Produksi dan Pemasaran Hubungan Upaya Penangkapan dengan CPUE

9 Pancing tonda 10426 10 Bubu 2508 11 Alat pengumpul kerang 257 Statistik Perikanan Tangkap-DKP, 2003

4.3.3 Nelayan

Jumlah nelayan yang beroperasi di perairan Laut Arafura hingga tahun 2003 sebanyak 266.667 orang yang terdiri dari nelayan penuh dimana mata pencahariannya betul-betul sebagai nelayan sebanyak 98.296 orang, nelayan sambilan utama sebanyak 98.622 orang dan nelayan sambilan tambahan sebanyak 69.749 orang Statistik Perikanan Tangkap-DKP, 2003.

4.4 Produksi dan Pemasaran

Perairan Laut Arafura banyak beroperasi kapal pukat udang milik perusahaan perikanan udang yang berstatus BUMN, PMA, swasta maupun nasional dan perusahaan perikanan rakyat setempat. Komoditas yang dihasilkan antara lain : udang, cakalang, tuna, hiu, kerapu, lobster, tenggiri, teripang, cumi-cumi dan kakap merah Astarini, 2002. Komoditas perikanan yang dihasilkan tersebut dipasarkan dengan 3 jenis pemasaran, yaitu : 1 Pemasaran Ekspor Komoditi yang biasa dipasarkan antara lain : udang, cakalang, tuna, cumi-cumi, mutiara, kerapu dan fillet ikan kakap merah. Negara tujuan ekspor yaitu: Jepang, Hongkong, Amerika Serikat dan Negara-negara Uni Eropa. 2 Pemasaran Antar Pulau Komoditi yang biasa dipasarkan antara lain : cakalang, lobster, teripang, cumi- cumi, sirip hiu dan mutiara. Pemasaran antar pulau seperti ke Jakarta, Surabaya, Ujung Pandang, Bali dan kota-kota besar lainnya. 3 Pemasaran Lokal Pemasaran lokal yaitu pemasaran komoditi hanya untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pasar lokal tempat kapal nelayan berlabuh dan mendaratkan ikan. Komoditi yang biasa dipasarkan antara lain : cakalang, tuna, tenggiri, teri, bawal, kuwe dan kakap. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Alat Tangkap Pukat Udang

Sebuah unit penangkapan udang terdiri dari kapal, nelayan dan alat tangkap pukat udang. Dalam kegiatan penangkapan udang, sebuah unit penangkapan sangat diperlukan untuk memperlancar kegiatan penangkapan.

5.1.1 Kapal Tabel 3 Spesifikasi kapal pukat udang dan alat tangkap pukat udang yang

beroperasi di perairan Laut Arafura per 26 Juli 2005 BERAT KOTOR GT KEKUATAN MESIN HP HEAD ROPE m GROUND ROPE m DIAMETER BED m JARAK ANTAR JERUJI BED mm MESHSIZE CODEND mm JUMLAH KAPAL unit JUMLAH KAPAL 30-100 120-550 15.5-28 18-32 1.05-1.3 11-110 30-50 80 10,26 100-200 220-1200 17.84-23 21-36 0.715-1.3 30-140 37.5-90 565 72,44 200-300 650-1200 21-22 26-42 0.9625-1.5 100-120 30-57 105 13,46 300-400 700-1200 20-25.5 23-31.4 0.9625-1.3 100 30-57 10 1,28 400-500 800-1085 20-28 23-32 0.9625-1.3 100 30-80 15 1,92 500 1300 25.5 31.4 1.05 100 45 5 0,64 Sumber : Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap-DKP Tabel 3 memperlihatkan bahwa ukuran berat kotor kapal pukat udang yang dominan dipakai di perairan Laut Arafura antara 100-200 GT sebanyak 72,44. Selain itu ukuran antara 200-300 GT sebanyak 13,46 dan ukuran antara 30-100 GT sebanyak 10,26. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan banyaknya kapal pukat udang jenis double shrimp trawl berukuran sedang yang beroperasi di perairan Laut Arafura. Sedangkan ukuran berat kotor kapal pukat udang yang jarang dipakai antara 300-400 GT sebanyak 1,28, 400-500 GT sebanyak 1,92 dan yang lebih dari 500 GT sebanyak 0,64. Kekuatan mesin yang paling sering dipakai pada kapal pukat udang ukuran 100-200 GT berkisar antara 220-1200 HP sebanyak 72,44. Selain itu untuk ukuran kapal 200- 300 GT memakai muatan bersih sebesar 650-1200 HP dan ukuran kapal 30-100 GT memakai kekuatan mesin sebesar 120-550 HP. Kekuatan mesin yang jarang dipakai oleh kapal pukat udang yang beroperasi di perairan Laut Arafura yaitu 700-1200 HP, 800- 1085 HP dan 1300 HP.

