ukuran kapal berkisar 20-30 GT. Kapal pukat udang berukuran 30 GT ke bawah terbuat dari kayu.

2.4 Hasil Tangkapan Pukat Udang

Hasil tangkapan pukat udang terdiri dari bermacam-macam spesies sebagai hasil tangkapan sasaran utamatarget catch dan biota laut lain sebagai hasil tangkapan sampinganby-catch. Spesies hasil tangkapan sampinganby-catch pukat udang umumnya adalah biota laut demersal karena habitattempat hidup yang sama. Hasil tangkapan yang dibuang ke laut karena pertimbangan ekonomitidak berhargatidak menguntungkan disebut hasil tangkapan buangandiscarded catch Nasution, 1997.

2.4.1 Hasil Tangkapan Sasaran Utama

Pada perikanan pukat udang industri, udang yang mempunyai ukuran standar ekspor dan layak jualkomersil yang dipilih, sedangkan udang yang mempunyai ukuran dibawah standar akan dibuang ke laut. Hasil tangkapan utama pukat udang meliputi udang dogol atau endeavour shrimp Metapenaeus ensis, udang windu atau tiger prawn Penaeus monodon, udang jerbung atau udang putih atau banana shrimp Penaeus merguensis Sjahrir, 2001.

2.4.2 Hasil Tangkapan Sampingan

Hasil tangkapan sampingan HTSby-catch merupakan bagian dari hasil tangkapan total. Hampir semua alat tangkap menghasilkan HTS tetapi jumlah dan jenis biota-nya berbeda-beda. Jumlah HTS sangat besar, FAO memperkirakan jumlah HTS yang dibuang kembali ke laut oleh kapal pukat udang industri di seluruh dunia sebanyak 27 juta ton per tahun. Hingga saat ini permasalahan tentang HTS banyak tertuju ke perikanan pukat udang. Hal ini disebabkan karena alat tangkap pukat udang yang bersifat tidak selektif sehingga menghasilkan tangkapan dalam jumlah yang besar dengan spesies yang bermacam-macam. Hasil tangkapan sampingan meliputi kakap merah, kerapu, manyung, kurisi, bawal putih dan pepetek Eayrs et al, 1997. Gambar 8 Hasil tangkapan sampingan by-catch pukat udang FAO Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF merupakan aturan internasional untuk perikanan yang bertanggungjawab menetapkan prinsip-prinsip dan standar perilaku internasional dengan tujuan untuk konservasi, pengelolaan dan pengembangan sumber daya perairan yang efektif dan efisien selaras dengan ekosistem dan biodiversitas. Salah satu peraturannya, bahwa alat tangkap dan operasi penangkapan yang selektif dan ramah lingkungan seharusnya dikembangkan dan diterapkan secara berkelanjutan untuk menjamin keberlangsungan dan melindungi populasi ekosistem perairan. Untuk itu, alat tangkap dan metode penangkapan sebaiknya diuji dan diambil caralangkah yang konsisten sesuai aturan CCRF supaya sumberdaya laut dapat dipanen dan digunakan oleh generasi yang akan datang FAO, 1995.

2.5 Hasil Tangkapan per Upaya Tangkapan Catch per Unit Effort