Klasifikasi, Morfologi dan Biologi Daur Hidup, Reproduksi dan Habitat

Gambar 2 Udang dogol atau endeavour shrimp Metapenaeus endeavouri Gambar 3 Udang windu atau tiger prawn Penaeus monodon Gambar 4 Kuruma prawn Penaeus japonicus

2.1.1 Klasifikasi, Morfologi dan Biologi

Klasifikasi udang penaeid menurut Dall 1975 and Hall 1962, sebagai berikut Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Sub class : Malacostraca Series : Eumalacostraca Super ordo : Eucarida Ordo : Decapoda Sub ordo : Natantia Section : Penaeidea Family : Penaeidae Sub family : Penaeinae Genus : 1. Penaeus 2. Metapenaeus Gambar 5 Anatomi udang penaeid Nelly, 2005 Bentuk dan ciri udang yang mudah dikenali adalah melalui warna dan bentuk serta jumlah gerigi pada rostrumnya. Ciri dan bentuk tersebut secara umum dikenal di Indonesia dan dikelompokkan sebagai berikut Naamin et al, 1992 : 1. Kelompok udang jerbung Penaeus sp berwarna putih kekuningan, rostrum lurus dan pendek, bagian pangkal agak besar berbentuk segitiga dengan rumus 7-84-6 dan permukaan tubuh halus. 2. Kelompok udang windu Penaeus monodon loreng hitam dan kuning secara vertikal, rostrum bergerigi tipis dengan rumus 7-82-3 serta berkulit halus. 3. Kelompok udang dogol Metapenaeus sp berkulit kasar dengan warna kecoklatan serta hijau kemerahan, rostrum berbentuk gerigi tipis dengan rumus 6-90.

