Pendekatan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA

50 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Desain penelitian ini berupa penelitian kualitatif karena metode kualitatif merupakan metode yang menekankan pada dinamika dan proses Poerwandari, 2001: 13. Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2007: 17 mendefinisikan metodelogi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini dilakukan dan diarakan pada latar dan individu secara holistik utuh. Sejalan dengan Kirk dan Miller dalam Iskandar, 2009: 12 mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar konteks yang khusus. Pertimbangan lain dalam memutuskan menggunakan metode ini, karena metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penanaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi Moleong, 2007: 22. Menurut Poerwandari 2001: 17 penelitian kualitatif merupakan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi dimana fenomena tersebut ada dengan berorientasi pada penemuan. Metode ini dipilih karena metode kualitatifi merupakan metode yang menekankan pada dinamika dan proses. Penelitian dengan metode kualitatif tidak menguji hipotesis melainkan mencoba menemukan makna fenomena yang hendak dikaji. Creswell dalam Patilima, 2007: 30, mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai sebuah proses penyidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan atas penciptaan gambar holistik yang dibentuk kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar ilmiah. Kehadiran pendekatan kualitatif, menurut Sanapiah Faisal dari IKIP Malang, Faisal dalam Patilima, 2007: 27 berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan dunia tingkah laku manusia itu sendiri. Oleh karena itu penelitian dengan desain pendekatan kualitatif berupa studi kasus tentang Akar Konflik Kerusuhan Antar Etnik di Lampung Selatan Studi Kasus Kerusuhan Antara Etnik Lampung dan Etnik Bali di Lampung Selatan, berusaha mengkaji secara mendalam tentang akar permasalahan yang memicu timbulnya konflik dari kacamata narasumber yang terlibat secara langsung dalam konflik, meliputi tentang pemahamannya tentang konflik yang terjadi, pengalaman traumatis yang individu alami saat konflik terjadi, serta kondisi kehidupan masyarakat ke dua desa secara umum pasca konflik, yaitu Desa Balinuraga dan Desa Agom. Studi kasus sendiri definisikan sebagai suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan multi sumber bukti dimanfaatkan Yin, 2008 : 79. Studi kasus dipilih karena peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer masa kini di dalam konteks kehidupan nyata, studi kasus lebih dihendaki untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila peristiwa-peristiwa yang bersangkutan tidak dapat dimanipulasi. Dalam penelitian studi kasus dikenal lima komponen yang harus ada dari rancangan tersebut menurut Yin 2008, pertama: study questionnaire, dimaksudkan bahwa pertanyaan dalam studi kasus meliputi, “siapa”, “apa”, “dimana”, “bagaimana” dan “mengapa” namun lebih sering digunakan adalah “mengapa” dan “bagaimana”. Kedua: study proposotion, peneliti studi kasus menggunakan dalil bila diperlukan. Dalil yang digunakan tentunya berkenan dengan ruang lingkup studi dan dapat mengarahkan studi tersebut. Ketiga: unit analysis, unit analysisnya bisa satu individu singgle case study, yang artinya bahwa studi yang dilakukan pada kasus tunggal single dan kasus kolektif multiple, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Keempat adalah thinking data to proposition, maksudnya menganalisis data dengan menghubungkan dengan dalil yang digunakan, setelah data terkumpul komponen yang kelima dalam merancang studi kasus adalah criteria for interpreting the finding, menginterpretasikan temuan-temuan kedalam kriteria tertentu. Adapun ciri khas metode studi kasus dibandingkan dengan metode yang lain adalah sebagai berikut Surakhmad, 1994: 143; Nazir, 1998: 67; Basuki, 2006: 113-114 dalam Prastowo, 2011: 187: a. Penyelidikan terhadap suatu kasus dilakukan secara intensif dan mendetail sehingga pada umumnya menghasilkan gambaran longitudinal. b. Subjek yang diselidiki terdiri atas satu unit yang dipandang sebagai kasus. c. Diperlihatkan kebulatan dan keseluruhan kasus, termasuk bila diperlukan kebulatan siklus hidup kasus dan keseluruhan interaksi faktor-faktor dalam kasus itu. d. Hasil penelitiannya adalah suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. e. Studi kasus lebih menekankan menyelidiki variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. f. Studi kasus cenderung menghasilkan kesimpulan dari situasi kekhususan yang dapat atau tidak dapat diterapkan pada situasi yang lebih umum. g. Studi kasus menghasilkan penelitian yang bersifat khusus, tidak dapat dibuat rampadan generalisasi. Jika ingin membuat generalisasi, harus menggunakan sampel yang lebih besar.

3.2. Unit Analisis