5.1.2 Alat Tangkap

Ukuran diameter BED yang digunakan pada kapal pukat udang yang beroperasi di perairan Laut Arafura bervariasi. Diameter BED yang dominan dipakai yaitu ukuran 0,715-1,3 meter sebanyak 565 unit, lalu ukuran 0,9625-1,5 meter sebanyak 105 unit dan ukuran 1,05-1,3 meter sebanyak 80 unit. Ukuran lain yang dipakai yaitu ukuran 0,9625- 1,03 meter sebanyak 25 unit dan ukuran 1,05 meter sebanyak 5 unit. Head rope atau tali ris atas yang dipakai pada jaring kapal pukat udang yang beroperasi di perairan Laut Arafura mempunyai ukuran yang hampir sama. Panjang head rope yang sering dipakai yaitu 17,84-23 meter sebanyak 72,44 dan 21-22 meter sebanyak 13,46. Ukuran lain yang dipakai 20-28 meter sebanyak 30 unit. Panjang ground rope atau tali ris bawah yang dominan dipakai pada jaring pukat udang yaitu 23 meter sebanyak 35,90, lalu panjang 28 meter sebanyak 23,72, 32 meter sebanyak 19,87 dan 36 meter sebanyak 17,31. Panjang ground rope atau tali ris bawah yang jarang dipakai yaitu 18 meter sebanyak 3,21. Ukuran jarak antar jeruji BED mempengaruhi banyaknya hasil tangkapan sampingan yang tertangkap ketika melakukan operasi penangkapan. Jarak antar jeruji BED yang dominan dipasang pada jaring pukat udang berukuran 30-140 mm sebanyak 72,44,lalu 100-120 mm sebanyak 13,46 dan 11-110 mm sebanyak 10,26. Sedangkan ukuran jarak antar jeruji BED lain yang dipakai yaitu 100 mm sebanyak 3,84. Untuk itu diperlukan ukuran jarak antar jeruji BED yang optimum sehingga dapat menghasilkan hasil tangkapan sasaran utama yang banyak dan hasil tangkapan sampingan yang lebih sedikit. Tipe BED yang digunakan di perairan Laut Arafura adalah super shooter yang dirancang untuk mengeluarkan ikan atau hewan air yang berukuran besar. Pada kenyataannya di lapangan, BED tidak dipasang pada jaring karena dapat mengurangi hasil tangkapan utamanya yaitu udang Mahiswara, 2001. Gambar 12 By-Catch Excluder Device BED tipe Super Shooter Nelly, 2005 Ukuran meshsize codend jaring pukat udang yang beroperasi di perairan Laut Arafura didominasi oleh ukuran 45 mm yaitu sebanyak 67,31 lalu ukuran 30 mm sebanyak 23,08. Ukuran lain yang dipakai yaitu 55 mm sebanyak 8,97 dan 80 mm sebanyak 0,64. Ukuran meshsize codend mempengaruhi ukuran dan jumlah hasil tangkapan. Makin kecil ukuran meshsize codend maka hasil tangkapan yang tertangkap makin banyak dengan tingkat pelolosan yang rendah. Sebaliknya makin besar ukuran meshsize codend maka hasil tangkapan yang tertangkap makin sedikit dengan tingkat pelolosan yang tinggi. Untuk itu dibutuhkan ukuran meshsize codend standar sehingga dapat diperoleh hasil tangkapan yang maksimal dengan tingkat pelolosan yang optimal sehingga tidak menganggu kelestarian sumberdaya biota laut. Hubungan antara berat kotor kapal dengan kekuatan mesin, tali ris atas, tali ris bawah, diameter BED, jarak antar jeruji BED dan meshsize codend yaitu makin besar ukuran berat kotor kapal maka makin besar juga ukuran kekuatan mesin, tali ris atas, tali ris bawah, diameter BED, jarak antar jeruji BED dan meshsize codend.