2.1.2 Daur Hidup, Reproduksi dan Habitat

Udang penaeid umumnya hidup di dasar perairan dengan substrat lumpur, berpasir dan lumpur berpasir. Hal ini erat hubungannya dengan makanan dan cara makan udang. Makanan udang terdiri dari detritus dan binatang-binatang yang terdapat di dasar perairan. Menurut Naamin et al 1992 daur hidup udang penaeid umumnya terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laut dan fase muara sungai atau air payau. Setelah 24 jam memijah, telur berubah dan hidup sebagai larva sekitar 1 bulan. Laju kematian larva sangat tinggi, yaitu 70 per minggu. Umumnya larva bergerak secara planktonik ke arah pantai, muara sungai dan teluk terutama di perairan yang ditumbuhi mangrove sebagai daerah asuhan dan tempat mencari makan. Larva udang berkembang di daerah ini dan hidup sebagai juwana 10-20 per minggu. Pada saat post larva, anakan udang hidup secara merayap atau melekat pada benda-benda di dasar perairan. Udang muda kemudian beruaya kembali ke laut untuk tumbuh menjadi dewasa dan kembali ke daerah payau untuk memijah. Menurut Naamin 1984 selain keadaan dasar laut dan aliran sungai, beberapa parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan udang penaeid adalah suhu, salinitas, oksigen, sedimentasi, curah hujan, arus, pasang surut air, fase bulan, keadaan siang hari dan malam, unsur hara dan keadaan hutan mangrove. Menurut Gunarso 1985 keadaan perairan mempengaruhi penyebaran udang menurut daur hidupnya. Makin dewasa, udang makin menyukai perairan yang lebih dalam. Post larva dan yuwana banyak tertangkap di perairan dangkal pada kedalaman antara 2-5 meter. Udang muda hidup pada kedalaman 5-10 meter, sedangkan udang dewasa dan induk pada kedalaman 10-40 meter Naamin et al, 1992. Dasar perairan yang disukai udang adalah dasar perairan yang bersubstrat lumpur atau lumpur berpasir. Suhu perairan yang sesuai dengan kehidupan udang berkisar antara 21,5-31 o C. Pada udang muda, penyesuaian salinitas antara 0-3 ppt, sedangkan udang dewasa pada salinitas 7-10 ppt. Namun secara umum udang dewasa hidup pada salinitas 27,5-35 ppt Gracia and La Reste and Motoh, 1981 diacu dalam Naamin et al, 1992. Ga mbar 6 Daur hidup udang penaeid Naamin, 1984 2.2 Alat Tangkap Pukat Udang Alat penangkap udang dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu alat tangkap aktif dan alat tangkap pasif. Alat tangkap udang yang bersifat aktif adalah alat tangkap yang dioperasikan dengan cara ditarik oleh kapal atau dilingkarkan di perairan yang berstruktur dasar relatif datar. Jenis alat tangkap yang termasuk alat tangkap aktif adalah trawl dasar, pukat udang, trammel net, dogol dan lampara dasar. Jenis alat tangkap pasif antara lain bubu dan jermal Saleh, 1998. Pukat udang merupakan alat tangkap yang terbuat dari jaring, berbentuk kerucut dengan salah satu ujung terbuka seperti sayap membentuk mulut dan ujung satunya mengecil membentuk kantong. Jaring ini ditarik disepanjang dasar perairan dengan kecepatan dan jangka waktu tertentu von Brandt, 1984. Mulut jaring dapat terbuka lebar karena adanya otterboard yang diikatkan di kedua sisi mulut dan terbuka tegak oleh pelampung pada tali pelampung di sisi atas mulut dan pemberat di sisi bawah mulut. Mulut yang terbuka lebar selama ditarik membuat jaring akan menyaring semua biota yang dilewati sehingga alat tangkap ini termasuk alat tangkap yang tidak selektif, khususnya terhadap ikan kecil, larva dan juvenil ikan Sparre and Venema, 1992. Efektivitas pukat udang tercapai bila ditarik pada kecepatan tertentu sehingga mulut jaring dapat terbuka secara optimum. Kecepatan tarik pukat udangtowing speed berkisar antara 3-5 knot Anonim, 1989. Kecepatan penarikan sangat berpengaruh terhadap bukaan mulut pukat udang. Jika kecepatan tinggi, maka area antar otterboard akan menyempit dan mengakibatkan mengecilnya luasan area dasar perairan yang tersapu Friedman, 1986. Berdasarkan posisi jaring di dalam air selama operasi penangkapan, trawl dibedakan menjadi trawl permukaan surface trawl, trawl pertengahan mid water trawl , dan trawl dasar bottom trawl. Berdasarkan posisi penarikan oleh kapal, trawl dibedakan menjadi side trawl, stern trawl, dan double rig trawl Ayodhyoa, 1981. Berdasarkan banyaknya dinding jaring yang digunakan dalam konstruksinya, dibedakan menjadi two seam trawl net, four seam trawl net, dan six seam trawl net Nomura, 1981. Pukat udang termasuk jenis trawl dasar perairanbottom trawl yang dimodifikasi khusus untuk menangkap udang sebagai hasil tangkapan utamatarget catch. Bentuknya yang lebih kecil dan penggunaan tenaga mesin kapal yang lebih rendah merupakan salah satu perbedaan pukat udang dengan trawl udang lainnya. Selain itu pada bagian antara kantong dan badan jaring pada pukat udang diberi alat tambahan berupa saringan yang disebut By-catch Excluder Device BED. BED berfungsi untuk menyaring dan memisahkan udang dengan biota lain yang tidak termasuk hasil tangkapan utamatarget catch. Pukat udang industri adalah pukat udang yang menggunakan kapal-kapal pukat udang yang besar, dilengkapi dengan ruang pembekuan dan ruang penyimpanan hasil tangkapan. Proses penyortiran, pengepakan, pembekuan dan penyimpanan berlangsung di atas kapal. Kapal pukat udang industri beroperasi di perairan timur Indonesia, seperti di perairan Laut Arafura, perairan Dolak dan perairan Kaimana. Menurut Sainsbury 1996 secara umum alat tangkap pukat udang terdiri dari jaring, ris atas head rope, ris bawah ground rope, pelampung, pemberat, otter board, BED, rantai pengejut tickler chain dan warp. 1 Jaring pukat udang terbagi menjadi badan jaring, sayap, kantong. Ukuran mata jaring dari masing-masing bagian tersebut tidak sama. a Badan jaring, adalah bagian tengah daripada jaring, terdiri atas square, baiting dan jelly. Square adalah bagian depan dari sisi atas badan pukat udang yang membuat mulut di sebelah atas lebih menjorok ke depan. Belly dan baiting adalah bagian tengah badan jaring dimana belly terletak di bawah sedangkan baiting di atas. b Sayap wing, terdiri dari dua bagian yaitu kanan dan kiri, masing-masing bagian sayap tersebut terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas dan bawah. c Kantong codend, adalah bagian paling belakang jaring. Kantong merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Kantong memiliki ukuran mata jaring yang paling kecil dimaksudkan agar hasil tangkapan tidak terlepas kembali dan juga agar lebih kuat menahan tekanan yang besar. 2 Tali ris atas head rope dan tali ris bawah ground rope. Tali ris atas adalah tali yang dipasang dari ujung sayap kiri atas sampai ujung sayap kanan atas, dan ditempatkan pelampung float. Tali ris bawah adalah tali yang dipasang dari ujung sayap kiri bawah hingga sayap kanan bawah, dan ditempatkan pemberat sinker. Tali ris bawah lebih panjang dari tali ris atas. 3 Pelampung dan pemberat, fungsinya adalah membantu terbukanya mulut jaring secara vertikal. Pelampung menarik atau mengangkat tali ris atas sedangkan pemberat menarik jaring agar turun ke dasar perairan sesuai yang diinginkan. Pelampung terbuat dari plastik keras berbentuk bola atau silinder, sedangkan pemberat dibuat dari rantai besi. 4 Otter board, fungsinya membuka mulut jaring secara horizontal. 5 Alat Pemisah Ikan API atau By-catch Excluder Device BED, BED diletakkan di antara badan jaring dan kantong, berfungsi sebagai penyaring ikan-ikan yang sudah masuk didalam badan jaring agar tidak masuk ke dalam kantong. Saat ini BED yang direkomendasikan adalah tipe super shooter yang mempunyai konstruksi lebih sederhana dan mempunyai performansi yang lebih baik untuk mengurangi hasil tangkapan sampingan. 6 Rantai pengejut tickler chain, dipasang pada ujung bagian belakang masing-masing otter board, berfungsi untuk mengejutkan udang yang terbenam di dasar perairan yang berlumpur sehingga berloncatan dan masuk ke dalam pukat udang. 7 Warp tali penarik, tali yang digunakan menarik jaring, tali menghubungkan otter board bagian depan dengan winch di kapal, terbuat dari baja. Gambar 7 Bagian-bagian jaring pukat udang Nelly, 2005

2.2.1 Metode Pengoperasian Pukat Udang