Kamus Psikologi oleh Chaplin 2005: 105, menjelaskan bahwa konflik adalah terjadinya secara bersamaan dua atau lebih impuls atau motif yang
antagonistis. Satu konflik aktual itu biasanya mempercepat satu krisis mental dan bisa dibedakan dari satu konflik akar konflik dasar yang sudah timbul sejak masa
kanak-kanak, dan ada dalam kondisi lelap tertidur atau kondisi tidak aktif. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu
bentuk hubungan interaksi seseorang dengan orang lain, atau suatu kelompok dengan kelompok lain, atau masing-masing pihak dalam mempertentangkan suatu
isu yang diangkat, atau dipermasalahkan antara yang satu dengan yang lain berdasarkan alasan tertentu.
2.1.1.2. Dinamika Konflik
Ada sejumlah perspektif teoritis yang berusaha menjelaskan dinamika konflik. Teori-
teori tersebut membantu memahami faktor dasar itu “kenapa dan apa” kah yang memicu terjadinya perselisihan. Teori-teori ini juga memberikan
pandangan mengenai masalah yang harus diperhatikan ketika kita meraih resolusi. Setiap pendekatan akan mengungkapkan asumsi tentang kekuatan internal dan
eksternal, perilaku yang memicu dan menopang interaksi, atau dampak dari persaingan mencapai tujuan dan ketertarikan. Isenhart Spangle 2000: 15,
menyatakan bahwa konflik melibatkan perselisihan mengenai nilai dan tuntutan status, kekuatan, dan sumber daya, di mana tujuan musuh adalah untuk
menetralisir, melukai, mengeliminasi lawannya yang merupakan tahap dari spektrum perebutan yang meningkat dan menjadi lebih destruktif, perselisihan
pendapat, pertengkaran, kampanye, litigasi, dan perkelahian atau peperangan.
Perspektif yang dipilih akan mempengaruhi pernyataan dan kesimpulan mengenai konflik yang merupakan perebutan kelompok atau golongan
interdefendensi dalam meraih tujuan-tujuannya. Selain itu, perspektif teori yang digunakan akan mempengaruhi pilihan strategi kita. Chang 2001: 7 menyatakan
bahwa konflik sosial tidak hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan,
masalah uang, masalah kekuasaan, namun emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Konflik merupakan sesuatu yang rumit dan kompleks karena memiliki proses serta dinamika yang saling melengkapi. Sebagian besar orang akan bisa
berkompromi dan bernegoisasi jika konflik hanya melibatkan perseteruan kekuasaan serta cara pengambilan keputusan, negoisasi, dan masalah yang tidak
terpecahkan dari interaksi di masa lalu. Beberapa faktor ini bisa saja terjadi pada saat yang bersamaan, sehingga kita tidak yakin masalah yang sebenarnya.
2.1.1.3. Terjadinya Konflik