5.2 Produksi Udang

Tabel 4 Jumlah pukat udang unit, produksi udang ton dan produksi udang total ton di perairan Laut Arafura tahun 1994-2003 Sumber : Statistik Perikanan Tangkap-DKP, 2003 Produksi udang selama kurun waktu 1994-2003 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Perkembangan produksi udang selama sepuluh tahun dapat dilihat pada Gambar 13. y = 621.87x - 1E+06 5000 10000 15000 20000 25000 30000 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 Tahun P ro d u ks i U d a n g ton Gambar 13 Perkembangan produksi udang total ton di perairan Laut Arafura tahun 1994-2003 Produksi udang tertinggi selama periode sepuluh tahun terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar 25.418 ton. Pada tahun 1996 produksi udang mencapai 17.750 ton sehingga dapat dilihat terjadi kenaikan produksi sebesar 7.668 ton. Pada tahun 1998 produksi udang sebesar 21.625 ton, terjadi penurunan dari tahun 1997 sebanyak 3.793 ton. Penurunan yang cukup tajam terjadi pada tahun 2002 sebanyak 4.639 ton dengan produksi sebesar 20.193 ton. Hal ini terjadi karena upaya tangkap yang dilakukan pada SPESIFIKASI 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Jumlah Pukat Udang unit 342 375 381 323 542 741 744 772 765 775 Produksi Udangton Udang Barong 93 79 425 2018 484 276 286 594 602 684 Udang Windu 3961 7740 5238 6585 5666 5422 9746 8740 7667 7870 Udang PutihJerbung 4996 5071 5302 7377 8295 7865 7926 6940 2711 2887 Udang Dogol 2721 2771 3675 4850 3548 3788 3829 5426 2623 2679 Udang Lainnya 2863 2920 3110 4588 3632 3675 3236 3092 6590 6925 TOTAL 14634 18581 17750 25418 21625 21026 25023 24832 20193 21045 Produksi Total Pukat Udang ton 69670 87707 77711 85677 101388 88556 102469 29119 103793 133554 tahun tersebut menurun, kemungkinan lain adalah mulai berkurangnya stok udang di perairan Tabel 4.

5.2.1 Produksi Udang per Jenis

Udang yang dihasilkan oleh unit penangkapan pukat udang yang ada di perairan Laut Arafura terdiri dari beberapa jenis. Sebagian besar yang didapatkan berasal dari genus Penaeus, Metapenaeus, Parapenaeosis dan Metapenaeosis. Hasil tangkapan udang di perairan Laut Arafura dikelompokkan menjadi 5 kelompok besar, yaitu udang barong, udang windu, udang putihjerbung, udang dogol dan jenis udang lainnya. Perkembangan produksi udang per jenis dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil tangkapan udang dari tiap jenis pada sepuluh tahun terakhir berfluktuatif dengan kecenderungan menurun. Produksi udang windu dan udang putihjerbung mengalami kecenderungan penurunan tiap tahunnya. Produksi udang windu terbesar pernah terjadi pada tahun 2000 sebesar 9.746 ton lalu menurun menjadi 8.740 ton. Produksi udang barong sangat sedikit, hasil tangkapan tertinggi pernah terjadi pada tahun 1997 sebanyak 2.018 ton lalu mengalami penurunan yang drastis pada tahun berikutnya menjadi 484 ton. Menurut peta daerah penangkapan udang di perairan Laut Arafura, udang putihjerbung banyak terdapat di daerah kepala burung Sub area I dan II yang meliputi perairan Selat Sele, Teluk Bintuni, Fak Fak, sekitar Pulau Adi dan Kaimana. Selain itu udang putihjerbung juga banyak tertangkap di daerah Dolak dan sekitarnya Sub area IV yang meliputi perairan Kokonao, Aika, Mimika, muara Sungai Uta, Aiduna dan muara Sungai Digul. Sedangkan untuk Sub area III yang meliputi perairan timur, selatan dan barat Kepulauan Aru, udang yang paling banyak tertangkap adalah jenis udang windutiger prawn. 200 0 400 0 600 0 800 0 100 00 120 00 Barong W in du PutihJerbung Dogo l Udan g Lainny a Je nis Uda ng P rodu ks i ton 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Gam bar 14 Produksi udang per jenis di perairan Laut Arafura tahun 1994-2003 5.3 Upaya Tangkapan Effort Jumlah upaya tangkapan unit pukat udang yang beroperasi di perairan Laut Arafura mengalami peningkatan yang signifikan tiap tahunnya. Upaya tangkapan terendah pernah terjadi pada tahun 1997 sebesar 323 unit lalu mengalami peningkatan sebesar 219 unit sehingga upaya tangkapan pada tahun 1998 menjadi 542 unit dan meningkat lagi sebesar 199 unit sehingga pada tahun 1999 upaya tangkapan menjadi 741 unit. Upaya tangkapan tertinggi yang pernah perjadi selama tahun 1994-2003 adalah pada tahun 2003 sebesar 775 unit. Hal ini terjadi karena makin banyaknya perusahaan perikanan pukat udang yang baru buka dan beroperasi di perairan Laut Arafura. Selain itu juga kemudahan pengurusan dan dikeluarkannya surat ijin penangkapan ikan SPI-OI oleh Departemen Perikanan dan Kelautan. Perkembangan upaya tangkapan unit dapat dilihat pada Gambar 15. y = 60.873x - 121078 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 Tahun U p a y a T a n g ka p a n U ni t Gambar 15 Perkembangan upaya tangkapan unit pukat udang di perairan Laut Arafura tahun 1994-2003 5.4 Hasil tangkapan per Upaya Tangkapan Catch per Unit Effort CPUE Alat tangkap pukat udang memberikan kontribusi yang besar untuk produksi udang di perairan Laut Arafura. Jumlah hasil tangkapan per upaya tangkapan CPUE udang di perairan Laut Arafura diperoleh dari data hasil tangkapan pukat udang catch dan data upaya tangkapan effort. Rata-rata hasil tangkapan per upaya tangkapan udang di perairan Laut Arafura selama tahun 1994-2003 adalah sebesar 73,68 tonunit setiap tahunnya. Tabel 5 Hasil tangkapan per upaya tangkapan tahun 1994-2003 Tahun Catch ton Effort unit CPUE tonunit 1994 14634 342 42.79 1995 18581 375 49.55 1996 17750 381 46.59 1997 25418 323 78.69 1998 21625 542 39.90 1999 21026 741 28.38 2000 25023 744 33.63 2001 24832 772 32.17 2002 20193 765 26.40 2003 21045 775 27.15 Sumber : Statistik Perikanan Tangkap-DKP, 2003 Nilai CPUE untuk unit penangkapan pukat udang berfluktuatif tiap tahunnya dengan kecenderungan menurun. Dengan nilai CPUE tertinggi pada tahun 1997 sebesar 78,69 tonunit dan terendah pada tahun 2002 sebesar 26,40 tonunit. Hal ini diduga karena mulai berkurangnya stok sumberdaya udang yang ada di perairan Laut Arafura Tabel 5 dan Gambar 16. y = -3.1612x + 6358.2 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 Tahun C P U E t on uni t Gambar 16 Perkembangan CPUE udang di perairan Laut Arafura tahun 1994-2003 Dalam periode tahun 1998-2003 terjadi peningkatan baik hasil tangkapan maupun upaya penangkapan. Namun demikian, nilai CPUE dalam periode ini cenderung menurun. Hal ini disebabkan karena peningkatan hasil tangkapan tidak sebanyak penambahan upaya tangkapan. Melihat kondisi itu dapat disimpulkan bahwa produktivitas unit penangkapan dalam periode 1998-2003 mengalami penurunan. Tabel 6 Hasil tangkapan per upaya tangkapan September 2004-September 2005 Bulan Effort trip Catch ton Total CE Tiger Banana Ende Others Sep-04 300 52.707,50 3.466,00 14.650,00 69.800,00 140.623,50 468,75 Okt-04 314 59.815,00 5.566,50 14.405,00 50.995,50 130.782,00 416,50 Nop-04 268 41.081,50 627,50 11.896,00 34.164,50 87.769,50 327,50 Des-04 237 36.172,00 234,00 5.360,00 17.602,00 59.368,00 250,50 Jan-05 249 27.375,00 14.505,00 13.250,00 9.206,50 64.336,50 258,38 Feb-05 266 45.617,00 109,50 10.846,00 17.006,50 73.579,00 276,61 Mar-05 271 34.659,50 6.513,00 8.684,50 20.337,00 70.194,00 259,02 Apr-05 277 23.907,50 28.512,00 12.104,00 18.280,00 82.803,50 298,93 Mei-05 310 8.910,50 74.760,00 14.007,00 8.250,00 105.927,50 341,70 Jun-05 295 23.752,50 40.763,00 13.358,00 10.138,00 88.011,50 298,34 Jul-05 269 17.437,00 42.282,00 25.071,00 12.122,00 96.912,00 360,27 Agust-05 306 43.911,00 24.296,50 18.514,50 20.682,00 107.404,00 350,99 Sep-05 280 71.003,50 3.169,00 5.466,00 41.194,00 120.832,50 431,54 Sumber : Hasil survey PT. Alfa Kurnia, 2005 Kesimpulan bahwa produktivitas alat tangkap pukat udang yang beroperasi di perairan Laut Arafura tahun 1994-2003 mulai menurun didukung oleh data hasil tangkapan dan upaya tangkapan dari PT. Alfa Kurnia Tabel 6. Pada gambar 17 grafik perkembangan CPUE udang PT. Alfa Kurnia periode September 2004-September 2005 berfluktuatif dengan kecenderungan menurun. y = -0.0157x + 935.3 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00 500.00 A ug-04 N ov-04 F eb-05 M ay -05 S ep-05 D ec -05 Bula n C P U E ton tr ip Gambar 17 Perkembangan CPUE udang PT. Alfa Kurnia periode September 2004-September 2005

5.5 Hubungan Upaya Penangkapan dengan CPUE

Salah satu upaya untuk mengetahui tingkat pemanfaatan udang di perairan Laut Arafura adalah dengan mencari persamaan hubungan antara upaya penangkapan dengan CPUE. Berdasarkan analisis data diperoleh nilai R 2 untuk model FOX sebesar 0,7801. Nilai R 2 yang diperoleh dari analisis data dianggap sudah cukup baik untuk mewakili data di lapangan. Namun demikian, hal itu juga menunjukkan bahwa masih ada faktor lain yang mempengaruhi CPUE selain faktor upaya penangkapan E. Karena pada penelitian ini penulis hanya melihat pengaruh dari faktor upaya penangkapan terhadap nilai CPUE maka dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan variabel lain sehingga hasil penelitiannya lebih bagus. Setelah data dianalisis diperoleh persamaan hubungan antara upaya penangkapan dengan CPUE yaitu : CPUE = e 4,4982-0,0015E . Dari persamaan tersebut diketahui bahwa setiap kenaikan satu satuan upaya penangkapan maka akan menurunkan nilai CPUE sebesar 0,0015 ton. Pada awalnya peningkatan upaya tangkap akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan hingga mencapai suatu titik maksimum lestari yang kemudian akan terjadi penurunan hasil tangkapan seiring dengan terus bertambahnya upaya penangkapan yang dilakukan. y = -0.0015x + 4.4982 0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000 4.0000 4.5000 5.0000 200 400 600 800 1000 Gambar 18 Grafik hubungan upaya penangkapan unit dengan CPUE udang di perairan Laut Arafura tahun 1994-2003

5.6 Upaya Tangkapan Optimum E